BAB 9 (TERKEJUT)

2.5K 168 14
                                    

Ketika Radit tertidur tiba-tiba ada yang mengetuh kamar Radit. Tok tok tok
Raditpun terbangun dari tidurnya kemudian bergegas membukakan pintu kamarnya, betapa terkejutnya dia melihat orang yang mengetuk pintunya itu
"Tu-Tuan Muda, ada apa?" Tanya Radit gugup karena ternyata yang mengetuk ngetuk pintunya adalah Rachman.

Rachman ternyata sedang mabuk, Radit mencium aroma alkohol. Rachman tiba-tiba mengelus pipi Radit lalu memeluknya
"Gue kangen sama lu, gue ga bisa lupain lu Dit" Rachman memeluk Radit dengan erat, ia mencium bibir Radit dengan beringas
"Tu-tuan Muda, ja-jangan, aku mohon" Radit takut melihat Rachman
"Kenapa lu takut? Bukannya udah biasa ya? Ah, malem ini gue pengen nyicipin tubuh lu Dit" Rachman menerkam Radit, ia mengunci pintu kamar Radit lalu ia melepas semua pakaian yang ia kenakan. Ia mendorong Radit hingga terjatuh keatas kasur. Rachman melucuti pakaian Radit hingga Raditpun telanjang memperlihatkan tubuhnya yang putih langsat dan mulus. Rachman menyetubuhi Radit, tidak Rachman memperkosa Radit, ia memperkosa Radit berkali-kali. Radit tak bisa berbuat apa-apa, tubuh Rachman yang berotot dan tenaga Rachman yang kuat itu mengunci Radit, Radit hanya bisa menangis menahan perih karena disodomi oleh penis raksasa milik Rachman. Keringat mengucur deras baiak di tubuh Radit maupun Rachman, pergumulan panjang dan panas ini menyita banyak tenaga Radit.
'Rachman, kenapa kamu seperti ini?' ucap Radit kelelahan lalu tertidur

================================

Keesokan harinya saat subuh Radit terbangun, ia tidak melihat Rachman masih tertidur diatas kasur kamarnya. Radit mandi untuk menghilangkan noda yang telah Rachman berikan di badan Radit, setelah itu ia ganti baju dan beribadah. Radit pergi ke dapur untuk memasak sarapan bagi keluarga ini, setelah selesai memasak dan menatanya di meja makan ia duduk sendiri ditaman belakang, ia termenung, ia mengingat kejadian yang baru saja ia alami. Ia bertanya-tanya dalam hati, 'Apakah Rachman masih mencintai Radit? Ataukah Rachman hanya menganggap Radit sebagai alat seks saja?'

Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
"Dit, Radit"
"Iya Nyonya?"
"Tolong setrika baju Bapak sama Ibu ya Dit"
"Iya Nyonya" Radit bergegas kedalam untuk melakukan perintah majikannya

Setelah selesai sarapan Tuan dan Nyonya pergi ke kantor. Radit membawa piring-piring bekas ke tempat cuci lalu ia hendak mencuci piring, tiba-tiba
"Lupain kejadian semalem, tadi malem gue lagi mabok, anggap itu ga pernah terjadi. Lu gausah kepedean apalagi ngarep, karena gue ga bakal suka lonte kayak lu"
Seketika itu hati Radit bergetar perih mendengar ucapan Rachman. Rachman bahkan memanggilnya dengan sebutan 'lonte'.
"I-iya Tuan Muda" Radit menunduk dan menitikan air mata, hatinya sangat sakit. Radit harusnya sadar dari awal, dia tak pantas dengan Rachman, Rachman tak mungkin menyukai Radit yang kotor dan hina. Radit hanya dianggap alat.

Ketika Radit sedang memasak tiba-tiba bel rumah berbunyi ting tong, ting tong
"Iya sebentar", Ketia Radit membukakan pintu ternyata
"Radit? Radit ini beneran kamu?" Cindy kaget melihat Radit ada di rumah Rachman
"Ci-cindy?" ucap Radit kaget

Mereka pun masuk kedalam rumah, Cindy menanyakan semua hall dari mullai kenapa Radit berhenti sekolah sampai dia searang bisa ada di rumah Rachman.
Radit menjelaskan semuanya, dari mulai ibunya yang tiada lalu ia berhenti sekolah untuk mulung, gubuknya yang digusur, lalu ia bertemu Pak Hendra dan diberikan tawaran untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga dirumahnya.

"Lalu hubungan kamu dengan Rachman bagaimana Dit?" tanya Cindy penasaran.
"Hu-hubungan apa Cin? Aku hanya pembantu disini dan Tuan Muda adalah majikanku Cin" Ucap Radit tertunduk
"Aku tahu, sepertinya Rachman berubah ya Dit?" selidik Cindy
"Eh iya, kamu ada apa ke rumah ini Cin?" Tanya Radit berusaha mengalihkan pembicaraan
"Ini aku mau ketemu Tante Ratih, mamahku ngasih kue ini buat Tante Ratih sekalian ngasih tahu ke Tante Ratih kalau arisan bulan ini tempat ngumpulnya di rumah Tante Ratih" Ucap Cindy menjelaskan
"Oh gitu, Nyonya belum pulang dari kantor Cin, biasanya Nyonya pulang petang"
"Iya gapapa, nanti tolong disampein aja ya."
"Iya Cin"
"Eh iya, aku bikinin minum ya" tawar Radit
"boleh Dit"

Radit pun ke dapur untuk mengambil minuman, lamat-lamat Radit mendengar suara orang cekcok di ruang tengah, ketika dihampiri, ternyata Cindy dan Rachman sedang cekcok
"Gue gak nyangka kok lo bisa-bisanya setega itu sama Radit?" Ucap Cindy
"Udahlah Cin, gue males denger omongan lo" Ucap Rachman
"Lo brengsek man, lo ngebuang Radit. Lo bener-bener keterlaluan"
"Diem lo. Kalo lo ga tau permasalahannya gausah komentar" Teriak Rachman

Radit pun menarik Cindy ke taman belakang, mereka duduk di kursi dan Radit mencoba menenangkan Cindy
"Cindy, Tuan Muda ga salah Cin. Ini sudah jalan dari Tuhan au hidup kayak gini. Aku malah sekarang bersyukur bisa tinggal dan kerja disini. Kamu jangan khawatir ya Cin, aku baik-baik aja"
Akhirnya Cindy pun tenang dan pamit pulang. Setelah itu Radit masuk kedalam rumah dan melihat Rachman sedang duduk di ruang tengah

"Sini lo" Ucap Rachman kasar
"I-iya Tuan Muda" Radit berdiri sambil menunduk
"Gue minta maaf"
Radit kaget mendengar apa yang diucapkan Rachan
"ma-maksud Tuan Muda?"
"Gue minta maaf atas semua yang udah gue lakuin"
"Ti-tidak apa-apa, Tuan Muda tidak salah apa-apa"
"Gue mau ke kamar, lu lanjutin aja kerjaan lu" Rachman pun bergegas ke kamarnya, tak terasa bibirnya tersenyum.

Radit pun kembali ke dapur melanjutkan acara masaknya yang tertunda. Radit bersyukur Rachman tak marah lagi kepadanya.

================================

Hari demi hari Rachman mulai ramah lagi terhadap Radit. Radit senang Rachman mulai seperti dulu lagi. Semoga Rachman bisa jadi teman Radit lagi.

Hari ini adalah hari minggu, Radit hari ini memasak banyak makanan dan kue, Nyonya Ratih pun turut membantunya. Hari ini ada acara arisan di rumah ini, sehingga hari ini mereka memasak makanan yang sangat banyak. Kata Nyonya Ratih anggota arisannya ada 20 orang.

Satu persatu hidangan disajikan dimeja makan, kue dan makanan ringan dihidangkan dan disusun rapi diatas meja di ruang tengah. Satu per satu anggota arisan pun berdatangan, mereka adalah ibu-ibu dari kalangan pengusaha hingga pejabat.

Dari sekian yang datang Radit terkejut karena kedatangan seseorang
"Ri-Riyadi?" Riyadi datang bersama ibunya (ibunya Riyadi adalah adik Nyonya Ratih)
Riyadi menatap tajam Radit dan tersenyum nakal.
"Jadi bener ya lu sekarang jadi babu disini?" ejek Riyadi
"Si-silakan masuk" ucapnya menunduk
"Lu jangan harap bisa lepas dari gue" ancam Riyadi mengucap di telinga Radit. Mata Radit terbelalak seketika, tangannya bergetar mendengar ucapan dari Riyadi.

Ketika Radit hendak masuk kamar tiba-tiba seseorang mencengkram dan menghimpit badannya
"Hei lonte, sekarang lu makin manis aja, gue makin nafsu liat lo yang sekarang" ucap Riyadi di telinga Radit lalu ia menjilat telinga dan leher Radit
"Ja-jangan Riyadi, a-aku mohon"

Tiba-tiba
"Ngapain lo ganggu si Radit" Ucap Rachman
"emangnya kenapa? Hah?" Ucap Riyadi sinis
"lepasin dia" tukas Rachman
"Hahaha, ngapain lo belain si lonte? Lo suka sama ni lonte?" ejek Riyadi, dan
Bugh...... (Rachman menonjok pipi Riyadi)
"Anjing lo, lo mukul gue gara-gara tu lonte hah?" Murka Riyadi sambil menyeka darah di ujung bibirnya
"pergi lo dari sini" Usir Rachman kepada Riyadi
"Awas lo lonte" Ancam Riyadi lalu ia pergi.

"Lu gapapa Dit?" tanya Rachman khawatir
"ga-gapapa Tuan Muda. Terimakasih"
"Yaudah lu istirahat aja sana. Kalau lu digangguin dia lu tinggal bilang ke gue aja" Ucap Rachman. Raditpun masuk ke kamarnya dan beristirahat.

'kamu ternyata masih baik man. Terimakasih' deg, deg, deg (jantung Radit berdebar-debar) 'A-apakah aku???'













[To Be Continue]

✓Saya penulis baru, maaf ya kalau ceritanya amburadul.
✓BAB baru di update setiap hari
✓Minta comment, like, dan sarannya ya.
✓Semoga tulisan saya dapat menghibur kalian semua.
✓Sampai jumpa di BAB selanjutnya.
✓Love u guys

[✓COMPLETE] Tersingkir (Sebuah Penggalan Kisah Hidup)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang