Seminggu sudah Suzy menangis merengek.
Alasannya sudah pasti karena si bahu lebar.
Pria satu itu tidak kedapatan menghubungi Suzy sama sekali, seakan tidak mempunyai rencana untuk membujuknya yang sedang merajuk.
Datang ke kampus pun Seokjin tidak ada. Jadi Suzy putuskan untuk mogok kuliah.
Sebenarnya terlalu lebay jika tidak di beri kabar sampai nangis begini.
Tapi itu bukan alasan satu-satunya. Ingat bahwa Suzy mempunyai ayah yang luar biasa jail?
Ayahnya pun ikut mengolok anak bungsunya, bukan malah membantu mencarikan dimana keberadaan Seokjin.
Padahal kemarinan Ayahnya bersikeras meminta pertanggungjawaban Seokjin.
“Untuk apa perempuan mencari lelaki??” Itu ketika Suzy meminta ayahnya mencarikan si bahu lebar.
Karena sungguh Suzy tidak tahu apapun tentang Seokjin. Dimana ia bekerja, sebagai apa. Hanya tahu fakta baru bahwa kampus tempat Suzy kuliah ternyata milik Seokjin.
Salah satu aset kekayaannya.
Oh, lupa. Bahkan selain apartemen, Suzy juga tidak tahu dimana rumah hunian aseli milik Kim Seokjin.
Bukan si bahu lebar itu yang terlalu misterius, hanya saja Suzy yang belum terpikirkan untuk mengkorek sampai ke akar siapa sebenarnya pacarnya.
“Seharusnya lelaki yang menyambangi perempuan, bukan sebaliknya.”
Karena ayahnya menjunjung tinggi martabat perempuan, jadi ya... begitu.
“Biar si Kim yang menghampiri mu, tunggu saja. Kalau tidak ya mungkin kau sudah tergantikan oleh wanita lain.”
“Yang lebih cantik, mempunyai sifat halus serta ke-ibu-an. Pintar memasak, berkependidikan tinggi.”
“Lalu, kau? Bae Suzy apa kelebihan mu dari wanita yang ayah sebut tadi?”
Dari situ Suzy menangis, ya kesal.
Ayahnya bukan main kalau sudah bicara, membuat Nyonya Bae kepalang capai berusaha menghentikan tangisan Suzy.
Nanti pasti suami nya yang menyebalkan itu akan bicara lagi dan Suzy menangis lagi.
“Kim Seokjin itu CEO, penerus ayahnya. Jadi ia harus mempunyai calon yang sesuai dan sudah pasti sangat matang.”
“Ingat kalau jodoh itu sesuai dengan calon nya.”
“Bae, bukan ayah menjelek-jelekan anak sendiri. Atau seperti perkataan dahulu kalau ayah selalu memuji kakak mu.”
“Tapi ayah juga ingin kau menjadi seperti kakak mu, bahkan melebihinya.”
“Ayah tidak bisa menyalahkan siapapun atas sifat super manja mu itu. Jadi biarlah begini dengan cara ayah sendiri memberitahu mu.”
“Kau ingin bersanding dengan Kim Seokjin? Kalau begitu kau pun harus merasa 'cocok' dan 'pantas' untuknya.”
Tuan Bae menghela nafasnya, mendengar Suzy masih menangis di dalam kamar.
“Di ledek ayah saja kau sudah menangis seperti itu. Jika nanti kau menikah dengan Kim, akan lebih banyak lagi yang meledek mu.”
“Masa iya, istri CEO hanya lulusan SMA?”
“Kemudian spekulasi lainnya muncul menusuk indra pendengaran mu. Anakku, sayang. Perkataan dunia luar lebih kejam daripada perkataan ayah.”
“Sudah, hanya itu. Sisanya kau renungkan sendiri. Dan rentetan perkataan ayah tadi, sama sekali tidak mengurangi rasa sayang ayah terhadap mu.”
Sang ibu, Nyonya Bae. Tersenyum lembut seraya mengelus surai hitam anaknya.
Yang sedikit demi sedikit terdiam, seraya memikirkan sesuatu—ucapan ayahnya.
Inilah yang di banggakan sang Nyonya. Meski suaminya menyebalkan bukan main, namun tentu Bae satu itu mempunyai caranya tersendiri untuk mengurus anak-anaknya.
“Ayah dan ibu sangat menyayangi mu, Bae Suzy.” lembutnya seraya memeluk si anak bungsu.
Suzy mengerti dan menganggukan kepalanya. Tidak menepis bahwa seluruh omongan ayahnya memang benar.
Lalu tak lama kemudian bel pintu rumah kediaman keluarga Bae berbunyi.
Kemarin, Suzy selalu berekspektasi jikalau ada yang membunyikan bel tersebut adalah Seokjin.
Tapi sekarang tidak, Suzy—
“Kenapa lama sekali membuka pintunya?”
—ingin bertemu dengannya.
Lantas dirinya mematung melihat siapa yang menyambangi dirinya.
Tidak memperdulikan entitas dua manusia lain di belakangnya, Suzy langsung menerjang Seokjin.
Memeluknya erat penuh kerinduan.
Sumpah demi apapun hari ini Seokjin sangat tampan. Dengan setelan Grey-suit nya, juga tatanan rambut belah tengahnya yang hampir membentuk gambar hati terbalik.
“Merindukan ku?” membalas pelukan hangat itu.
Suzy mengangguk pelan, “Aku kesal padamu!”
Membuat Seokjin terkekeh paham, “Aku tahu.” lalu mencium kening wanitanya.
Setelahnya Suzy baru memberikan salam hormat kepada dua orang lainnya yang ternyata kedua orang tua Seokjin.
Tidak merasa malu sama sekali. Suzy mempersilahkan mereka masuk dan membawanya keruang tamu.
Yang ternyata sudah ada kedua orangtuanya juga.
Seolah mereka memang sudah menunggu, seolah mereka sudah tahu akan—
—sudahlah. Suzy lelah jika harus selalu mengikuti permainan rencana kedua orangtuanya yang selalu tidak tertebak.
“Langsung saja. Kedatangan ku kemari untuk melamar Bae Suzy.” ucap Seokjin to the point.
Semua menatap ke arah Suzy, meminta jawaban.
Maka dengan sekali hembusan Suzy menjawab.
“Aku tidak bisa”
A Prince(ss)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Prince (ss) ✔
FanfictionStarring ; Kim Seokjin | Bae Suzy Copyright ©2017 Story published by @babycrayon15 BTS × Bae Suzy × BTSZY