Did I Kill Them

6.4K 623 87
                                    

Yoongi mengerang.

Meremas rambutnya frustasi.

Berteriak kesal.

Dan menghempaskan tubuh letihnya ke sofa putih susu setelah membanting beberapa barang ke segala arah.

Dengusan penuh emosinya makin menjadi. Gemeretak gigi-giginya makin terdengar jelas, nyaris menggema ke seluruh ruangan karena detak jam yang biasanya mendominasi sudah hilang tak bersisa lagi. Penanda waktu itu telah dibanting ke lantai dengan sekuat tenaga oleh pemiliknya. Jadi sekarang benar-benar hanya suara tubuh kekesalan seorang Min Yoongi yang menggema pada ruangan berantakan penuh sampah makanan cepat saji itu.

Suara hembusan napas kasar. Suara jemari mengasak-asak rambut. Suara kaki yang dihentak-hentakkan. Suara mulut yang mendesis tidak jelas.

Yoongi memang begitu.

Ketika otaknya buntu kehabisan ide.

Tapi sepertinya sekaranglah yang paling parah. Terlihat dari badan handphone yang hancur lebur di dekat meja kerja Yoongi, se-stuck apapun pikiran Yoongi dia tak akan sampai merusak benda penting. Lalu ada ratusan halaman berisi deretan huruf dilayar laptop yang tak membentuk satupun kata, tercipta karena kepalanya yang dipukul-pukul berulang kali ke badan keyboard juga kening yang ditempel cukup lama di sana.

Beberapa lama hanya bergerak risau dalam baringannya, wajah yang semakin tirus beberapa hari belakangan itu akhirnya mulai menunjukkan sebuah kontrol diri. Yoongi bangkit setelah hampir satu jam ikut bergumul dengan tumpukan pakaian dan lembaran kertas di atas sofa.

Tampak sepasang mata sipitnya mencari sesuatu. Setelah pandangannya jatuh pada sebuah benda di bawah jendela, ia menyeret langkah ke sana.

Meraih teropong hitam, pria berambut hitamkusut itu menggunakannya untuk melihat lebih jelas ke arah kafe di seberang gedung apartemennya.

***** *****

Did I Kill Them?

Min Yoongi

Park Jimin

Jung Hoseok

Kim Taehyung

Warning! Typo (s)!

Happy Reading

***** *****

August D Cafe namanya.

Kafe yang baru dibuka tiga bulan lalu.

Nama yang sangat Yoongi suka, interior dan menunya juga. Namun bukan itu yang membuat Yoongi ke sana disetiap waktu luangnya. Dan dijadikan objek tunggal oleh teropongnya satu bulan terakhir ini. Tapi karena seorang pelayan manis bersurai blonde yang sudah bekerja di August D sejak dibuka.

Ke mana dia? Batin Yoongi.

Dirinya mulai resah. Kerutan dahi pria berkulit pucat itu bertambah setelah satu jam lebih memperhatikan dengan baik dan teliti bagian kafe yang hanya terjangkau dari sudut apartemen lantai sepuluh-nya.

Yoongi hanya bisa menangkap keseluruhan bagian luar kafe dan kurang dari setengah bagian dalam, tapi Jiminlah, nama pelayan favorit Yoongi, yang selalu menyambut tamu datang dan pelayan yang paling gesit ke sana kemari. Dan tak kunjung menampakkan batang hidungnya tentu membuat Yoongi bertanya-tanya. Kekecewaan tergambar jelas dari ekspresi penulis best seller itu.

YoonMin Anthology [Y. Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang