Hari sudah larut dan diluar sedang hujan deras bercampur angin kencang, tapi Radit hingga saat ini belum pulang ke rumah. Rukmini menunggu dengan raut wajah cemas dan takut terjadi
sesuatu pada anak tercintanya.
"Radit, kamu kemana Nak? Emak khawatir. Tuhan, semoga tidak terjadi apa-apa pada anakku" doa Rukmini disela gemuruh petir yang menggelegarTiba-tiba terdengar suara orang yang mengetuk pintu gubuknya. Tok tok tok
"Assalamualaikum, Bi Rukmini, Bi, Bi Rukmini, Bi, ini Duloh Bi." Ucap gusar seseorang dibalik pintu.Rukmini pun segera bergegas membukanya
"Waalakumsalam. Iya sebentar" jawabnya sambil membukakan pintu.
"Ya Allah, Duloh, ini Radit kenapa? Radit? Radit?" teriak Rukmini kaget karena di depannya saat ini ia melihat kondisi Radit yang tengah pingsan dipangkuan Duloh dan wajahnya penuh lebam seperti orang yang habis dipukuli."Kita bawa Radit kedalem dulu aja Bi" jawab Duloh.
"Baringin disini aja Dul" ucap Rukmini sambil menunjuk ke dipan kayu yang ada di gubuknya.
Duloh membaringkan tubuh mungil Radit diatas dipan kayu sedangkan Rukmini mengambil handuk bersih dan air hangat untuk membersihkan tubuh dan luka serta lebam pada Radit.
"Bi, ga ada kasur?" tanya Duloh
"Bibi mah ga punya kasur Dul, Bibi sama Radit tidurnya di dipan kayu" jawab Rukmini sambil menaruh baskom berisi air hangat dan mendudukan dirinya di atas dipan samping tubuh Radit"Ini gimana ceritanya Dul si Radit bisa kayak gini? Duh anak Emak, kenapa kamu bisa gini nak" ucapnya bergetar sembari membersihkan luka Radit, air mata menetes melewati pipi keriputnya.
"Duloh juga gatau Bi. Tadi Duloh abis dari warung terus liat si Radit jalan sempoyongan deket jembatan, pas disamperin dia pingsan Bi. Pas Duloh liat mukanya udah bonyok-bonyok gitu. Emang si Radit punya musuh Bi?" terang Duloh
"Setau Bibi si Radit ndak punya musuh Dul, dia anak baik, ndak pernah aneh-aneh" jawab Rukmini terisakSetelah Rukmini cukup tenang akhirnya Duloh pamit
"Yaudah Bi, Duloh pulang dulu ya. Semoga si Radit cepet sadar dan cepet sembuh lukanya"
"Iya Dul, Amin. Kesuwun yo uwis nganterin si Radit kesini"
"Iya Bi. Duloh pamit Bi, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawab RukminiTak lama setelah itu, Radit mulai membuka matanya dan menengok ke samping. Disana ia mendapati emaknya tengah duduk disampingnya. Ah, ternyata ini sudah dj rumah.
"Mak, Mak" Radit memanggil Rukmini dengan suara parahnya. Tenaga yang masih sedikit membuat suara itu terdengar pelan.
"Iya Nak?" ucap Rukmini tampak menyeka airmata yang mengalir dipipi keriput nya. Radit yang melihat Emaknya menangis tak kuasa menahan rasa nyeri di dadanya, ia telah membuat orang yang paling dia sayangi menangis.Dengan tenaga yang terbatas Rradit berusaha mendudukan dirinya.
"Maafin Radit Mak, Radit selalu nyusahin Emak" ucap Radit bergetar dan menangis dalam pelukan Emaknya. Rukmini membalas pelukan anaknya dan membelai lembut puncak kepala Radit. Bulir air mata jatuh dari pelupuk Rukmini, tetapi ia berusaha tegar agar tak terlihat lemah dihadapan anaknya."Radit jangan ngomong gitu, ya Nak! Radit ndak pernah nyusahin Emak. Radit justru jadi alasan kenapa Emak bisa hidup sampe sekarang. Kalo ndak ada Radit, Emak bakalan kesepian ndak punya siapa-siapa. Radit itu anak kebanggaan Emak. Emak sayang sama Radit" ucap Rukmini yang mengeratkan pelukannya pada anaknya dan menangis terisak tak mampu menahan kesedihan yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Setelah Radit mulai tenang, Rukmini mulai berani bertanya kepada anaknya
"Nak, kalo Emak boleh tau kamu abis dari mana? Terus siapa yang mukulin kamu sampe lebam-lebam kayak gini?" tanya Rukmini dengan pelan dan lembut
"Ra-radit dipukulin sama preman Mak, gara-gara mereka malak Radit ndak kasih duit" Jelas Radit
"Ya Allah ya Rabbi, siapa preman nya Dit? Tunjukin sama Emak, biar Emak yang hajar mereka" Murka Rukmini yang tak terima anaknya di pala dan dipukuli
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓COMPLETE] Tersingkir (Sebuah Penggalan Kisah Hidup)
Ficción GeneralWARNING!!! (BAGI YANG MAU BACA LIAT TAG DARI CERITA INI) Ketika takdir tak berpihak dan kenyataan seolah mengiris hati dari waktu ke waktu, maka hidup pun akan tergadai dan tak berharga dalam semua pandangan. (Sad story) LANGSUNG BACA KE CHAPTER PE...