"Ada banyak kemungkinan dari kasus ini."
"Kemungkinan besar Sandi pergi ke panti ini." Ujar Putri
"Satu tahun? aneh. Kemungkinan lain juga banyak."
"Gimana kalau kita ke panti tempat Bu Rani?"
Mereka segera melaju ke alamat panti yang diberikan bu Warda.
"Bang gua laper." Suara putri terdengar lesu sesaat setelah turun di halaman panti setelah setengah jam menerobos kemacetan Ibukota."Ayo!" Tegar menarik tangan putri menyebrang menuju penjual bakso tak jauh dari panti.
"Bang bakso 2 ya"
"Kenapa put?" Tegar menatap Putri yang sedari tadi diam menatap panti itu.
"Aku ragu kesana"
Tegar menatap Putri, memegang kedua tangannya di meja meyakinkan gadis itu.
"Gue yakin kita bisa put!"
Suasana hening terasa begitu dalam. Tatapan mata Tegar begitu meyakinkan Putri. Gadis itu hanya membisu menatap Tegar.
"Apa Sandi nggak punya temen deket ya ? "
"Setahu aku dia cewek yang misterius, Tapi aku belum nelusurin sih." Ujar gadis teknik semester empat itu.
"Masa Sandi se misterius itu? ."
"Dia anak geofisika kan? Lah anak geofis kan dikit tuh, masak iya sih dia kagak punya temen deket?"
"Mungkin ada, tapi kita nggak tahu."
"Lu punya kontak anak geofis?"
"Enggak, Bang. Nanti deh tak tanyain. Kayaknya temen se-kost ada yang anak geofis kalo gak salah. Gua nggak terlalu tau."
"Oke, sekarang kita harus cepet-cepet menemui bu Rani." Ujar Tegar menatap jam di tangannya.
"Bang, tungguinlah bentar. Belum habis loh ini baksonya."
"Ok, tempat di depan sana menunggu kita. Petualangan siap kembali dimulai."
Tegar tersenyum simpul menatap bangunan bercat dominan putih di sebrang jalan."Bentar.."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Tak Bersayap
ChickLitpada dasarnya hidup memang tidak sederhana, apalagi urusan perasaan. Kisah ini pendek, hanya sekelumit benang merah perjalanan hidup seorang gadis yang sudah tidak percaya lagi dengan kehidupan, kebahagiaan, apalagi cinta sejati.