Bela diri || Osari Hikaru

163 26 2
                                    

Sehelai kain hitam menyelubungi mata (name), membuat gadis itu tak bisa melihat sama sekali. Ia meronta dalam kegelapan saat mendengar percakapan beberapa pria yang hendak menjualnya. Tangannya diikat oleh tali, membuatnya tak bisa bergerak dengan bebas.

Suara sirine polisi membuat tiga orang pria yang sejak tadi sedang berbicara langsung terdiam. Ketiganya saling melempar pandang sebelum akhirnya berlari secepat mungkin, meninggalkan (name) yang masih terikat.

Suara pintu didobrak cukup untuk mengejutkan (name), lalu derap sol sepatu beberapa orang polisi mulai terdengar.

"(Name)-chan! (Name)-chan!" Bersamaan dengan itu, suara yang sudah dikenal sang gadis menyapa indra pendengarannya.

"H-Hikaru-kun...?" terka (name), masih mencoba melepaskan diri.

"(Name)-chan, maafkan aku!" sesal Hikaru seraya memeluk tubuh mungil gadis yang sudah dilepaskan dari ikatannya itu. "Kalau saja aku bisa melindungi (name)-chan ... kalau saja aku bisa bela diri, (name)-chan pasti tidak akan sampai seperti ini...." Air mata mulai  membasahi wajah pemuda tersebut.

(Name) yang kala itu masih berusia delapan tahun ikutan menangis. "Hikaru-kun jangan nangis. Melihatmu menangis membuatku ingin menangis juga," isaknya sambil menutup wajah.

"Baiklah (name) ... aku janji lain kali aku akan melindungimu...."

Bela Diri
Childhood Friend!Osari Hikaru x Reader
Requested by : marepluvia

Namun, janji yang diikrarkan Hikaru bagai perkataan semata. Ia tak bertemu (name) lagi sejak hari itu. Demi keselamatan keluarganya, ayah (name) memutuskan untuk pindah ke Okinawa. Kala itu, ponsel belum dapat dijangkau oleh anak-anak, jadi hanya surat-menyurat yang menjadi andalan mereka untuk berkomunikasi.

Dan waktu pun terus berjalan. Hikaru masih tidak tahu mengapa (name) dijadikan sandera waktu itu. Pemikirannya seolah meyakinkan Hikaru bahwa kejadian itu bukan kasus penculikan biasa. Ada sesuatu yang terjadi dan Hikaru tahu hal itu.

Di sinilah Hikaru berdiri sekarang, di sebuah universitas ternama di daerahnya. Fakultas pemasaran dan klub bela diri telah digelutinya selama satu tahun, dengan harapan bisa melunasi janjinya kepada (name).

"Hikarun! Ayo cepat ke aula!" Seorang pemuda berkacamata berseru. "Kau dipilih untuk mewakili klub bela diri untuk melakukan promosi pada mahasiswa dan mahasiswi baru itu."

"Eh? Aku?" Hikaru yang tengah melakukan pemanasan langsung berhenti. Rautnya berubah menjadi pucat. Ia tidak siap untuk sesuatu seperti ini. "Mika-chin, kau yakin tidak salah orang?"

"Kau ditunjuk langsung oleh ketua untuk melakukannya," tukas Mikado sambil mendorong Hikaru menuju aula.

"Tetapi, aku tidak siap!" dalih Hikaru panik.

"Masa mahasiswa jurusan pemasaran tidak bisa melakukan hal seperti ini? Aku saja yang dari jurusan animasi bisa berbicara dengan lancar. Sekarang cepatlah, semua orang sudah menunggu." Mikado membuka sebuah pintu di pojok ruangan, membiarkan Hikaru terdorong ke depan panggung.

Pemuda berambut hijau itu menatap sekeliling dengan gugup. Ratusan pasang mata memandangnya, seolah menunggu Hikaru untuk berbicara. Ia mengambil mikrofon dengan tangan gemetaran, kemudian mulai menggaruk pipi pelan, kebingungan dengan perkataan yang harus diucapkan.

"Promosikan kegiatan klub," desis Mikado dari belakang panggung.

Hikaru mendekatkan mikrofon itu ke mulutnya, kemudian mulai berdeham. Kedua maniknya bertemu pandang dengan sepasang iris yang indah. Pemuda itu menganga sebentar sebelum akhirnya bicara dengan seukir senyum antusias di wajahnya. "Aku Osari Hikaru! Saat ini sedang menempuh semester tiga jurusan pemasaran! Aku ikut klub bela diri dan itu sangat menyenangkan. Banyak sekali kejuaraan yang sudah kami ikuti ... meski tidak begitu banyak yang menang. Tetapi, yang paling penting, klub bela diri selalu menganggap anggota sebagai keluarga keduanya. Jadi, klub ini sangat seru dan mempunyai kontak batin yang erat. Untuk kalian yang gemar bela diri, jangan lupa datang ya!"

Idol HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang