MAHARANI

1.5K 181 4
                                    

HIDUP INI MISTERI, PENCURI MUNGKIN SAJA DIA YANG KITA PERCAYAI DAN PENDUSTA BISA SAJA DIA YANG KITA SAYANGI

"Bang aku ragu kesana.."
Lagi-lagi Putri ragu memasuki gedung berdinding putih pucat itu.

"Udah, ayo kesana!"
Tegar menarik tangan gadis itu menyebrang jalan menuju gedung  itu.

"Kita harus bergerak cepat!"

"Kenapa?"

"Nanti malam aku banyak kerjaan. Jadi, kalau bisa kita balik dari sini jangan terlalu sore."
Putri mengangguk mengikuti Tegar dari belakang.

Halaman depan panti itu nampak suram. Sepi, kosong. Dedaunan kering berserakan tak karuan.

"Permisi.."
Suara Tegar  terdengar ragu.

"Sepi..."
Tegar menghela napas pelan.

Kedua insan itu memasuki ruangan itu.

"Kosong."

Mereka berjalan-jalan hingga sampai ke salah satu ruangan dimana tempat para pasien duduk, tertidur, di balik jeruji besi. Menyeramkan. Putri terus menggenggam erat tangan Tegar.

Raut wajahnya nampak begitu takut, pucat.

"Hai tampan! "

Gadis seusia Tegar melambai-lambai tangan ke arahnya. Rambut panjangnya kumal, wajahnya lusuh.

Tegar tertawa.

"Haii." Balas Tegar diikuti tawa gadis itu.

"Lumayan lah Bang ada yang bilang Bang Tegar ganteng. Haha."

"Emang gue ganteng, kemana aja lu."

Sesekali pasien di balik jeruji besi menyapa mereka sembarangan, tertawa, menangis.

"Cari siapa?"
seorang wanita keluar dari arah salah satu lorong.

"Em begini bu. Kami ingin mencari informasi di panti ini. Sebelumnya perkenalkan saya Tegar dan ini patner saya Putri. Kami youtuber dan ingin membuat vlog berkunjung ke panti ini."

"Tentang apa?"

"Lebih tepatnya mengenai Ibu Rani."

wanita itu menghela napas pelan mengajak Tegar dan Putri ke salah satu ruangan.

"Bu Rani?" Ibu itu menatap selidik.

"Maaf bu, sebelumnya kami hanya tertarik dengan kisah Ibu Rani dan ingin mengangkat kisah ini." Sambung Putri dengan ramah.

"Sebelumnya perkenalkan, nama saya Dahlia Liliana." Perempuan berusia sekitar empat puluh tahunan itu menjulurkan tangan tersenyum ramah.

"Panggil saja bu Lili."

"Dulu suami saya yang membuat tempat ini. Banyak juga yang sudah keluar dari tempat ini, ada yang sembuh, ada juga yang dicari keluarganya. Suami saya sangat peduli dengan odgj dan dia ingin memperlakukan mereka dengan layak."

"Suami saya sekarang pindah tugas ke Bekasi, jadi nggak selalu bisa memantau mereka satu-satu. Saya juga kerja, rencananya kami mau cari orang buat urus-urus di sini."

Tegar dan Putri membalas dan tersenyum ramah.

"Baiklah kita mulai dari mana?"

"Dari bu Maharani datang ke sini."

"Tepatnya dua belas tahun lalu.." suara wanita itu terdengar samar.

"Kejadian itu sangat saya ingat, dimana pertama kalinya saya mendapati pasien gangguan mental sedang hamil."

"Hamil?"
Mereka terkejut bukan kepalang. Ini fakta baru. Putri langsung mencatat data-data penting dalam buku catatannya.

"Berarti bu Maharani mempunyai 3 anak?"

Bu Lili mengangguk.

"Ibu Maharani selalu saja berkhayal menjadi seorang dokter dan selalu memanggil nama suaminya. Sesekali ia berteriak-teriak ada rampok. Mungkin kejadian perampokan itu masih terus terngiang diingatannya."

"Siapa anak Ibu Maharani?"

"Namanya Reina. Dia sudah beranjak dewasa sekarang. Mungkin berusia dua belas tahunan."

"Sekarang dimana Reina?"
Pembicaraan mereka kini makin terasa serius.

Ibu itu terdiam. Matanya menatap ke arah Tegar dan Putri dalam.


Kupu-Kupu Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang