"Boo dengerin aku! Semua ini nggak seperti yang kamu kira!"
Sandi terus melangkah cepat mengejar Galih yang berjalan cepat di depannya."Lih, please maafin aku!"
Kali ini ia berhenti. Suaranya terdengar sesak. Galih terhenti dari langkahnya tanpa menoleh."Galihh!" Teriakannya tetap tak digubris cowok berkemeja kotak biru dengan tas hitam di punggungnya itu.
Galih tetap melanjutkan langkahnya tanpa peduli Sandi menangis. Sandi hanya bisa mengusap air matanya. Seketika ia menemukan cara untuk membuat Galih memaafkannya. Gadis itu berbalik, berjalan cepat menuju tempat berkumpulnya anak-anak elektro. Gedung teknik geofisika sebenarnya jauh dari elektro karena memang beda fakultas dan sebetulnya Sandi hari itu tidak ada kelas, Ia ke kampus untuk menemui Galih.
"Permisi" suara Sandi memecah gerombolan yang duduk di gazebo menatap laptop berwarna hitam.
"Sandi?" Salah satu dari mereka menyapa.
"Kenapa,San?"
Mereka semua menoleh ke arah Sandi.
Sandi menjelaskan maksud kedatangannya. Mereka mengangguk dengan rencana yang akan dilakukan Sandi nanti malam. Gerombolan yang terdiri dari Nicholas, Adam, Arko, dan Juan siap membantu Sandi.
"Galih harusnya beruntung punya cewek kaya lo." Ujar Arko memuji.
"Bego aja tuh si Galih,'' celetuk Nicholas.
"Pokoknya jangan sampai Galih tahu tentang ini."
19.30
Gerombolan Arko sudah nampak di kafe bergaya jadul milik suami bu Warda. Ia menatap ke arah cermin yang di pegangnya sembari terus memperbaiki rambut panjangnya yang terurai.
Sandi,gadis manis berambut panjang. Ia tidak memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sekitar 165 cm. Ia nampak menawan dengan kulit sawo matang dan tahi lalat di dahinya.
"San! Ayo!"Ujar salah satu temannya.
Sandi muncul di panggung, duduk dengan gitarnya. Galih yang masih sibuk dengan ponselnya tak menyadari hal itu.
Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
......Jika kau tak percaya padaku
Sakitnya akuJika kau lebih dengar merekaSedih hatikuBanyak cinta yang datang mendekatKu menolakSemua itu karena kucinta kauKau
..
seketika cowok itu menoleh ke arah panggung diiringi sorakan riuh dari kawan-kawannya.
"Cie yang baikkan!" Arko meledek Galih dengan menepuk punggungnya.
Arko, cowok tipe seperti Arko ini cowok yang easy going, asyik, dan ramelah pokoknya. Berperawakan hampir sama dengan Tegar, rambut gondrong, kumis tipis, kulit sawo matang. Pokoknya kalau udah kenal Arko kebanyakan orang pasti langsung klop.
Sandi terus menikmati alunan gitarnya hingga lagu usai.
"Lagu ini buat cowok berkaos putih di sana." Sandi menunjuk Galih yang masih terngangga.
Seluruh pengunjung tersenyum. Galih yang semula kesal benar-benar luluh akan pengorbanan Sandi.
"Bro! Jangan pernah sia-siain cewek kaya dia!" Nicholas menepuk punggung Galih.
"Iya, jangan jelalatan."
Sandi kemudian turun berjalan ke arah Galih dan gerombolannya.
"Galih , maafin aku."
Galih tersenyum kemudian berdiri.
"Iya. Aku maafin kamu."
"Ciee.."
"Jangan pelukan, Please. Yang jomblo pada iri ntar," celetuk Arko.
"Belom sah juga."
Sandi tersenyum sipu. Galih menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"I love you"
"I love you too Boo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Tak Bersayap
ChickLitpada dasarnya hidup memang tidak sederhana, apalagi urusan perasaan. Kisah ini pendek, hanya sekelumit benang merah perjalanan hidup seorang gadis yang sudah tidak percaya lagi dengan kehidupan, kebahagiaan, apalagi cinta sejati.