BAB 5 (TERCENGANG)

2.9K 188 14
                                    

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berbondong-bondong ke kantin sekolah untuk mengisi perut atau hanya sekedar jajan. Radit tentunya tidak ke kantin, tapi ia bersyukur hari ini ia bisa bawa bekal ke sekolah, lumayan untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan dan biar dia bisa fokus / berkonsenterasi dalam belajar nanti. Radit duduk di lantai di pojok kelasnya, ia membuka nasi bungkus yang ia bawa, tak lupa ia juga membuka botol minum yang ia bawa. Sebelum ia melahap makanannya ia berdoa dulu, hari ini ia makan dengan nasi tahu tempe dan sambal, rasanya nikmat sekali, ia berharap semoga emaknya juga sudah makan. Ketika sedang asik makan tiba-tiba seseorang menyapanya
"Hai. Sendirian aja? Ga ke kantin?" sapa siswa laki-laki tersebut
"a-ah, e-eh, anu, iya nih sendirian, aku bawa bekal dari rumah."
"nama gue Rachman, Rachman Hendra Saputra" ucap siswa lelaki itu memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya
"aku Radit, Radit Pratama" Jawab Radit ramah. Sebenarnya Radit sudah tau nama dia karena mereka sekelas, Radit belum tau tentang Rachman, yang ia tahu Rachman itu anak orang kaya dan punya perusahaan di Kota Bandung.
"gue boleh ikut duduk disini?" tanya Rachman"
"boleh atuh, kan ini tempat umum hehehe" jawab Radit
Mereka pun ngobrol ngalor ngidul hingga mereka akrab dan saling mengenal satu sama lain.

Rachman Hendra Saputra berusia 16 tahun, 1 tahun lebih tua daripada Radit. Ia merupakan anak tunggal dan ayahnya memiliki bisnis yang terbilang sukses di Kota Bandung. Rachman bahkan ke seolah membawa mobil sendiri tanpa supir, mobilnya juga mewah hitam mengkilat. Wajah Rachman itu tampan dengan garis rahang yang kuat, kulitnya sawo matang bersih, tubuhnya tinggi dan tegap (besekel kalau kata orang sunda mah). Ia juga atlet di bidang sepak bola, voli, dan basket (bukan atlet profesional, tapi atlet yang sering ikut perlombaan antar sekolah ataupun PON). Meskipun Rachman itu tampan dan kaya, tapi ia ramah terhadap Radit, ia pun tidak jijik terhadap Radit walaupun Radit bekerja sebagai pemulung dan emaknya pengemis. Radit sangat senang bisa mendapatkan teman baru.

Usai sekolah seperti biasa Radit akan mulung botol bekas di sekitar sekolah, tapi tiba-tiba
"awww" Radit mengaduh sakit sambil memegang kepalanya setelah ia terkena bola basket
"eh, sorry sorry gue ga sengaja" ucap seorang siswa
"lain kali hati-hati. E-eh Rachman" ucap Radit dan kaget karena orang yang mengenainya adalah Rachman
"Radit? Sorry banget ya gue ga sengaja. Emang lu lagi ngapain?" tanya Rachman
"aku lagi cari botol bekas man" jawab Radit menunduk malu sambil mengusap bagian kepalanya yang masih sakit
"kita ke klinik aja mau?" tanya Rachman
"ga usah man gapapa"
"yaudah kalo gamau, kalo gitu gue anterin pulang aja mau?" tawar Rachman
"e-eh, ga usah man gapapa, lagian aku pake sepeda kok" tolak Radit
"gapapa, nanti aku suruh orang buat nganterin sepedanya ke rumah kamu. Yuk" Ajak Rachman tanpa menunggu persetujuan Radit, ia langsung menggenggam tangan Radit dan membawanya ke parkiran. Rachman membukakan pintu untuk Radit
"man, padahal ga usah man"
"udah masuk aja dit"
"aku takut mobil kamu jadi bau man, gapapa aku pulang naik sepeda aja"
"kamu ga bau kok Dit, kamu wangi, ayo masuk". Radit pun masuk kedalam mobil mewah milik Rachman. Seumur-umur Radit baru pertama kali masuk mobil mewah, seketika Radit terkesima 'andai Radit punya mobil kayak gini, Radit bakal bawa emak jalan-jalan' ucapnya dalam hati
Mobil Rachman pun melaju dengan kecepatan normal, mereka mengobrol dengan akrab didalam mobil, tidak ada yang aneh, sampai Rachman memberhentikan mobilnya dan berucap
"Kita udah sampai Dit"
"e-eh, iya." Ucap Radit
Tik tok tik tok tik tok
"Loh? Kok kamu bisa tau rumah aku disini man? Kan kamu pertama kali kesini? Hmm???" kaget Radit dan bertanya-tanya
"eh, anu, itu" bingung Rachman
"Jangan-jangan sepeda yang itu........" selidik Radit
Akhirnya Rachman menyerah dan mengakui segalanya.
"Iya itu sepeda dari aku Dit. Aku gamau kamu pulang pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Aku kemarin ga sengaja liat kamu jalan kaki sampai ke sekolah. Kamu jangan marah ya" Ucap Rachman mengaku
"hiks, hiks, hiks, makasih ya man kamu udah peduli sama aku. Selama ini ga ada yang peduli sama aku dan emak. Makasih ya man sepedanya. Maaf aku ngerepotin kamu" ucap Radit berterimakasih sambil menangis menunduk.
"hush, kamu jangan gitu, kamu ga ngerepotin aku Dit, aku malah seneng kalau bisa bantu kamu" Ucap Rachman menenangkan tangis Radit dengan memeluk dan mengusap rambut Radit
Radit tersipu malu dengan perlakuan yang Rachman berikan. Kenapa jantung Radit berdetak lebih kencang???
"e-eh, ma-maaf" Ucap Rachman meminta maaf karena takutnya Radit tidak nyaman dengan perlakuan yang ia berikan
"iya gapapa man" Ucap Radit tersenyum.
'Tuhan, terimakasih kau telah mempertemukan aku dengan orang yang baik' ucapnya bersyukur didalam hati

================================
Flashback

Kemarin saat Rachman sedang membeli minuman di warung pinggir jalan ia melihat seorang siswa laki-laki yang kecil dan manis berseragam sekolahnya sedang berjalan kaki, ia mengikuti kemana siswa ini, ternyata ia berjalan kaki menuju sekolah, Rachman sangat kaget, ia bertanya-tanya apakah siswa manis itu tidak capek jalan kaki ke sekolah yang jauh dari rumahnya.

Sesampainya di kelas Rachman terkejut ternyata anak manis itu sekelas dengan dia, hatinya berdebar ketika melihat anak manis itu. Ketika pengabsenan Rachman baru tau kalau nama anak manis itu adalah Radit.

Saat jam istirahat ia melihat siswa manis itu sedang makan bersama sepupunya Cindy di kantin
Ketika pulang seolah ia melihat sepupunya memberika siswa manis itu bungkusan. Rachman bertanya kepada sepupunya apa yang ia berikan kepada anak manis itu? Sepupunya menjawab kalau itu nasi dan ayam goreng untuknya dan emaknya.

Setelah itu ia melihat anak manis itu mengorek-ngorek tong sampah, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya dilakukan anak manis itu, ternyata ia sedang mencari botol bekas, ia memasukan botol-botol bekas itu kedalam karung yang dibawanya. Setelah selesai mengumpulkan botol-botol bekas anak manis itu pun pulang berjalan kaki sambil membawa 2 karung rongsokan.

Sesampainya di rumah anak manis itu Rachman tertegun, ternyata anak manis itu tinggal di gubuk kecil di dekat jembatan. Ia seketika terenyuh melihat fakta mengenai anak manis itu. Ia membayangkan anak sekecil dan semanis itu ternyata menyimpan beban yang sangat berat dalam hidupnya. Ia pasti sangat kecapekan kalau setiap hari ke sekolah pulang pergi berjalan kaki, belum lagi ia harus mengumpulkan botol-botol bekas dan membawanya dalam karung sampai ke rumah. Karena ia tak tega anak manis itu pulang pergi berjalan kaki, Rachman punya inisiatif untuk membelikan anak manis itu sepeda dan menaruh sepeda itu di depan pintu gubuknya dengan meninggalkan surat. Semoga sepeda ini sedikit meringankan bebannya.

Flashback end
================================

Radit berharap semoga hari-hari kedepan bisa seindah hari ini. Apakah Tuhan akan memberikan kebahagiaan bagi Radit? Atau justru Tuhan akan memberikan kemalangan pada Radit?









[To Be Continue]

✓Saya penulis baru, maaf ya kalau ceritanya amburadul.
✓BAB baru di update setiap hari
✓Minta comment, like, dan sarannya ya.
✓Semoga tulisan saya dapat menghibur kalian semua.
✓Sampai jumpa di BAB selanjutnya.
✓Love u guys

[✓COMPLETE] Tersingkir (Sebuah Penggalan Kisah Hidup)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang