"Nash?"
"Iya?"
Saat ini mereka sedang dalam lift menuju lantai satu dimana foodcourt dan tempat-tempat bersantai berada. Kalau tidak salah, Anggara menunggu mereka di kedai kopi yang berlogo hijau yang diminati orang-orang berkantong tebal jaman sekarang.
Daniella menyandarkan punggung di dinding lift.
"Ada apa?" Nash tak sabar menunggu pertanyaan yang sepertinya sangat sulit diucapkan wanita di sampingnya.
"Tadi itu,"
"Lupakan."
Ugh. Daniella menelan ludahnya. Ia pikir semuanya sudah lebih baik tapi perkiraannya salah. Tidak, ia tidak akan marah. Mereka sudah sama sekarang. Jika pertama kali ia dianggap murahan maka sekarang Nash pantas disebut brengsek. Satu sama. Dan jika Nash meminta untuk melupakannya tadi, Daniella akan bersikap melupakan masalah itu. Daniella akan mencari asisten baru dan Nash akan jauh dari pandangannya. Ia akan menyelematkan hati dan dirinya dari permainan pria sejenis Nash.
Ketika lift terbuka, Daniella menenteng tas dan meminta berkas dari Nash. "Kurasa peranmu cukup sampai di sini saja. Meeting-nya hanya urusan tanda tangan." Kata Daniella berjalan memasuki kedai kopi di depannya. Nash yang mendapat perintah bukannya menurut tapi ia mengekor di belakang Daniella.
"Angga!" pekik Daniella langsung menghadiahi pria di sana dengan pelukan. "haruskah bisnis yang mempertemukan kita? Tega sekali kau, Ga?" Daniella merajuk. Ok, di sini Nash melihat sisi lain dari Daniella. Sifat yang pantas dimiliki wanita dua puluh enam tahun. Dan Angga adalah pria yang dipilihnya untuk tempat itu—bermanja ria.
Angga menghela Daniella pada kursi di sebelahnya, melirik Nash yang berdiri di seberang meja. "Siapa, Ell?" tanya Angga. Daniella juga baru menyadari kalau Nash tidak mengindahkan perintahnya.
"Oh, bagian penanggung manajerial, Ga." Jawabnya.
Angga mengangguk paham dan meminta Nash untuk duduk di sana. Daniella masih menikmati waktu bersuanya dengan Angga.
Nash mendengus. "Hmm ..." maksud hati ingin mengumpat namun batuk pura-puralah yang pantas ia keluarkan sekarang. "kita harus meeting bukan?" katanya.
Daniella melirik Nash sebal. Siapa yang menyuruh pria ini ikut sih ..
Untung saja Angga bisa menjadi penengah yang adem ayem tak tahu masalah. Selama hampir setengah jam yang berlangsung, akhirnya rapat selesai dan terimakasih Nash ucapkan pada dewi keberuntungan karna Angga dengan sangat terpaksa harus pulang oleh sesuatu hal. Nash tak peduli hal apa itu, yang penting pria itu pulang, itu saja.
Lalu apa yang terjadi dengan dua manusia yang ditinggal itu?
Hug (Trying To Find The Truth)
Ok, Nash mulai semakin kesal. Setelah Angga pergi, Daniella memesankan kopi untuk dirinya sendiri lengkap dengan beberapa potong cake yang didapatnya dari cakeshop di sebelah kedai kopi itu. Maka sekarang Daniella sedang menikmati makanan manisnya.
"Siapa klien yang tadi?" tanya Nash.
"Anggara."
"Aku tahu. Maksudku, dia siapamu?" Nash lagi yang bertanya.
"Klienku."
"Hubungan kalian selain klien, itu yang kutanya." Nash mulai kesal.
"Oh. Sahabat masa kuliah. Orang yang mungkin jadi suami masa depan."
"Siapa yang tahu dia akan jadi suamimu?" puncak kekesalan Nash udah di ubun-ubun. "kita baru saja tadi berciuman dan besok bisa saja kamu menikah dengan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeous
RomanceAda aturan dalam perusahaan yang dipimpin Daniella yaitu tidak diperbolehkan adanya hubungan asmara yang terjalin antara karyawan perusahaan, tanpa terkecuali. "Nash," "Iya?" "Jika seandainya kita yang memiliki hubungan, apakah saya harus memecat ka...