10. Snapshot

1.8K 282 11
                                    

"Jadi, ini gimana?"

Kami berdua duduk termenung di dalam Snapshot. Sama-sama gatau apa yang harus dilakuin. Iya, gue sama Woojin memang definisi dari kekatrokan yang hqq.

Gue diem aja. Bengong. Bener-bener blank.

"Udah gesek kartunya, kan?" tanya gue. Woojin cuma mengangguk.

"Klik random aja sana. Sumpah gue gatau. Kan lu yang ajak." gue nyender. Mikirin hal kayak gini malah tambah bikin pusinkk.

Woojin cuma diem, dan emang beneran dia ngeklik random layar touchscreen didepannya.

"Ji, pose Ji!"

Tiba-tiba Woojin teriak heboh. Gue yang dari tadi merem langsung melek.

Tanpa diduga, Woojin narik seragam gue dan ngerangkul gue. Terus senyum sok cool ke arah lensa.

"Njer absurd banget muka gue, Jiiinn!" teriak gue. Woojin ketawa. "Gapapa, bagus."

Akhirnya sekitar lima menit dihabiskan buat Snapshot. Dua menit dihabiskan cuma buat milih filter.

"Eh ayo lagi, masih ada nih saldonya."

Belum sempet gue nolak, Woojin udah keburu ngegesek kartunya. Ya, bangsat emang.

"Gue udah kehabisan ide buat pose. Lu aja sana narsis sendirian," ucap gue. Woojin menggeleng. "No, no, no. Duduk anteng aja, temenin gue."

Akhirnya gue menyerah. Dan cuma nunduk. Bodo amat lah. Untung yang beli saldo dia, bukan gue.

"Yaelah, nunduk aja terus sampe gue jadi anggotanya EXO."

Woojin narik gue dan naruh kepala gue ke pundaknya. Tangannya ngerangkul pundak gue, membuat muka gue berhadapan dengan leher dia. Dan wangi parfumnya bener-bener kecium sama hidung gue.

Mau baper, tapi jangan dulu deh.

"Harus banget posenya gini?" tanya gue. Suara gue sedikit teredam.

"Ya, terus? Kan lu udah gaada ide buat pose, jadi gini terus aja. Biar gue yang pose," jawabnya enteng.

Iyain aja udah. Umur gaada yang tahu.

Sekitar lima menit gue mempertahankan posisi yang antara-pewe-dan-tidak ini. Sesekali gue bisa merasakan Woojin yang mempermainkan rambut gue.

"Btw printoutnya mana?" tanya Woojin. Gue mendongak. "Di luar gaada?"

Woojin membuka korden yang menutupi, dan menengok ke bagian samping photobox. Terdapat dua printout. Woojin langsung mengambilnya dengan cepat.

"Keren juga. Bisa lah buat pemanis timeline LINE gue." Woojin mengeluarkan ponselnya dan memotret dua hasil printout Snapshot barusan. Gue berdiri tegak, dan ikut menyimak Woojin yang lagi dalam mode serius.

"Ntar kirim ke gue, ya?" ucap gue.

"Iyee, beres kalo sama gue, mah." Woojin masih fokus memotret dengan berbagai angle. Gue hanya bisa pasrah menunggu.

"Balik ayo, udah setengah delapan," ucap gue, "eh tapi besok Jumat libur kan, ya? Yaudah jangan balik dulu, deh."

Woojin noleh. "Lho, serius lu libur? Ada apa?"

"Kan emang libur nasional, Jin," jawab gue. Woojin berpikir sebentar. "Oiya, gue lupa."

"Yang lu inget cuma bokep, sih."

"Yang gue inget cuma lu."

"Masa?"

"Iye serius."

"Bodo."

Woojin nyubit pipi gue. "Untung lu cewek, Ji. Kalo gak udah gue sleding kepala lu."

Gue hanya tertawa.

"Ke parkiran atas, kuy?"

"Ngapain lagi?"

"Nyebat."

"LHA LU NYEBAT?"

"Ya enggak lah, mending uangnya buat beli kuota."

"Oh, syukurlah.."

"Ciye khawatir?"

"Gak. Gue gasuka orang yang nyebat."

"Ayah lu nyebat."

"Kecuali ayah gue."

"Yaudah iya, ayo ke parkiran atas, gue mau nenangin pikiran."

"Iya iya, ayo."

[✓] Les ㅡ Park WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang