Matahari || Kitakado Tomohisa

521 49 17
                                    

Ia tak pernah menampakkan diri pada pagi, siang, ataupun sore. Namun bila bulan sudah menggantung di langit, ia akan muncul, menemaniku yang selalu seorang diri.

Aku tak tahu asal-usulnya, aku tak tahu mengapa ia mau bersamaku, aku juga sama sekali tidak mengerti mengapa ia mau datang ke tempatku. Namun satu hal yang aku tahu secara pasti, namanya Kitakado Tomohisa

Matahari
Vampire!Kitakado Tomohisa x Lonely!Reader

Aku selalu mendekam diri di dalam kamar dari pagi sampai sore hari tiba. Ini adalah keseharianku. Selama setengah hari lebih, aku duduk termenung. Aku tidak diperbolehkan keluar oleh keluarga. Sampai saat ini, aku masih tidak mengerti alasannya.

Namun saat malam tiba, di mana semua orang sudah tertidur, aku bisa lebih bebas. Karena itu, aku menerapkan sebuah strategi. Tidur siang dan menjadi aktif pada malam hari.

Seperti biasa, setiap malam aku akan menyelinap keluar dari kamar, dan pergi berjalan di sekitar hutan.

Menyeberangi sungai, aku bisa melihat hamparan rumput hijau yang sangat luas. Di situlah tempat aku bisa menemuinya.

"Hei, (name)." Tomohisa menepuk pelan bahuku seraya menunjukkan senyumannya.

"Tomo-kun!" Aku balas tersenyum.

"Bagaimana harimu?" Tomohisa bertanya seraya duduk di tepi sungai. Tangannya bergerak, mengambil sekuntum bunga yang terbawa arus sungai.

Aku mengangkat bahu. "Seperti biasa, dan kau yakin kau tahu soal hal itu."

Hening menyelimuti seketika. Aku bisa melihat raut wajahnya dengan jelas. Tampak cemas namun tetap berwibawa. "Sudah setahun kita bertemu...." Tomohisa membiarkan kalimatnya menggantung begitu saja.

Aku menatapnya intens, meminta Tomohisa untuk melanjutkan kalimatnya.

"Aku ingin kau tahu sesuatu." Tomohisa memandang ke arah bawah, menghindari kontak mata denganku.

"Apa?"

"Aku vampire. Kau selama ini tak tahu," ungkapnya.

"Hah?"

Aku bergeming. Vampire? Makhluk penghisap darah itu? Karena terlalu terkejut, kakiku seolah dibekukan. Untuk melangkah saja, aku tidak bisa. Apa ia ingin mengambil darahku?

"Jangan khawatir (name)." Seolah bisa membaca pikiran, Tomohisa tersenyum sambil menenangkanku. "Aku tak akan melukaimu sedikit pun."

"Kau benar-benar seorang vampire?" Aku menatapnya tak percaya.

Tomohisa kembali berdiri, lalu tersenyum ke arahku, memperlihatkan sepasang taring panjang dan runcing. "Iya, aku vampire. Apakah kau takut denganku?"

Aku menggeleng. "Walaupun kau vampire sekalipun, kau tetaplah temanku, Tomo-kun."

Tomohisa menggenggam tanganku. Raut wajahnya terlihat sangat lega sekarang. "Terima kasih, (name)."

Fajar mulai menyingsing, sebentar lagi, matahari akan menampakkan keagungannya. "Kau tak bisa terkena sinar matahari 'kan?" Aku menatapnya panik. "Kalau begitu, ayo segera pergi."

Tomohisa tetap diam di tempat. Tangannya masih bertaut dengan tanganku.

"Kau ingin melihat matahari kan? Selama ini, kau selalu diam di kamar yang gelap, kau ingin melihatnya, kan?"

Aku terdiam mendengar perkataan Tomohisa. Memang benar sekali yang dikatakannya, aku sangat ingin melihat matahari yang bersinar. Tapi, jika itu artinya aku harus merelakannya, maka tak ada gunanya.

"Tidak," sahutku, "kau harus melindungi diri dulu untuk sekarang." Aku menarik paksa lengan Tomohisa, membuatnya mengikuti ke tempat yang tidak akan disinari matahari.

"Kenapa, kau lebih mementingkanku, (name)?" tanya Tomohisa sambil berjalan di sebelahku.

"Aku ... kalau aku tak bersamamu, aku tak punya teman. Aku tak ingin kau terhapuskan dari dunia ini. Aku tak peduli bila kau adalah vampire. Aku akan terus berteman dan berada di sisimu."

Aku bisa melihat senyuman yang terukir dengan jelas di wajah Tomohisa.

Olehnya, aku dibawa ke sebuah gua yang cukup tertutup. "Dari sini, kau bisa melihat matahari dan aku tak akan terpapar sinarnya." Tomohisa menjelaskan.

Betul saja kata Tomohisa, beberapa menit kemudian aku bisa melihat cahaya matahari di pagi hari. Indah sekali. Tomohisa menggengam tanganku, menarikku ke dalam pelukannya.

Hangat.

Aku tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini sebelumnya.

"(Name), mungkin aku tak bisa melihat matahari seperti yang lainnya. Namun, aku sama sekali tidak membutuhkan semua itu. Karena kau adalah matahari di kehidupanku, (name)."

* * *

Maafkan part pendek ini TT
Ini fanfic udah agak lama sebenarnya, dipublish karena berhubungan dengan B-Pro. Untuk selanjutnya akan lebih panjang kok

Idol HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang