TEKNIK ELEKTRO

1.2K 171 3
                                    


     Semalam Tegar terlelap setelah menemani mamanya hingga larut malam. Tugas-tugas yang harusnya selesai akhirnya terbengkalai. Pagi harinya ia ke kampus seperti biasa. Sebelum masuk kelas, ia menyempatkan diri sarapan sepotong roti di gazebo sembari memandangi banyak pepohonan hijau.

"Kak, ternyata temenku akrab sama mantannya Sandi, Galih. Temenku anak elektro sama kaya Galih.  Kita bisa tahu info banyak dari Galih kak." Suara Putri seketika mengagetkan Tegar yang duduk di taman kampus dengan roti di tangannya.

"Kamu ngagetin aja.." ujar Tegar kesal dengan Putri yang seketika datang berujar semaunya.

"Salam dulu kek."

"Hidung lo kenapa, Bang?" Putri menatap tajam hidung itu. Gurat-gurat luka masih tampak jelas.

"Biasa gua mah, gelut sama macan."

"Hah?"

"Bodoamatlah, Put. Loe mau ngomong apa tadi?"

"Galih.."

"Galih Ardanang Raka. Anak elektro itu..."  Suara Putri terdengar sangat bersemangat.

"Bisa diatur kapan ketemuan sama Galih put."

       Gadis berjilbab merah bata dengan kemeja putih itu mengangguk.

"Oke aku chat temenku dulu."

"Anak elektro juga?" Tanya Tegar.

"Iya, namanya Nicholas. Dia temen akrab si Galih."

"Galih itu ganteng loh kak.."
Gadis itu tersenyum-senyum sendiri, seketika Tegar menoleh.

"Andai aku yang jadi pacar si Galih" Ujar Putri tertawa.

"Oh iya bagaimana kelanjutan buku harian Sandi?" Lanjutnya

"Buku harian itu nihil, sulit menemukan petunjuk dari sana tentang keluarga Sandi. Namun, perihal Boo banyak petunjuk di buku itu..."

"Boo?"

"Siapa si Boo?"

Tegar kali ini tertawa. Boo adalah suatu panggilan unik yang ditujukan pada Galih dan itu terdengar sangat lucu baginya.

"Galih."
Tegar menjawab singkat.

Tiba-tiba  gawainya berbunyi.

"Wah temenku bales nih.."

"Katanya Galih bisa ketemuan hari ini habis matkul.."

Sekitar pukul dua siang mereka bertemu di gazebo. Hanya Tegar dan Galih. Putri tidak bisa bergabung karena masih ada kelas.

"Galih?"

Tegar menoleh ke arah pemuda yang berdiri di depannya dan kemudian berdiri menyalami Galih. Tegar mengakui dalam hati ketampanan Galih. Tinggi, berkulit langsat ditambah style kemeja yang dibuka dan jam tangan yang melekat di pergelangannya.

"Iya." Jawab Galih singkat.

"Aku perlu banyak info tentang Sandi dari kamu.."

"Bisa kamu ceritain?"

Galih kemudian duduk menghela napas berat. Menaruh tasnya dan bersandar.

"Hmmm"

"Mulai darimana ya Bang?"

"Darimana aja, Lih." 

"Sandi bener-bener  cewek super kuat, Bang."

" Dia cantik, pintar, dan sosok kakak yang kuat,tapi sayang dia pergi entah kemana sekarang.."

"Aku memanggilnya pinky dan dia memanggilku Boo. Bucin banget emang." Ujarnya tersenyum malu.

"Bisa lo ceritain?" Ujar Tegar menatap ke arah Galih yang tersipu.

"Gua suka nih dengerin yang bucin-bucin sekalipun gua jomblo.." ujar Tegar bersemangat mendengarkan.

"Okedeh Bang Gua ceritain." Ujar Galih tersenyum menyenderkan punggung ke belakang, menghela napas pelan.



Kupu-Kupu Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang