-Remuk, lebih dari itu.-
Sepotong cerita dari ibu Lili ketika Sandi berkunjung ke sebuah panti sosial tempat ibunya menetap..
"Kamu yakin, San?"
Bu Warda menggandeng Sandi memasuki halaman panti."Iya bu, Sandi kangen Ibu Rani."
Sandi berusaha meyakinkan bu Warda untuk tetap mengantarnya meski matanya tak sanggup berbohong. Matanya berkaca-kaca. Hanya senyum tipis yang berusaha menyelimuti rapat kesedihannya.
Bangunan itu beberapa tahun lalu masih bagus belum seperti sekarang. Saat itu Sandi berusia sekitar tiga belas tahun. Beberapa tahun setelah kejadian perampokan itu terjadi.Masa itu adalah kali pertama Sandi mengunjungi ibunya.
Ibu yang mengantar Sandi bertemu Maharani adalah bu Lili.Mata gadis itu menatap langit-langit mencegah agar air matanya tak jatuh. Beberapa langkah sebelum sampai ruangan tempat ibunya, bu Warda terus merangkul erat pundak gadis itu.
"Ibu Rani.."
bu Lili memanggil sesosok ibu yang duduk di pojok ruangan di balik jeruji besi.
Ibu itu tampak lusuh. Rambut panjangnya tergerai tak beraturan.Beberapa detik kemudian ibu itu menoleh.
"Ibu...."
"Ibu!!" Kali ini gadis itu berteriak, menangis.
"Ibu, Sandi kangen."
"Ibu! Sandi sayang ibu! Sandi ingin bersama ibu lagi!"
"Ibu! Dengarkan aku!"
"Ya Allah.. kuatkan anak ini." Bu Warda terus berusaha menenangkan Sandi.
Ibu Rani hanya menatap bingung ke arah Sandi sesekali ia tertawa. Beberapa detik kemudian ia berjalan ke arah gadis itu. Sandi terus berusaha menggenggam tangan ibunya dari balik jeruji besi.
"Ibu, Sandi sayang ibu...." Kali ini bu Lili menyerah melihat situasi ini, sesekali ia mengusap air matanya.
Ibu Maharani lagi-lagi tak merespon apapun kecuali tertawa.
Ia hanya tertawa bahagia seakan-akan tak ada gadis kecil di hadapannya yang menangis karena melihatnya.
''Ibu lihat Sandi! Ini Sandi, Bu. Ayo pulang, Bu." Air matanya terus menetes, suaranya makin kencang, namun hanya digubris tawa oleh Maharani.
Sandi berbalik arah kemudian memeluk bu Warda.
"Bu, Sandi pamit.." ujarnya menoleh ke arah ibunya dan kemudian meminta bu Warda membawanya pergi dari ruangan itu.
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Tak Bersayap
Chick-Litpada dasarnya hidup memang tidak sederhana, apalagi urusan perasaan. Kisah ini pendek, hanya sekelumit benang merah perjalanan hidup seorang gadis yang sudah tidak percaya lagi dengan kehidupan, kebahagiaan, apalagi cinta sejati.