"Kau membuatku merasa seperti wanita murahan, Nash!" bentak Daniella tiba-tiba.
Nash berbalik, terlalu kaget dengan reaksi tiba-tiba Daniella. Ia memikirkan alasan wanita itu marah lalu memikirkan mengapa mereka sekarang ada di sini. "jangan lupa, kau juga sudah membuatku sebagai pria yang merayu bosnya demi kedudukan dan memanfaatkan situasi," balasnya.
Daniella tersentak, apa Nash sedang mengatakan kalau ia sedang balas dendam?
"Tapi aku tidak melakukannya dengan sengaja, Nash,"
"Dengan menghilang dan tidak bisa dihubungi selama aku mendapat perlakuan tidak enak dari semua orang kantor dan dipecat tanpa hormat?"
"Nash, aku tidak sengaja menghilang!" suara wanita itu meninggi, "ponselku bahkan benar-benar mati dan aku memang sengaja meninggalkannya di sini supaya liburan kami benar-benar jadi quality time." Jelas Daniella. Ia mendekati Nash, meraih salah satu tangan Nash untuk digenggamnya. "Aku sudah menjelaskan semuanya pada mereka,"
"Dan kamu tidak mungkin dipecat karna kamu adalah pemilik aturan itu, iya kan?"
Daniella mengerang. Dulu ia sempat bertanya tentang pelanggaran aturan itu dan apakah ia akan dipecat kalau ia melanggar. Tapi siapa yang akan memecatnya dari perusahaannya sendiri?
"Kalau kamu ingin aku juga keluar dari sana,"
"Itu tidak mungkin," Nash memotong ucapan Daniella. "Kamu bosnya. Akan jadi apa perusahaan tanpa pemimpin?" tanya Nash lagi lebih pada pertanyaan angin lalu. "Sudahlah. Aku akan mencari pekerjaan lain,"
"Tapi kamu bisa kembali Nash. Mereka sudah menerima soal kita,"
"Kurasa tidak,"
Daniella memandang Nash dengan frustasi. Ia tahu, sulit bagi Nash buat kembali lagi setelah apa yang terjadi. Apalagi keadaan yang membuat mereka memang benar-benar menjalin hubungan.
Ia memikirkan segalanya. Tentang dirinya dan Nash.
"Kalau kamu keluar," Daniella meragu dengan kata-kata yang tertahan di ujung lidahnya. "apa-apakah kesempatanku juga sudah habis?" ia menjeda, "maksudku, bagaimana dengan perasaanku, Nash?"
"Urus sendiri perasaanmu." Jawab Nash ketus.
Daniella spontan menjatuhkan tas yang sedari tadi menggantung di tangannya. "Ya ampun, Nash, itu benar kata-katamu?" ucapnya tak percaya. Ia memang menjadi pihak yang mencintai di sana, tapi bisakah pria itu sedikit memikirkan perasaannya. Bukankah waktu itu ia mendengar kata cinta dari Nash?
"Mengalami ini semua membuatku sadar kalau kita memang tidak seharusnya melakukan ini, Ell,"
"Kenapa?" tanya Daniella lebih tegas, wajahnya sudah keruh dan bersiap menumpahkan kesesakan yang ia rasakan.
"Tidak perlu bertanya kenapa. Kita memang tidak pantas. Lihat," Nash menunjuk dirinya sendiri kemudian mengarahkan pandangan ke segala isi ruangan kecil itu. "jika kamu amati ruangan ini, kamu pasti akan melihat banyak sekali perbedaan dengan apa yang ada di rumahmu."
Gadis itu terdiam. Ia memikirkan maksud dari perkataan Nash hingga jawabannya muncul. Rupanya perbedaan itu yang tidak bisa menyatukan mereka.
"Kenapa pikiranmu sempit sekali, Nash?" ia bertanya sambil terkekeh, "kupikir selama ini kau pintar hingga hal-hal seperti ini takkan ada di otakmu."
"Jangan menganggap sepele hal ini, Ell. Orang-orang kantor bahkan,"
"Persetan dengan mereka, Nash, aku tidak peduli!" Daniella membentak, ia menghempaskan dirinya ke atas kasur kecil di ruangan itu. "Bahkan ayahku menikahi ibuku yang hanya gadis jalanan yang bekerja serabutan demi bertahan hidup. Ibuku yang tidak berpendidikan dan hidup sebatang kara, kau tahu?" katanya dengan membentak di pertanyaan terakhir. "Aku tidak dibesarkan untuk memiliki pikiran sesempit itu, Nash," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeous
RomanceAda aturan dalam perusahaan yang dipimpin Daniella yaitu tidak diperbolehkan adanya hubungan asmara yang terjalin antara karyawan perusahaan, tanpa terkecuali. "Nash," "Iya?" "Jika seandainya kita yang memiliki hubungan, apakah saya harus memecat ka...