Adagio of My Summer, Your Heartbeat Part 3

1.7K 258 34
                                    

honestly, im not really happy with this chapter. there are so many typos and the plot is so weird. i know it but i dont know why i cant restrain my self. i wanna update this so much before tomorrow coz ill busy. 

well, hope you still enjoy this

Happy Reading

.

.

.

.

.

Baru saja Jimin memasuki apartemen pribadinya, melempar diri pada sofa besar yang menenggelamkan setengah badan dia mendapat panggilan telpon dari seseorang.

Dari seseorang yang membuat Jimin melotot tak percaya. Dia pandangi layar handphone lekat-lekat, mengucek-ngucek kedua mata, berpikir keras apakah dia terlalu letih hingga berhalusinasi-

Hell, sejak kapan aku sok mendramatisir begini huh desah Jimin geleng-geleng kepala. Tapi ditelpon seorang Min Yoongi memang sesuatu yang cukup mengejutkan. Hari ini mereka mengobrol terlalu lama sampai-sampai tak sadar kalau malam telah semakin larut. Alarm Jimin yang berisi 'jangan lupa lepaskan masker!!' lah yang mengingatkan keduanya bahwa sudah waktunya mengakhiri pembicaraan dan berpisah.

Jika tentang musik ternyata Yoongi dan Jimin sama sekali tidak bertengkar, tak ada ributnya sedikipun. Nol persen adu mulut. Malah Jimin terkagum-kagum dan merasa dirinya memang belum ada apa-apanya dibanding Yoongi. Yeah, tentu saja wajar karena Min Yoongi adalah murid kebanggaan Profesor Lee tapi Jimin tetap mendengarkan dan menyimak  baik-baik. 

Yoongi menerangkan secara lugas dan begitu jelas, orang awam seperti Jimin dibuat mengerti dengan mudah. Pembicaraan mereka belum masuk ke permasalahan inti masihlah dasar-dasar tentang bermusik. Untuk pertemuan selanjutnya Yoongi berkata mungkin dia akan mulai memperkenalkan Jimin bagaimana proses pembuatan sebuah lagu orisinil.

Yoongi juga bilang kalau dia akan mengantarkan Jimin tepat sampai ke mobilnya ketika yang lebih muda pamit pulang. Tentu saja Jimin langsung setuju dan selama perjalanan dari Genius Lab menuju parkiran Sweet Cafe entah mengapa keduanya sama-sama diam menikmati suara alam musim panas diwaktu malam. Perpisahan mereka juga singkat, hanya berkata 'sampai jumpa' dan dibalas 'sampai jumpa' juga untuk satu sama lainnya.

Nah, bisa dikatakan pertemuan dua mahasiwa beda jurusan itu berujung baik namun ditelpon oleh Yoongi tetaplah sesuatu yang membuat Jimin terheran-heran. Apa dia meninggalkan sesuatu? Atau Yoongi sedang mabuk? Atau Yoongi salah pencet?

"Halo?"jawab Jimin ragu.

"Apa kau-

"Min Yoongi?"

"Hha?"

"Benarkah kau Min Yoongi?? Aku tidak suka dengan telpon iseng lho!"

"Ck, bilangnya 'telingaku juga cukup sensitif' tapi ternyata tak bisa membedakan suaraku dengan orang lain eoh."

"Nah, aku lebih percaya pendengaranku tiba-tiba terganggu daripada seorang Min Yoongi yang menelponku."

"Ya ya ya terserah. Aku hanya ingin memastikan apakah kau selamat sampai di rumah tapi mendengarmu saat ini sepertinya aku sudah tak butuh jawabanny lagi. Kalau begitu selamat malam. Bye."

"What- aish! Irit sekali omongannya eoh! Padahal bicara tidak bayar kan! Dasar Kurus Pucat!"

Jimin memang mendecak sebal tetapi bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman.

YoonMin Anthology [Y. Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang