Untuk pertama kalinya Rios benar-benar berkencan dengan gadis pujaannya selama beberapa tahun ini. Nagita juga tidak bertingkah malu-malu lagi seperti biasanya. Ketika mereka melarikan diri dari Nash sore tadi, Rios melajukan motornya cukup kencang hingga tak kuasa Nagita melingkarkan lengannya di perut Rios. Perjalanan panjang pun membuat Nagita menyarangkan wajah dan kepalanya di punggung Rios.
"Kau tidak tertidur kan?" tanya Rios khawatir Nagita malah ketiduran saat motor yang dikendarainya melaju cukup kencang.
"Tidak. Aku hanya capek." Sahut Nagita mencari posisi lebih aman. Gadis itu mengendus bau parfum Rios yang sepertinya berubah dari biasanya. "Kakak ganti parfum?"
Rios mengerutkan kening. Tidak menyangka bahwa Nagita hapal dengan bau parfumnya.
"Jangan salah paham. Kakak sudah berapa tahun mondar mandir rumah kami, aku wajar menghapalnya." Kilah Nagita. Ia merasakan genggaman tangan Rios mengelus kedua tangannya yang bersatu di perut pria itu. Rios hanya tersenyum sesekali melirik wajah Nagita yang hampir tertutup punggungnya.
Suara gemuruh dari atas serentak membuat dua anak manusia itu menengadah. Tanpa hitungan menit rintik-rintik jatuh membasahi bumi. Rios mengumpat kesal. Baru saja ia berencana membawa Nagita ke tempat favoritnya.
Rios memutar balik motornya di persimpangan terdekat. Hujan semakin lebat dan tidak ada cadangan jas hujan. Mau tidak mau mereka harus rela basah kuyup. Semua rencana yang tersusun di otaknya hancur berantakan.
"Maaf, kita harus berakhir di sini."
Nagita menatap bangunan bertingkat di hadapannya.
"Rumahku." Nash menuntun Nagita masuk setelah memasukkan kunci pada pintu. Hal yang selalu didapatinya selalu sama, rumah yang kosong bagai tak berpenghuni. "ayo, kau harus berganti."
Dengan gugup Nagita mengikuti Rios menaiki tangga melingkar menuju lantai dua. Dalam benaknya gadis itu masih terkagum-kagum dengan isi dan pemandangan rumah tempat ia sekarang. Dalam hati ia bahkan meringis karena tetesan air dari bajunya dan bekas sepatunya membekas di ubin yang begitu mengkilap dan bersih.
"Nagita,"
"Ah iya, Kak!" Nagita baru menyadari kalau dirinya sudah ketinggalan jauh dari langkah Rios. Ia menaiki satu undak terakhir dari tangga kemudian tergopoh mengikuti Rios yang telah mamasuki sebuah ruangan yang beberapa saat kemudian Nagita sadar itu adalah kamar pria itu. Nagita terpaku di pintu kamar, mengintip seolah ia terlarang masuk ke sana. Ia mengamati tiap detail ruangan itu. Beberapa alat olahraga berdiri di sisi ruangan yang paling dekat dengan jendela, meja dan komputer serta kabel-kabel yang terhubung. Nagita yakin itu adalah peralatan game. Di dinding ada beberapa poster penyanyi kenamaan Amerika, dan tidak lupa dengan bingkai foto kecil potret Rios saat remaja.
"Kau orang pertama yang kubawa ke sini." Rios keluar dari ruangan lain di bagian sisi belakang ranjang. Pria itu sudah berganti dengan bawahan training dan membiarkan tubuh atasnya tanpa penutup. Nagita sempat memejamkan matanya terkaget.
"Kau juga butuh berganti," ucap Rios melemparkan handuk. Nagita menangkapnya namun ia masih tertegun di tempatnya.
"Aku tidak punya baju ganti." Ucapnya sedikit ragu ketika Rios yang sudah duduk anteng di atas tempat tidur memperhatikannya. Pria itu tersenyum seakan baru menyadari kesalahannya. Ia beranjak menuju lemari kemudian kembali dengan beberapa helai pakaian di tangannya. Nagita menerimanya kemudian berlalu ke ruangan yang sebelumnya digunakan Rios untuk berganti.
"Sebaiknya kau mandi jika tidak mau sakit!"
__
"Bu, Nagita belum pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeous
RomanceAda aturan dalam perusahaan yang dipimpin Daniella yaitu tidak diperbolehkan adanya hubungan asmara yang terjalin antara karyawan perusahaan, tanpa terkecuali. "Nash," "Iya?" "Jika seandainya kita yang memiliki hubungan, apakah saya harus memecat ka...