Hari kesekian gue les di Tante Yooa. Gue udah mulai terbiasa dengan teman-teman gue di les ini. Sudah mulai menerima keadaan juga, apalagi fakta kalau ternyata Guanlin tidak sediam waktu hari pertama (dan makin hari dia makin nyebelin, heran deh), atau fakta kaau Daehwi itu pinter di pelajaran hitungan. Bahkan Daehwi udah hafal di luar kepala segala macam rumus, yang bahkan gue gatau itu rumus-mencari-apa.
Gue? Sama aja. Gak ada perbedaan yang terlalu spesifik. Yah, setidaknya nilai Matematika gue naik 2 digit. Berkahnya, gue jadi lebih paham Biologi, karena demi apapun Bu Suyeon neranginnya kayak ngedongeng. Gak pernah nulis di papan. Udah, ngedongeng doang. Otak bobrok gue mana bisa paham anjir.
Enaknya les di Tante Yooa itu, walau cuma diajarin mata pelajaran Matematika, IPA, sama Bahasa, kita juga bisa konsultasi pelajaran lain ke beliau. Atau bisa juga sharing tentang pelajaran lain ke temen kita. Enak? Iya dong, apalagi temen kita cakep semua.
"Ji, lu kan pinter Bahasa Inggris, ini jelasin ke gue dong maksudnya apa." Daehwi nyerahin ke gue buku paketnya yang dibagian pinggir halamannya banyak terdapat coretan random.
Gue berpikir sejenak. "Tapi, ini gue ada pr Mat buat minggu depan, lu tulisin rumus apa aja yang dipake. Deal?" tawar gue.
"Gampang itu, mah. Sini."
Gue sumringah. Akhirnya gue mengeluarkan empat lembar soal Matematika 50 soal dan memberikannya ke Daehwi.
"Ini gue terjemahin aja ya, sama gue kasih hint sedikit," ucap gue. Daehwi hanya mengangguk, dan beberapa saat kemudian dia sudah terfokus pada soal gue.
Gini kan enak. Simbiosis mutualisme. Gue diuntungkan, dia diuntungkan, tidak ada yang merugi.
Woojin yang sedari tadi menyimak langsung duduk di hadapanku. Tangannya masih memegang buku Bahasa Korea, tapi matanya fokus ke gue. Ini anak maunya apa?
"Kenapa? Ada pr Bahasa Korea?" tanya gue.
"Nggak, besok ulangan," jawabnya singkat.
Gue mendongak, lalu senyum. "Nih, ya, Bahasa Korea itu gak perlu dipelajari terlalu mendalam. Yang diperluin itu cuma ketelitian, sama kesabaran buat baca teks yang panjang. Teori? Gak terlalu penting, Jin. Udahlah."
"Lagian lu bisa tanya temen lu, kan?" lanjut gue.
"Gue tahu, Ji. Ini gue cuma pencitraan doang. Lihat noh, yang lain serius semua masa gue mau hapean main ML? Kan ga lucu." Woojin menutup bukunya, lalu menopang daguㅡmenatap intens kearah gue.
Gue menoyor pelan kepala Woojin. "Goblok jangan dipelihara."
"Goblok gini juga lu sayang."
"Aku sayang Chanyeol, yayaya, semua juga tau."
"Sama Woojin sayang juga gak?"
"Woojin siapa ya? Saya tidak kenal dia."
Woojin ketawa. Gingsulnya kelihatan, matanya juga langsung menyipit. Gue yang ngelihat jadi ikutan senyum.
"Lu manis juga ya, Jin," ucap gue. Woojin langsung sumringah.
"Lu juga."
"Makasih."
"Muka lu kok gak merah, sih? Biasanya cewek pada baper kalo digituin sama cowok."
"Ekspetasi lu ketinggian. Makanya jangan kebanyakan liat drama."
Woojin merengut. Ia diam sejenak, sebelum berbicara lagi.
"Eh, Ji, Bahasa Koreanya je t'aime itu apa?"
"Gak tau, google cobak." gue pura-pura gatau. Udahlah, ngetroll doang dia mah.
"Sekali-kali senengin gue, kek. Gue tahu lu tahu."
Gue memutar bola mata malas. "Artinya, gue cinta Chanyeol dengan sepenuh hati."
"Seriusan Jiwooooo--"
"Kata 'Chanyeol' diganti sama 'lu', 'dengan sepenuh hati'nya hilangkan."
"--ha gimana, gimana?"
"Anak goblok."
"..."
"..."
"OH IYA PAHAM HEHEHEHE. Iya gue juga cinta lu, Ji."
"Najis, lu siapa?"
"Calon ayah dari anak-anak kamu di masa depan."
"Najis banget, sumpah."
Gue cuma bisa nahan senyum. Entahlah, gue emang masih inget curhatan Woojin beberapa waktu yang lalu. Tapi, perlakuan dia ke gue itu kayak, baperin banget.
Ini yang goblok sebenernya siapa, sih? Kembarannya Lisa Blackpink lelah.
besok rapotan gaes hhhhhhhh auk dah ranking berapa :"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Les ㅡ Park Woojin
FanficWhen your emak nyuruh lu buat les, padahal lu sendiri males buat les. Tapi mayan, ada moodboosternya. started : 16 November 2017 ended : 05 Juni 2018 Highest Rank: #89 in Short Story (210418) #129 in Short Story (150418) #209 in Short Story (200418)...