Helin membeku, sosok yang tak punya hati itu ada di sana, di anak tangga mati ketiga. Dirinya gemetar hebat, ia tak lupa pada apa yang dilakukan Daniel pada suaminya. Saat ini, memori pedih yang Helin berhasil keluarkan dari pikirannya menjadi terbayang dengan kengerian saat ini.
Para tamu.. satu persatu tak sadarkan diri, yang tersisa tidak bisa berbuat apa-apa selain terdiam bodoh menunggu giliran mereka tergeletak tak sadarkan diri juga. Tapi sebagian dari yang tersisa tetap berusaha mengejar ke posisi Daniel, tapi belum juga sampai.. nasibnya sama pada pendahulunya, mereka pingsan.
"Huh.. padahal sudah kuperingatkan, kenapa masih ngeyel juga?"
Daniel menggulung lengan kemejanya seolah tak terjadi apa-apa.
Daniel tiba-tiba terkekeh. "Andre, kenapa kau hanya menatapku seperti itu, kemarilah... kau tidak takut, kan?"
Andre mebalas dengan seringaian tak kalah meremehkan, lalu membuang ludah ke sembarang arah. Andre melangkahkan kaki berniat menyusul Daniel, tapi Helin sudah menangkap pergelangan tangannya saat Andre baru berniat berjalan satu langkah.
"Kamu juga tadi minum cukup banyak." Risau Helin dengan kaki yang mulai gemetar. Ia tak menyangka kejadian mengerikan akan terulang... sebentar lagi.
"Sebenarnya percuma... berdiam diri juga akan pingsan nanti, hanya memperlambat prosesnya saja, Sayang."
Helin memeluk lengan Andre, ia bergetar hebat sekarang, setidaknya.. biarkan suaminya ada disampingnya sampai Andre ikut tak sadarkan diri jua, ia ingin menyediakan tubuhnya untuk tempat Andre bersandar.
"Hei!" Mr. Klieson menginterupsi Andre yang hendak melanjutkan langkah ke anak tangga.
"Biarkan.. kita ikuti saja, alur permainan dia." Lanjut Mr. Klieson dengan tatapan tak terbaca, dan Andre mengernyitkan dahi... mencoba lebih fokus. Apa ia tak salah dengar, tadi?
Mencoba lebih fokus? Ia tak berhasil.
Karena sekarang ia mulai berkeringat, matanya mulai berkabut seakan ada gumpalan asap yang datang tiba-tiba entah darimana, suara disekitarnya menjadi samar, tapi Andre dapat memastikan... hal terakhir yang ia dengar adalah teriakan panik mamahnya dan istrinya.
Dan semua menjadi gelap...
*****
Andre menyipitkan mata ketika ia mencoba membuka mata, ia merasakan kelopak mata yang memberat, ia menggelengkan kepalanya mencoba sadar.. ia tidak boleh tidur lagi.
Setidaknya ia masih ingat terakhir kali ia berada di tengah-tengah kerumunan orang... dan Daniel.
Sial. Ya, ia ingat Daniel ada disana, ia mengingat semuanya!Semuanya.. dari awal hingga ia tak sadarkan diri. Ini semua ulah Daniel.
Ia bangkit berdiri, meskipun ia mulai merasa pening. Andre menoleh ke sekitar mencari keberadaan keluarganya... dan ia tersenyum legah ketika mendapati seluruh keluarganya ada disekitarnya, semua pingsan... kecuali, Helin dan Nyonya Kyra.
"Mah, Helin."
Andre beringsut kearah mereka yang sedang terduduk pasrah sambil memeluk dengkul kakinya.
Mereka langsung sadar bahwa Andre sudah terbangun langsung menyambut Andre dengan mata berbinar namun beberapa detik kemudian mereka dengan kompak menaruh jari telunjuk di bibir mereka sambil berbisik. "Jangan berisik, nanti mereka datang." Dengan wajah panik
Andre langsung mengatupkan bibir, lalu menjawab dengan anggukan.
"Kalian baik-baik aja" bisik Andre pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR [COMPLETE]
RomanceAwalnya aku memang tidak mencintaimu, tidak menginginkanmu sama sekali. Tapi lihatlah sekarang? Betapa gilanya aku tanpamu! Andre Steffan Alarix Aku mencintaimu dengan amat sangat. Walaupun kamu sama sekali tidak menginginkanku. Terkadang aku benar...