23

337 56 8
                                    


"Just hold me tight." -Kenneth

"Mom... Mendapat kekerasan dalam rumah tangga dari Dad?"

Bruce hanya diam, kedua matanya fokus menatap kopi hitam miliknya yang belum ia sentuh sama sekali.

Aku menggosok wajahku menggunakan kedua tanganku.

Mengapa Mom tidak pernah bilang padaku? Mengapa ia membiarkanku tinggal bersama Dad?

"Bukan ibumu yang meminta cerai, tapi ayahmu."

Sebenarnya apa yang Dad inginkan? Ia membuatku bingung.

"Ibumu tidak dengan begitu saja melepaskanmu saat hubungan diantara mereka sedang berada diujung tanduk." Ujar Bruce.

Aku yang masih menutup wajahku menggunakan kedua tanganku, menggunakan telingaku untuk mendengarnya.

"Segala cara ia lakukan untuk berhasil mendapatkanmu, tapi ayahmu mempunyai beribu macam alasan yang pada akhirnya keputusan hak asuh anak jatuh pada ayahmu."

"Ibumu tentu saja sangat terpukul saat itu, ia tak pernah keluar dari rumahnya selama 2 bulan."

Mendengar itu, kedua tanganku tersingkir dari wajahku. Menatap Bruce yang sedang bercerita tanpa membalas tatapanku.

"Aku datang setiap hari untuk melihat kondisinya, tak banyak perubahan yang ia tunjukkan. Tapi aku senang ia sudah mau makan dan keluar dari kamarnya." Aku bisa lihat wajah Bruce yang mengenang masa masa dimana ia berusaha membangkitkan kembali semangat hidup Mom.

Bagaimanapun juga, aku sangat berterimakasih padanya karna telah membuat Mom bisa tersenyum dan melanjutkan hidupnya kembali.

"Kau tahu Cameron, ibumu sangat mencintai ayahmu melebihi apapun. Begitupun sebaliknya."

"Lalu apa yang terjadi pada Dad? Mengapa ia berubah?"

Bruce tersenyum miring sebelum menanggapi pertanyaanku, "semuanya karnaku."

Aku menautkan kedua alisku, benar benar tak mengerti.

Bruce melempar pandangannya ke jendela kaca yang terdapat disamping dimana kami duduk, ia mulai meminum kopi dinginnya.

"Aku tak mengerti maksudmu."

Lelaki berumur 40-an itu menyenderkan punggungnya pada kursi dan menaruh kedua tangannya di sisi kursi, menatapku dengan manik mata hijau nya.

"Waktu yang akan menjawab semua pertanyaanmu."

Author's pov

Angin malam membelai rambut gadis yang sedang terlelap dipelukkan lelaki berambut keriting, membuat kedua mata lelaki itu sama sekali tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari wajah gadis itu.

Udara malam terasa begitu dingin sampai terasa menusuk kulit, namun itu semua tidak membuat Chloe terbangun karna dinginnya udara.

Lelah.

Gadis itu telah mengeluarkan semua emosinya kurang lebih selama 5 jam lama nya.

Harry semakin mengeratkan jaket hitam miliknya yang membalut tubuh mungil Chloe. Pelukkan darinya pun semakin mengerat ketika Chloe membuat sedikit pergerakkan.

Entah sampai kapan mereka harus berada di rooftop, Harry selalu siap menemani Chloe dimanapun dan kapanpun. Bahkan ia rela membuka kedua matanya sampai matahari terbit hanya untuk memastikan bahwa gadis itu baik baik saja.

Kenneth [HS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang