Enam

920 137 16
                                    

Bani yang baru sampai didepan kamar Yuki pun dibuat bengong sama kakaknya yang tetap berdiri dengan tampang mengenaskan.

"Kok gag masuk kak?" Tanya Bani yang kini sudah berdiri disamping Stefan.

Stefan tetap diam dengan mata fokus kearah tempat tidur Yuki.
Bani pun memperhatikan arah mata Stefan dan di ber'oh ria.

Lalu Bani masuk dan duduk disofa dengan tenangnya. Sementara Max dan Verrel menatap Bani dengan pandangan bingung. Hingga tatapan mereka jatuh kembali kepada Stefan.

"Siapa lo? Maen masuk kamar cewek. Gag pakek ketok pintu segala." Verrel bangkit dan bertanya kepada Stefan.

"Gue pacarnya Yuki" ceplos Stefan secara spontan.

Verrel dan Max saling pandang dan sedikit terkejut.

"Ralat. Mantan maksud lo" Al bangkit dan berjalan kearah Stefan lalu menepuk bahunya pelan dan berbisik. "Gue ingetin kalo lo lupa" Al pun berbalik dan duduk disebelah Bani.

Sementara Stefan hanya bisa bungkam. Verrel dan max pun kini sudah tidak duduk diambal bulu dengan tangan memegang stik PS karena mereka kini sudah ada disofa.

Stefan murung dan menunduk lalu mengangkat wajahnya dan ikut duduk disofa barengan dengan yang lain.

"Jadi ada yang mau lo jelasin sekarang?" Al memulai pembicaraan.

"Ada apa emangnya?" Max ikut menimpali dengan pandangan bingung dan Verrel hanya ngangguk angguk setuju dengan pertayaan Maxime.

Sementara dari arah tempat tidur. Yuki yang mulai terbangun pun mencoba membuka matanya perlahan dan merasa ada yang mengenggam jemarinya, Yuki segera mengalihkan pandangannya kearah samping dan terkejut melihat siapa yang ada disampingnya saat ini.

Dengan senyum mengembang Yuki pun bergerak bangun sambil menyentakkan tangan orang itu lalu menepuk pipinya sedikit keras.

Karena saking semangatnya melihat orang itu ada disini. Yuki tidak sadar bahwa Dia sedang sakit. Dan sakit dikepalanya pun kembali menghantam.

"Aauuu.. sss" ringgis Yuki sedikit keras dengan tangan memegang kepalanya sendiri.

Spontan semua pandangan jatuh kearah tempat tidur Yuki dan segera bangkit dengan wajah sekhawatir banget.

Al, Verrel dan Max segera berlari kearah Yuki dan dengan sigap memberikan apapun yang bisa mereka beri.

Sementara Stefan bengong. Bani? Jangan tanya. Karena itu anak masih tetap fokus kelayar petak.

"Bangun lo taik." Seru Verrel menepuk pipi Adi keras.

Adi pun mengerjapkan matanya perlahan dan mendongak. Seketika matanya berbinar karena melihat Yuki yang juga melihatnya.

"Minum Max minum. Yaellah lamun aja lo ah" Verrel yang emang paling rempong diantara mereka berempat pun kembali bicara.

Dengan cepat Max memberikan minum keVerrel dan Verrel memberikannya keYuki. Yuki segera mengambil dan meminumnya dengan segera lalu memberikan gelas itu kepada Verrel yang dengan cepat diambil dan diletakan kembali diatas meja.

"Ambil makan siang Yuki dibawah buruan. Mintak sama sih mbok." Verrel menyenggol lengan Adi yang masih setengah sadar. Adi mengerjapkan matanya dan segera melotot lalu bangkit dan berlalu dengan cepat.

Semua tampak sibuk. Al yang berjalan kesisi kiri Yuki membuka laci dan mengambil obat yang diberikan oleh tante merry tadi.

Verrel yang sibuk memijit kening Yuki dan Max yang sibuk bertanya 'mana yang sakit ki. Mana mana' bener-bener rempong.

Cinta AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang