B Project Edisi Valentine

443 43 92
                                    

Warning : AU, typo, OOC

1. Kitakado Tomohisa
Bahkan sebelum sampai di sekolah, tangan pemuda yang satu ini sudah penuh dengan cokelat pemberian para gadis yang menaruh hati padanya. Menolak? Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh seorang Kitakado Tomohisa, ia akan merasa tidak enak bila menolak pemberian, apalagi dari perempuan. "Mungkin aku akan membagi cokelat ini kepada Ryuuji, ia pasti suka."

Tak disadari oleh Tomohisa, seorang gadis tengah melihatnya. "K-Kitakado-san!" Gadis itu membuka suaranya.

Tomohisa langsung mengarahkan matanya ke gadis itu. Dengan ramah, ia mengulas senyum bak pangeran khas dirinya. "Ada apa, (name)?"

Melihat banyaknya cokelat yang berada di genggaman Tomohisa, nyali (name) seolah menciut. Ia tahu, cokelat darinya pasti akan berakhir di tangan Ryuuji. Namun gadis itu menggeleng cepat, menepis semua pemikiran buruknya. Disodorkannya sebuah kotak berukuran sedang yang diselimuti oleh kertas kado bermotif polkadot biru. "Ini!"

Tak butuh waktu lama bagi Tomohisa untuk mengambil cokelat itu dengan senyum yang terus mengukir wajahnya. "Terima kasih," ucapnya tulus.

Tomohisa melanjutkan perjalanannya setelah berpamitan dengan (name). Setelah sampai di sekolah, semua cokelat tersebut diletakkannya dalam loker sekolah.

"Banyak juga cokelat yang kauterima, Tomo."

"Oh, Ryuuji rupanya. Kau boleh mengambilnya kalau kau mau, kecuali yang ini." Tomohisa menunjuk cokelat pemberian dari (name).

"Eh? Mengapa tidak boleh?" protes Ryuuji sambil melipat tangannya di dada.

"Karena cokelat ini adalah pemberian dari (name)." Sang pemuda berambut putih menjawab penuh percaya diri.

"Tomo, kau suka (name), ya?"

Mendengar pertanyaan Ryuuji, Tomohisa terkekeh pelan. Ia meletakkan jari telunjuknya di bibir seraya mengulas senyum penuh arti. "Iya. Tetapi, biarkan hal ini menjadi rahasia untuk sekarang."

2. Korekuni Ryuuji
"Pokoknya, kau harus menerima cokelat ini!" Suara (name) menggema di gedung olahraga yang kosong. Gadis itu kembali menggeleng. Sudah tiga puluh menit ia habiskan untuk melatih kata-kata yang akan diucapkan kepada Ryuuji saat menyerahkan cokelat yang sudah disiapkan.

(Name) menggigit bibir bawahnya kesal. "Ano, Ryuuji-san, aku mungkin tidak layak memberi cokelat kepadamu, namun aku mohon terimalah cokelat ini!" Ia berucap sekali lagi, lalu mengangguk puas. Inilah kata-kata yang tepat untuk diucapkan.

"Heh? Jadi, dari tadi kau latihan di sini hanya karena masalah cokelat? Aku kira kau sudah gila karena menyebut namaku berulang-ulang."

Suara itu sukses membuat (name) membeku. Gadis itu memutar tubuhnya, berharap bahwa suara tadi hanyalah suara halusinasi. Tetapi, harapannya pupus saat melihat pemuda yang sedang mengulum lolipop itu. "R-Ryuuji-san!" kejut (name) sambil mundur beberapa langkah.

"Sudah setengah jam aku mendengarmu berceloteh dan menyebut namaku," papar Ryuuji sambil berjalan mendekat ke arah (name), "jadi kau mau memberiku cokelat, ya?" Seukir senyum mengejek terulas dari wajah Ryuuji.

"Begitulah." (Name) memalingkan wajahnya yang mulai merona hebat. Disodorkannya sebuah kotak ke arah Ryuuji, berharap pemuda berambut ombre itu akan menerimanya.

"Aku sebenarnya akan lebih senang bila kau memberiku lolipop...." Ryuuji mengambil kotak tersebut dari tangan (name). "Namun, karena kau sudah repot-repot seperti ini, maka aku akan menerimanya. Terima kasih, (name)."

3.  Aizome Kento
Warna jingga dari langit senja menerobos masuk menuju ruang kelas, menemani (name) dan Kento yang sedang membersihkan kelas.

"Sial sekali nasibku. Dapat jadwal piket bertepatan dengan hari valentine," keluh Kento sambil menghapus papan tulis. Diliriknya (name) yang sedang menyapu, berharap gadis itu akan menyahut perkataannya.

Idol HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang