Dengan tatapan penuh keraguan ia melangkah. Ia hanya mengenakan pakaian sederhana seperti biasanya. Rambutnya terikat ke belakang dengan tas kecil selempang.
"Permisi, ruangannya Husein di sebelah mana, ya?"
Resepsionis itu menatapnya tajam. Dipandanginya gadis itu dari atas ke bawah. Siapa dia? Berani sekali memanggil bos besar dengan namanya saja. Gumamnya dalam hati.
Sandi berbalik menatap tajam perempuan di hadapannya.
"Kenapa?"
"Maaf, ada keperluan apa, ya? Apakah sudah ada janji sebelumnya dengan bapak Husein?" ujarnya berusaha menunjukkan keramahannya, tetapi tatapannya yang merendahkan tidak bisa berbohong.
Gadis itu tak menjawab hanya mengangguk.
"Hei.."
Suara itu mengagetkan resepsionis bermala Dela itu. Dela menunduk ditatap tiga orang lelaki di hadapannya.
"Ibu ini ingin bertemu dengan ba.." belum selesai Dela berbicara lelaki itu langsung memotong.
"Akhirnya kamu kesini. Nggak nyasar, kan?"
Dela menelan ludah getir. Siapa wanita ini? Hebat sekali dia. Padahal, nampaknya ia hanya orang biasa, tak terlihat seperti relasi bisnis bosnya.
Dua lelaki yang sedari tadi sibuk menelpon dan yang satunya sibuk dengan berkasnya berhenti setelah Husein membuka percakapan dengan gadis itu. Suasanannya begitu kaku. Satu lelaki masih sibuk dengan gawainya.
Dela semakin heran dengan wanita di depannya. Berani sekali dia.
"Lanjutin kerjaan kamu," Husein menatap Dela yang sedari kedatangannya tertunduk. Dela kemudian duduk lalu bergumam dengan teman di sebelahnya.
"Kalian berdua ke ruang meeting dulu. Sambil nunggu Clara. Aku ada urusan sama gadis ini."
Kedua lelaki itu kemudian memahami perkataan Husein. Lalu berjalan pergi. Sandi menatap salah satu lelaki yang sedari tadi sibuk dengan gawainya. Lelaki itu tampan,tinggi,rapi,kulitnya bersih, dan jam serta gawainya bukan barang yang murah. Mungkin untuk membeli jam tangannya saja aku harus menabung seumur hidup, gumamnya dalam hati. Apa mereka bertiga bos besar di perusahaan ini? . Husein yang menyadari Sandi terfokus dengan kakaknya itu lalu segera menarik kasar Sandi menuju ruangannya. Mereka masuk lift.
"Kenapa sih lo narik tangan gue kasar banget."
"Lo tuh, genit banget sih."
"Genit? perasaan dari tadi gue diem," ujarnya kesal.
"Dia kakak gua yang sibuk main hp. Pasti lo ngincer dia,kan?"
"Jangan bilang lo suka sama dia. Nggak selera sih dia kayaknya sama cewek kaya lo," ujarnya santai.
Ingin sekali gadis itu menampar mulutnya yang sembarang berucap. Namun, ia memilih diam tak menggubris.
"Lo itu punya gue, dan itu mutlak."
Sandi menelan ludah getir. Seberapa banyak uang yang ia beri ke pamannya? Mengapa ia bisa seenaknya begitu.
Sandi duduk menatap kosong lelaki di hadapannya. Lelaki itu tersenyum simpul.
"Kenapa, San? Lo butuh duit?" ujarnya masih dengan senyum yang sama. Menjengkelkan.
tanpa basa basi gadis itu menyodorkan sebuah alat tes kehamilan dari tasnya. Husein menatap tajam.
"Apa ini?"
"Gue hamil. Lo harus tanggung jawab!" uajrnya menatap Sandi tajam.
Husein marah dengan sikap Sandi yang berani membentaknya. Ia lalu berdiri menggertak meja.
"Lo pasti nggak hamil sama gue,kan? Gue tahu banyak lelaki yang udah tidur sama lo, kan? Jawab!"
"Gue udah mau nikah sama calon gue. Gua bakal kasih berapapun yang lo mau asalkan lo nggak ganggu pernikahan gua," ujarnya penuh amarah menatap gadis di depannya.
"Lo itu buat seneng-seneng gue aja, nggak lebih. Dan gua puas sama lo. Makanya gua mau lo tetep ada di hidup gue sebagai pemuas, nggak lebih. Gua bisa kasih semua yang lo mau, mobil,rumah, atau istana sekalipun, tapi lo inget posisi lo. Dan lo Cuma sampingan bukan yang utama di hidup gue."
Plakk.
"Keparat!" ujarnya berdiri menatap tajam lelaki di hadapannya.
"Wah, cewek kaya lo nyalinya gede juga,ya. Lo nggak tahu siapa gua? Lo berani sama gua? Oke, gua bisa dengan mudah hancurin hidup lo dan keluarga lo dalam sekejap."
"Gimana, setuju kan dengan perintah gua. Lo bakal gua kasih rumah tapi nggak di kota ini dengan syarat lo nggak boleh ganggu pernikahan gua dan gua bakal sering ke rumah lo buat nyari kepuasan batin. Kalo lo nolak, lo paham sendiri konsekuensinya. Gua Husein putra dari bapak Wijanarko yang terhormat. Gua mampu segalanya," ujarnya dengan penuh kesombongan.
"Gua nggak takut sama lo. SAMA SEKALI!"
Husein semakin menatap tajam gadis itu lalu mengangkat dagunya.
"Emang lo siapa? lo itu nggak lebih dari pelacur."
Sandi mentap tajam. Air matanya membuncah. Ia ingin menangis sekeras-kerasnya. Padahal malam itu ia diberi obat perangsang oleh suami bu Warda. Ia melayani lelaki itu diluar kesadarannya.
"Gua bisa buat keluarga lo malu. Gua bakal hancurin nama baik keluarga Wijanarko."
"Hah? Are you really? Kacung gua bisa dengan mudah bunuh lo kalau gua suruh tanpa terendus polisi."
"Silahkan." jawab gadis itu sembari menutup gurat kesedihan di wajahnya.
Lalu ia memilih pergi dari tempat si keparat itu sembari membanting pintu tak sopan. Orang-orang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Siapa gadis yang sudah berani menutup pintu bos besar dengan kasar.
"Eh siapa sih dia, berani banget."
"Iya, apa dia selingkuhan si bos?"
"Tapi dia lebih cantik loh dari bu Clara."terdengar samar-samar orang-orang menggunjinginya.
Lelaki yang ia temui bersama Husein di bawah berpapasan dengannya di lift, tatapannya berbeda sekali dengan Husein. Orang-orang di dalam lift memandanginya dengan heran. Mengapa ada orang menangis tersendu-sendu di tempat umum seperti ini?
Husein-
"Siang pak Radit," ujar orang-orang saat melihat lelaki itu akan masuk ke ruangan Husein."
ia membuka pintu saat melihat adiknya mengumpat sendiri sambil menggebrak mejanya dengan kasar."Hey, what happen, Bro?" ujar lelaki itu bingung.
"Duduk, bang."
"Siapa cewek tadi?"
Husein tak menggubris.
"Clara udah dateng?"
"Iya dia udah di bawah. Ayo cepetan."
HALLO TERIMA KASIH TEMAN-TEMAN. JANGAN LUPA KRITIK DAN SARANNYA YAH :) . SALAM HANGAT DARI SAYA. SEMOGA KALIAN SUKA DENGAN CERITANYA . HAPPY READING :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Tak Bersayap
Chick-Litpada dasarnya hidup memang tidak sederhana, apalagi urusan perasaan. Kisah ini pendek, hanya sekelumit benang merah perjalanan hidup seorang gadis yang sudah tidak percaya lagi dengan kehidupan, kebahagiaan, apalagi cinta sejati.