Last Christmas || Aizome Kento

94 15 4
                                    

"Panggilkan dokter sekarang juga, ini keadaan yang gawat!" Seorang pria paruh baya--ayah Kento--berteriak dari dalam kamar ketika menyaksikan anaknya batuk darah untuk kesekian kalinya. 

Pemuda bernama lengkap Aizome Kento itu berbaring tidak berdaya di atas ranjangnya, berkeringat begitu banyak sampai bajunya pun ikut basah. Ia terus-terusan batuk, mengeluarkan lebih banyak darah dari mulut.

Di sisi lain, seorang gadis muda seusia Kento berlari keluar dari dalam rumah, menuju kediaman Dokter Kitakado yang berada di ujung desa. Secepat mungkin, ia menuju rumah dokter satu-satunya di wilayah tersebut, berharap Kitakado Tomohisa dapat mendiagnosis penyakit tersebut.

"Dokter Kitakado! Tolong.... Sahabat saya.... Dia benar-benar butuh bantuanmu!"

Last Christmas

Aizome Kento x Best Friend!Reader

Gadis yang berlari tadi bernama (name). Seisi desa tahu bahwa ia adalah sahabat baik Aizome Kento, bahkan banyak yang menganggap mereka adalah sepasang kekasih. Gadis itu tampak cemas ketika masuk ke kamar Kento.

"Dokter Kitakado. Terima kasih sudah datang. Bisa tolong periksa anak saya? Ia tampak begitu sakit belakangan ini."

Dokter berambut putih itu mengangguk, kemudian duduk di dekat Kento. "Bisa ceritakan gejala yang ia alami?"

Ayah Kento dan (name) saling tatap, seolah menunggu satu sama lain untuk bercerita. "Batuk darah dan nyeri yang tajam di bagian dada. Ia sering terkena demam beberapa hari ini dan pernah pingsan selama lima jam." (Name) pada akhirnya angkat bicara.

Tomohisa mengangguk. "Bagaimana dengan riwayat penyakit turunan?"

Ayah Kento menggeleng. Ia tidak pernah membawa anaknya ke dokter sebelum hari ini. "Saya tidak tahu, Dok."

Tomohisa menghela napas, kemudian mengumpulkan semua gejala yang telah diamati dan didengarnya. "Detak jantungnya lebih cepat dari manusia pada normalnya. Saya memiliki spekulasi, tetapi saya tidak bisa langsung memberikan diagnosis. Ia harus menjalani beberapa tahap pemeriksaan."

(Name) mengangguk-angguk meskipun ia tidak begitu mengerti. "Lalu, apa lagi yang ditunggu? Cepat periksa dia, Dok."

"Kami tidak memiliki perlengkapan yang cukup untuk memeriksanya. Kalau memang ingin diperiksa, ia harus dibawa ke Tokyo. Di sana ada dokter yang memang sudah ahli dan ia akan mendapatkan treatment yang memadai di sana." 

Ayah Kento dan (name) lagi-lagi berpandangan. Tokyo.... Itu tempat yang cukup jauh dan hidup di sana tidak semudah hidup di desa seperti ini. Semuanya pasti menjadi lebih mahal. "Dok, apa tidak ada cara lain? Anda sendiri tahu bahwa kami memiliki kesulitan ekonomi."

Tomohisa tersenyum lembut. "Jangan khawatir, saya akan membantu biayanya. Saya hanya minta persetujuan Anda untuk membawa Kento ke Tokyo."

(Name) menahan lengan Tomohisa, menatap dokter itu dengan penuh harap. "Bolehkah saya ikut?" Ia bertanya.

"Untuk sekarang, tidak. Namun, saya akan membawamu ke sana kalau Kento harus dirawat inap." 

* * *

Semenjak Tomohisa membawa Kento ke Tokyo, semuanya terasa berbeda. (Name) tidak lagi memiliki teman untuk berbicara. Hari-harinya terasa lebih kosong. Ia bahkan tak punya teman yang mengusilinya lagi dengan gombalan-gombalan yang klise.

Ia duduk di teras rumah, memperhatikan perumahan warga yang menjadi sepi sebab sudah menyentuh penghujung tahun. Sementara itu, dirinya hanya bisa berdiam di rumah, menantikan kabar yang entah kapan datangnya.

Idol HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang