"Perlahan II"

7.5K 231 0
                                    

"Saya bilang begitu karena saya peduli sama kamu" ucap Rayga tegas membuat Alana langsung terkekeh geli.

  "Terimakasih karena Bapak udah peduli sama saya. Tapi saya udah biasa kayak gini. Dan saya nggak suka kalau diatur-atur orang, terlebih orang itu adalah orang asing" jawab Alana membuat wajah Rayga memerah seketika menahan amarah. Tangannya mengepal kuat membuat buku-buku jarinya memutih.

  Orang asing? Yang benar saja?! Rayga tidak terima mendengar Alana menyebutnya orang asing. Setidaknya Rayga pernah menjadi pria yang mengisi hati Alana, walaupun akhirnya berakhir dengan menyakitinya.

   Alana memandang Rayga dengan pandangan mengejek, pria ini benar-benar menggelikan. Kalau dia memang benar-benar peduli pada Alana, kenapa dulu dia dengan teganya menyakiti Alana?. Ketika mereka dulu berpacaran Rayga bahkan tak pernah menanyakan keadaannya. Menanyakan apa Alana lelah setelah membersihkan aparteman Rayga seorang diri? Menanyakan bagaimana sekolah Alana? Menanyakan apa Alana baik-baik saja? Tidak pernah, Rayga tidak pernah menanyakan itu sekalipun.

"Gue bener-bener benci sama lo" batin Alana berteriak sambil matanya memandang sengit Rayga

"Jadi Bapak nggak usah mempedulikan saya. Karena seperti yang saya bilang tadi, meskipun saya mati itu bukan urusan Bapak". Ucap Alana tegas, matanya menatap Rayga dengan tajam.
Rayga membalas tatapan Alana tak kalah tajam, namun jika dilihat-lihat ada tatapan terluka disana. Tatapan terluka yang hanya bisa dimengerti oleh sang pemilik. Ucapan Alana benar-benar menyakitinya. Rayga tahu bahwa rasa sakit yang dirasakannya akibat perkataan tajam Alana padanya ini tidak seberapa dibandingkan dengan hinaan yang selalu diberikan Rayga untuk Alana dulu. Tapi tetap saja, ucapan Alana benar-benar menembus ulu hatinya.

  Rayga dan Alana masih terus bertatapan tajam, hingga suara Keyra membuyarkannya.

  "Udah Pak nggak usah dipeduliin, Alana mah emang gitu orangnya, susah dibilangin. Lagian bener kata Alana, Alana ini strong dia nggak mungkin mati cuman karena bubuk cabe" cerocos Keyra tidak tau situasi.

  Rayga hanya diam mendengar ucapan Keyra. Matanya tidak lepas dari wajah Alana. Sedangkan Alana sendiri sudah bersikap cuek seperti biasanya. Dia kembali melanjutkan acara makannya yang sempat terhenti karena Rayga.

  "Key ke kelas yuk, gue udah beres nih makannya" ajak Alana ketika mangkuknya sudah bersih.

  "Yuk, gue juga udah" Jawab Keyra.

  Alana bangkit dan melengos begitu saja tanpa berpamitan pada Rayga.
"Pak, kita duluan yah" pamit Keyra yang hanya ditanggapi anggukan oleh Rayga.

"Al tungguin gueeee" teriak Keyra ketika Alana terlihat sudah berada jauh darinya.

  "Sebenci apapun kamu sama aku, aku tetep nggak bakalan lepasin kamu Al, nggak akan pernah" Ucap Rayga pelan sambil menatap punggung Alana yang mulai menjauh.

*****

"Al lo kenapa?" Tanya Keyra khawatir ketika melihat Alana yang meringis kesakitan sambil memegangi perut dan dadanya.

"Nggak kenapa-kenapa, cuman sakit dikit doang" Jawab Alana sambil tersenyum kaku berusaha meyakinkan Keyra.

"Bener lo nggak kenapa-napa? Atau mau gue anter ke UKS aja?" Tanya Keyra.

"Nggak usah Key. Udah lo mending perhatiin Pak Ray di depan, nanti kena semprot lagi lo" Jawab Alana membuat Keyra menghembuskan nafasnya berat.

  "Kalo butuh apa-apa bilang aja ke gue" Ucap Keyra yang hanya ditanggapi anggukan lesu oleh Alana.

  Keyra kembali memfokuskan pandangannya lagi ke depan, memperhatikan Rayga yang tengah mengajarkan rumus-rumus yang tidak dimengertinya sama sekali. Keyra berusaha fokus pada pelajarannya namun ringisan Alana disampingnya terus mengganggunya. Dia tidak tenang mendengar Alana yang terus meringis kesakitan. Dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya itu.

EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang