Perth, Australia.
Helin menghembuskan nafasnya legah, setelah sekitar 4 jam yang lalu ia harus menahan nafas dan membuang nafasnya tidak tenang dan menutup matanya ketika berada di dalam pesawat. Helin takut ketinggian.
Helin menikmati suasana hotel yang ia tempati saat ini, benar-benar lebih dari kata nyaman. Semua serba mewah. Mulai dari luas kamar sampai dengan fasilitas-fasilitas yang di tawarkan di hotel ini pun benar-benar memanjakan orang yang menghuninya.
"Andre makasih ya!" Ucap Helin tulus pada suaminya yang sedang duduk di atas ranjang.
"Untuk?" Tanya Andre singkat.
"Untuk semuanya!" Jawab Helin antusias.
"Contohnya?" Tanya Andre lagi.
"Contohnya, ya ini udah ngajakin Helin ke Australia" jawab Helin polos sambil tersenyum senang.
"Ohh" jawab andre singkat.
Senyum Helin memudar begitu saja ketika mendengar respon suaminya yang benar-benar singkat, padat, tapi gak jelas.! Enak aja dia bilang "ohh" doang!
"Kenapa?" Tanya Andre tanpa menoleh ke arah Helin.
Helin dibuat bingung dengan sikap Andre yang lama-kelamaan melebihi dukun, "kok, dia bisa tau sih kalo dirinya sedang diperhatikan tanpa menoleh sedikitpun?"
"Kenapa apanya?" Jawab Helin pura-pura tidak tahu.
"Itu lihat-lihat!" Ucap Andre to the point.
"Percaya diri banget sih jadi orang!!!" Elak helin tak terima
Hening...
Andre tidak menjawab Perkataan Helin. Mereka cukup lama diam-diaman, tapi mata Helin tetap tertuju pada suaminya yang sedang duduk manis menatap ke depan bukan ke arah dirinya.Helin mendecak sinis. apa pemandangan di depan mata Andre lebih menarik, dibandingkan dirinya?! Padahal objek yang Andre lihat juga tidak jelas, hanya sebuah benda mati, yaitu televisi yang bahkan sedang mati belum dinyalakan.
"Televisi mati itu lebih menarik dibandingin aku?" Sindir Helin pada Andre.
"Televisinya gak mati!" Elak Andre.
"Mati itu!" Kekeh Helin.
"Masa, hotel semewah ini televisinya mati?" Kata Andre dengan wajah sok polos.
"Bukan gitu Andre, maksud Helin itu televisinya mati bukan karena rusak tapi belum dinyalain!" Jelas Helin.
"Ohh" jawab Andre singkat.
"Udah gitu doang?" Sindir Helin kesal.
Andre melirik ke arah Helin. "Tolong nyalahkan televisinya!" Perintah Andre sambil menunjuk remote televisi yang berada di sebelah televisinya.
"Gak mau!" Tolak Helin.
Andre mengernyitkan dahinya bingung "kenapa gak mau?"
"Andre tega!"
"Hah?" Jawab Andre bingung.
"Andre lebih milih televisi dibanding Helin!!" Jawab Helin berlebihan.
"Apaan sih Helin! Nyalahin itu televisinya!!"
"Gak mau Andre!"
"Yaudah gak usah!" Jawab Andre mengalah.
Ia menoleh ke arah istrinya, ingin mengetahui ekspresi istrinya. Andre terkekeh pelan melihat istrinya cemberut . "Kamu kenapa?" Ucap Andre lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR [COMPLETE]
RomanceAwalnya aku memang tidak mencintaimu, tidak menginginkanmu sama sekali. Tapi lihatlah sekarang? Betapa gilanya aku tanpamu! Andre Steffan Alarix Aku mencintaimu dengan amat sangat. Walaupun kamu sama sekali tidak menginginkanku. Terkadang aku benar...