Macaron
Nomura Aru x reader
Requested by : aga_alanaSebuah kotak kecil berhiaskan pita terletak di depan rumah (name). Gadis itu mengerjap kaget. Untuk ketiga kalinya dalam minggu ini, kotak yang sama tampak di depan rumahnya. Jantungnya berdesir kencang. Ia sama sekali tidak mengerti untuk apa kotak itu diletakkan di depan rumahnya. Terlebih lagi, ia tidak tahu pengirim kotak tersebut.
Satu hal yang diketahuinya, kotak itu berisi macaron, kue yang cukup digemarinya. Namun (name) agak ragu untuk memakan macaron tersebut. Terima kasih untuk buku misteri yang dibacanya, (name) takut ada niat jahat di balik pengiriman macaron tersebut.
Diambilnya kotak tersebut, lalu dengan terburu-buru, (name) menutup pintu rumahnya. Sepi. Begitulah keadaan rumahnya. Tak ada siapa-siapa di rumah ini. Itulah alasan utama (name) sangat takut akan pengirim macaron tersebut.
(Name) memandang kotak berwarna dasar soft pink tersebut. Tak ada salahnya untuk mencoba. Lagi pula, (name) sudah mengunci rumahnya dengan baik, jadi tak mungkin ada penyusup yang bisa menerobos.
Diambilnya kue dengan bahan dasar meringue tersebut. Kelihatannya sangat lezat. Tanpa berpikir dua kali, (name) melahap kue asal Prancis tersebut. Rasa manis langsung menguar, memanjakan mulut (name) dengan kelembutannya.
"Enak...." (Name) memandangi kotak yang tadinya berisi macaron. "Aku penasaran siapa yang mengirimnya."
(Name) mengambil kotak tersebut, berharap bisa menemukan nama pengirim, atau mungkin alamatnya. Namun hasilnya nihil. Hanya ada tanda hati di dasar kotak itu. (Name) sama sekali tak mengerti mengapa ada yang ingin mengirimkan macaron ke rumahnya.
(Name) mengacak rambutnya dengan kasar. "Bukan waktunya untuk memikirkan hal itu. Aku harus belajar sekarang." Sang gadis bermonolog, lalu menyingkirkan kotak tersebut.
❤ ❤ ❤
"Eh? Aru membuat macaron? Pasti enak," komentar Atom sambil mengambil sekotak macaron yang telah dibuat oleh rekannya.
"A-Atom-kun!"
(Name) mengerjap kaget saat mendengar kata macaron. Sempat terbesit di pikirannya mengenai pengiriman macaron beruntun tersebut. Namun (name) sepertinya terlalu berharap tinggi. Tak mungkin Aru yang mengirimkannya.
Atom mengambil macaron berwarna hijau, lalu langsung memakannya. Kilat matanya menunjukkan ekspresi sangat puas. "Ini memang tidak seperti daging Korea, tetapi macaron juga enak. Kau sangat berbakat!"
Aru mengusap tengkuknya pelan, merasa tersanjung sekaligus malu karena ada yang memujinya.
Dengan besar hati, Aru membagikan macaron tersebut kepada teman-teman sekelasnya, termasuk untuk saudaranya. Tak lupa, (name) juga diberi macaron tersebut.
(Name) menerima macaron tersebut dengan senang hati. Dimakannya macaron tersebut, dan rasa manis kembali menguasai mulut (name). Ia pernah merasa seperti ini. Namun (name) lupa kapan. (Name) menutup matanya, mengurutkan kejadian yang telah ia lalui, sejak pengiriman macaron tersebut.
(Name) menjentikkan jarinya. Ia tahu rasa itu. Rasa macaron yang persis sama dengan yang dimakannya kemarin. Kelembutan serta rasa manis yang memanjakan indra pengecapnya. Rasa itulah yang tak bisa (name) lupakan.
Ingin rasanya (name) bertanya soal macaron tersebut, namun malu rasanya jika ia salah. (Name) memutar otaknya, mencari cara terbaik untuk mengungkap kebenarannya. Sebuah strategi tersusun di kepalanya. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan di saat seperti ini. Ia akan mengikuti perjalanan Aru.
* * *
Sejak bel pulang sekolah berkumandang, (name) telah bersiap mengikuti Aru. Tas sudah sejak tadi disandangnya. Tak lupa, matanya selalu melirik ke arah pemuda berambut oranye tersebut.
"Aru, ayo pulang!" Eru mengajak sambil menyimpan marimo keberuntungan miliknya.
Aru mengangguk, lalu mengambil tasnya. "Aku akan mampir ke toko game terlebih dahulu. Kau tak perlu menungguku di sana, Eru."
"Iya, iya, aku tahu. Aku akan bersamamu sampai ke toko tersebut," sahut Eru sambil berjalan keluar kelasnya, diikuti oleh Aru.
Melihat pergerakan si kembar, (name) mulai menerobos kerumunan di sepanjang lorong sekolah, mengendap-endap mengikuti Aru. Beruntung, (name) sudah tahu tempat yang akan dikunjungi Aru, toko game yang jaraknya tak jauh dari sekolah.
Jalan menuju lokasi tersebut tak memakan waktu lebih dari sepuluh menit. Sesampainya di sama, Aru berpamitan dengan saudaranya dan langsung masuk dengan wajah cerah.
Selang beberapa saat kemudian, (name) masuk ke toko tersebut, mencari-cari eksistensi Aru di tengah beberapa pelanggan. Mata (name) dan manik Aru beradu beberapa saat, namun (name) langsung mengalihkan pandangannya sambil berharap Aru tidak melihatnya. Merasa tidak aman berlama-lama di sana, (name) memutuskan untuk menunggu di luar saja.
Aru menghabiskan waktu yang lama di toko tersebut, sebelum akhirnya dia keluar. Langkahnya sangat cepat, menuju gang sepi, sampai-sampai (name) kewalahan mengikutinya.
Aru terus berjalan sampai dirinya berhenti di kala jalanan sudah benar-benar sepi. Aru memutar badannya, menatap (name) sambil tersenyum lembut. "Apa yang kaulakukan di sini (name)? Ini jalan buntu loh."
Pertanyaan dari Aru sukses membuat (name) terdiam. Gadis itu tertegun. Sesegera mungkin ia berbalik, berharap bisa lolos dari Aru. Namun entah mengapa, kakinya seolah tak bisa digerakkan.
"Mengapa kau mengikutiku?" Aru berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Sepertinya, kau sudah tau tentang hal itu...." Pemuda itu menunduk. Tangan kanannya dimasukkan ke saku, mengambil sebuah kotak kecil, persis seperti yang selalu tampak di depan rumah (name).
"I-itu," tunjuk (name), "kau yang memberikannya?"
Aru mengangguk pelan. Ia tak menyangka bahwa rahasianya akan terbongkar secepat ini. Disodorkannya kotak macaron itu ke arah (name). "A-aku harap kau bisa menerima ini. A-aku tahu kau suka macaron, jadi mohon diterima!" Suara lantang Aru membuat (name) tersentak. Tak pernah terbayang dalam benaknya, Aru bisa berkata dengan lantang seperti itu.
Seulas senyum terukir di wajah (name). Tangannya terulur, mengambil kotak tersebut dan menyimpannya dalam tas. "Terima kasih banyak, Aru," ucap (name). "Namun aku masih penasaran, mengapa kau memberikan macaron tiap harinya padaku?"
"(Name) 'kan suka macaron. Jadi aku rasa (name) akan senang bila aku membuatkan macaron untukmu. Aku ingin melihat (name) tersenyum, karena (name) sangat manis saat tersenyum," tutur Aru sambil menautkan kedua tangannya, menyiratkan rasa gugup saat mengatakan kalimat tersebut.
(Name) merona, tak menyangka hal semacam itu akan keluar dari mulut Aru. Selama ini, ia menganggap Aru jauh dari kata romantis. Ia mengira, Aru tak bisa mengeluarkan kata seperti itu. Namun semua pikiran (name) terbantah hari itu juga.
Nomura Aru. Memang terlihat lemah dan pemalu. Namun bila itu untuk melihat senyum di wajah (name), segala penghalang akan diterobos Aru. Baginya, yang terpenting bukanlah dirinya sendiri, tetapi (name), orang yang selama ini telah memenangkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Hell
FanfictionCLOSE REQUEST Sebuah fanfiction khusus untuk fandom Idol. Fandom yang tersedia saat ini : 1. Utapri 2. B-Project 3. Marginal #4 Kiss Kara Tsukuru Big Bang Sempat menjadi #1 di tag BProject