"Selamat pagi!!!!"
Semua karyawan yang bersiap-siap untuk briefing serentak memandang pada asal suara. Tak terkecuali Nash yang pada akhirnya kembali bekerja di sana dan Natalie yang harus terinterupsi saat akan memulai sambutannya. Saat tatapannya bersibobrok dengan Jonathan, ia bisa melihat pria itu tersenyum mengejek padanya.
"Maaf, Bu. Saya terlambat. Semalaman memikirkan cara balas dendam dengan seorang wanita jadinya begadang. Bangunnya jadi kesiangan." Jonathan melewati Natalie seraya mengucapkan kata-kata yang siapapun tahu jika wanita yang dimaksudkan oleh Jonathan adalah Natalie.
"Eh, balik lagi?" sapa Jonathan pada Nash yang menanggapinya dengan dengusan. Untung saja Natalie langsung mengambil alih. Briefing yang berjalan panas dingin karna setiap ucapan Natalie selalu dibalas bantahan oleh Jonathan.
"Rasanya kita berada di tengah-tengah perang." Bisik-bisik karyawan yang mulai membubarkan diri.
"Menegangkan." Sahut karyawan lainnya dengan bergidik.
Nash dan Rios yang mendengarnya tak sengaja saling bersenggolan. Ketegangan pada dua pria itu juga masih belum surut. Namun hal itu berhasil memunculkan senyum canggung di antara mereka. Biar bagaimanapun, orang digibahin itu adalah sahabat mereka. Bukan Jonathan namanya jika tidak berbuat sesuatu yang bikin orang-orang geleng-geleng.
"Bagaimana persiapan pernikahannya?" tanya Nash, mereka berjalan menuju kubikel mereka yang hanya berjarak satu kubikel. "Mama mengaturnya sesuka hatinya. Aku dilarang ikut campur. Tapi kau bisa mempercayainya. Nanti sore aku minta ijin mengajak Nagita untut fitting baju dan sedikit berdiskusi dengan mama." Katanya menjelaskan dan ragu-ragu saat meminta ijin.
Nash menepuk punggung Rios. "Kenapa kau masih meminta ijin? Apa kau lupa kalau aku sudah menyerahkannya padamu?" katanya. "dan lagi, jangan terlalu berlebihan pada pestanya, aku takut ibu dan Nagita akan sungkan." Sarannya.
Rios mengangguk. "untuk itulah aku ingin Nagita berdiskusi dengan mama. Mama akan menuruti apa yang diinginkan Nagita."
"Awalnya aku takut keluargamu tidak bisa menerima adikku." Ucap Nash dengan jujur. Sama dengan dirinya pada ibu Daniella. Kadang ia kesal kenapa mereka justru dipertemukan dengan orang-orang yang tidak selevel dengan mereka.
"Aku menjamin Nagita akan menjadi menantu kesayangan." Kata Rios yakin. Ia bisa melihat antusiasme mamanya pada pernikahannya dan calon cucunya. Ibunya bukanlah wanita yang memandang kedudukan dan kasta. Bahkan ia merasa senang karna akhirnya akan ada orang yang akan menjaga putra satu-satunya itu. Rios juga sempat bercerita bagaimana ia sudah mencintai Nagita sudah sejak lama dan ia sering menghabiskan waktu di rumah Nash.
"Aku senang mendengarnya." Nash memasuki kubikelnya. Namun ia membalikkan badan saat Rios belum beranjak dari belakang kursinya.
"Apa lagi?" tanya Nash.
"Ada yang terjadi antara kau dan si bos cantik. Katakan kalau tebakanku tidak salah." Rios berucap, memancing Nash. Terkadang Nash bisa dengan sangat mudah ditebak. "tidak apa-apa kalau kau tidak mau mengatakannya. Aku harap itu hal baik." Rios beranjak menuju kubikelnya. Di mejanya, Nash tersenyum. Ponselnya baru saja menyala dan Daniella mengajaknya makan siang bersama nanti.
"Harusnya kau tidak ke kantor." Balas Nash pada pesan kekasihnya itu. Tadi pagi ketika mereka bangun, dalam waktu singkat terjadi kekakuan. Tidak ada yang berani mengucapkan selamat pagi. Untung saja Daniella pada akhirnya mau mengambil langkah pertama kali bermanja-manja dengannya. Jika sudah begitu, Nash akan mudah untuk melanjutkan apa yang seharusnya ia lakukan.
+++
"Nanti Anggara datang."
Nash menghentikan suapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeous
RomanceAda aturan dalam perusahaan yang dipimpin Daniella yaitu tidak diperbolehkan adanya hubungan asmara yang terjalin antara karyawan perusahaan, tanpa terkecuali. "Nash," "Iya?" "Jika seandainya kita yang memiliki hubungan, apakah saya harus memecat ka...