Daniella terlihat kesusahan mengambil beberapa barang dari mobilnya. Tadi malam ia benar-benar kelelahan dan secara asal memasukkan hal yang dirasanya akan ia berikan pada Nash hari ini. Nyatanya ia terlalu gegabah, barang-barang lain malah ikut terselip di sana. "Ah sial!" ia mengumpat lalu melemparkan barang lainnya setelah mendapatkan satu goodiebag berwarna coklat berukuran sedang.
Menyampirkan tas tangannya ke bahu, Daniella keluar dari lift dengan susah payah. Sea menyambut antusias kedatangan bosnya itu.
"Pagi, Bu," katanya. Daniella mengangguk, berlalu ke ruangannya. Sungguh, satu minggu rasanya ia sudah sangat merindukan ruangan luas dengan desain kesukaannya itu. Ah, sesungguhnya ia lebih merindukan seseorang.
Meletakkan barang-barang pentingnya, Daniella mengambil ponsel lalu menyalakannya. Benar saja, ia benar-benar hidup tanpa gangguan dari benda itu selama liburannya. Ponsel itu hampir saja berhenti sejenak karna notif dari berbagai aplikasi berebut masuk hingga bunyinya benar-benar membuat Daniella melotot.
Ia melihat nama Nash ada di beberapa aplikasi berkirim pesannya, namun ia mengabaikan itu dan langsung menekan tombol panggilan untuk pria itu.
"Nash!" seru Daniella begitu deheman Nash terdengar di seberang. "Aku kangen," ucapnya pelan. Pernyataan yang sama dari Nash membuat wajah wanita itu bersemu. "ayo bertemu, di lift, basement, atau ke ruanganku?" pintanya dengan tidak sabaran.
"Kamu di kantor?" tanya Nash masih dengan suaranya yang seperti tidak terjadi apa-apa. "kurasa memang iya, hmm .."
"Kamu ke ruanganku saja ya, bagaimana?"usul Daniella. Wanita itu menautkan alis dengan penolakan Nash yang hanya dijawab satu kata 'tidak'. Kemudian ia mendengar Nash mendengus sebelum panggilan terputus secara sepihak. Nash memutuskan teleponnya. Buru-buru Daniella memanggil ulang tapi tak ada jawaban hingga ia berulang melakukannya.
_
Dari tadi Daniella sudah menahan diri untuk menemui Nash secara diam-diam. Sebaiknya ia menunggu sampai jam makan siang. Dan sekarang di sinilah Daniella dengan tingkah konyolnya. Sebelumnya ia telah mengirimi Nash pesan untuk tidak keluar ketika jam makan siang.
"Ibu, Daniella?"
Setelah menunggu beberapa menit, Daniella tak menemukan sosok Nash keluar dari ruangan besar tempat para anggota divisi bekerja. Kini ia malah berhadapan dengan dua sobat pria itu.
"Hmm, iya?" jawabnya dengan kaku. Bayangan akan kejadian ia ketahuan berciuman dan apapun yang mereka lakukan malam itu membuat wanita itu malu melihat kedua pria itu.
"Apa yang ibu lakukan di sini?" tanya Rios karena sedari tadi ia dan Jonathan sempat mengamati tingkah bos cantiknya itu dari belakang. Daniella yang mengintip dari tembok di samping lift, jalan pintas menuju akses tangga darurat.
"Mencari Nash?" tebak Jonathan menyiratkan senyum jenaka dari mata dan bibirnya. "pasti ibu belum tahu apa-apa melihat reaksi ibu yang masih santai dan Nash si keras kepala itu malah memilih diam," kata Jonathan kesal. Ia menggigit gigi depannya mengingat Nash yang tidak melakukan pembelaan saat semua orang menyalahkannya. Setidaknya ia berharap Nash menerima usulnya dan Rios untuk menunggu Daniella pulang dulu.
"Memangnya ada apa?" Daniella menatap curiga pada dua bawahannya itu.
_
Sea menatap nanar pada bosnya. Segala sumpah serapah sudah keluar dari mulut Daniella dan beberapa barang sudah terlempar dari tangannya.
"Siapa yang memulai semua itu? Foto seperti itu pasti berasal dari orang dalam!" ia berteriak, tatapannya berkeliling ke penjuru ruangan. "apa mungkin orang-orang di bagian keamanan?" Daniella berpikir lagi. Selain di lift, tempat-tempat ia bersama Nash selalu bersih dari cctv. Terlebih ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeous
RomanceAda aturan dalam perusahaan yang dipimpin Daniella yaitu tidak diperbolehkan adanya hubungan asmara yang terjalin antara karyawan perusahaan, tanpa terkecuali. "Nash," "Iya?" "Jika seandainya kita yang memiliki hubungan, apakah saya harus memecat ka...