Pagi hari ini Radit tersenyum bahagia, ia sangat berseangat pergi ke sekolah. Ya, ia bisa tersenyum kembali karena ini merupakan hari pertamanya masuk ke SMA, ia beruntung bisa keluar dari jeratan Riyadi dan kawan-kawannya. Untungnya mereka tidak se SMA dengan Radit sehingga Radit bisa bernafas dengan lega. Radit sangat beruntung ia masih bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah Kota Bandung, ia mendapatkan beasiswa untuk siswa kurang mampu. Jika ia tidak mendapatkan beasiswa itu mungkin sekarang ia tak dapat melanjutkan sekolah. Radit ingin memiliki sahabat di SMA ini, karena yang kalian tahu, Radit sama sekali tidak memiliki sahabat baik di SD apalagi di SMP kemarin. Di lingkungan rumah pun ia tak memiliki sahabat karena ia selalu sibuk mulung rongsokan. Bagi Radit satu-satunya sahabatnya saat ini ialah emak dan Tuhannya.Radit tersenyum bahagia sepanjang perjalanan kaki dari gubuknya ke SMA. Untungnya Radit berangkat pagi-pagi sehingga ia tidak telat
di hari pertamanya. Jarak dari gubuk ke SMA apabila ditempuh dengan berjalan kaki membutuhkan waktu 30 sampai 40 menit. Radit tidak mau memakai angkot karena uangnya nanti habis untuk bayar ongkos. Ia ingin pakai sepeda tapi sayangnya sepedanya sudah rusak dan tak bisa dipakai. Ia berjanji akan menabung sebagian uangnya untuk membeli sepeda supaya ia tidak kelelahan karena berjalan kaki. Radit selalu membawa karung didalam tasnya. Karena selepas sekolah ia akan mulung botol-botol bekas di lingkungan sekolah, selain itu sambil ia berjalan kaki pulang ia juga mencari rongsokan Lumayan jadi sambil jalan pulang sambil mulung."Hai" Tiba-tiba seorang di sampig Radit menyapanya
"Hai juga" balas Radit ramah
"nama kamu siapa?" tanya orang itu
"Radit. Kalau kamu?"
"Cindy" jawab siswi perempuan itu
Merekapun akrab dan ternyata kelas mereka bersebelahan. Radit senang bisa berteman dengan Cindy, ia orangnya ramah dan baik.
Tadi mereka juga foto-foto bareng, bahkan Cindy mentraktir Radit makan di kantin. Radit berusaha menolak tapi Cindy terus memaksa,
akhirnya Radit menurut juga. Makanan di kantin ini enak-enak. Andai saja emak bisa merasakan makanan ini. Tiba-tiba setetes air mata jatuh dari pelupuk Radit.
"Dit, kamu kenapa nangis dit?" tanya Cindy khawatir
"a-ah, gapapa Cin, aku Cuma inget emak aja" jawab Radit
"emang emak kamu kenapa dit?" tanya Cindy menelisik
"gapapa Cin, emak aku lagi sakit jadi agak khawatir aja, dia udah makan atau belum" jawab Radit
"Yaudah kamu jangan nangis, ntar sepulang sekolah kita beli makanan buat emak kamu"
Radit menjawabnya hanya dengan anggukan sajaBel pulang pun berbunyi, semua siswa di SMA pun berhamburan keluar kelas dengan penuh sukacita, mereka pulang ke rumah masing-
masing. Kebanyakan siswa di SMA ini membawa kendaraan baik motor ataupun mobil, bahkan tak sedikit dari mereka yang diantar jemput oleh supir. Ya, sekolah ini memang sekolah favorit dan cukup bergengsi di Kota Bandung. Beruntungnya Radit bisa bersekolah di SMA ini."Dit, ayo pulang. Kamu bawa kendaraan ga? Kalo ga bawa kendaraan bareng aja yuk sama aku. Aku dijemput pak supir." Ajak Cindy
"e-eh, gausah Cin makasih, aku pulang sendiri aja, lagian aku harus kerja dulu" Tolak Radit halus
"ooh, yaudah deh. Emang kamu kerja apa dit?" tanya Cindy penasaran
"A-aku mulung rongsokan Cin. Maaf ya kalau kerjaan aku bikin kamu jijik" jawab Radit menunduk malu dan takut kalau Cindy jijik
"Dit, aku ga jijik sama kerjaan kamu, malah aku salut banget sama kamu, kamu bisa sekolah sambil kerja, kamu hebat, bahkan aku aja mungkin gabisa seperti kamu. Kamu jangan rendah diri ya Dit. Kalau ada apa-apa atau kamu butuh sesuatu bilang aja ke aku" Ucap Cindy menenangkan Radit dan memberikan semangat kepadanya
"Makasih ya Cin"
"ah, iya, Dit, ini aku beliin kamu nasi ayam goreng buat kamu sama emak kamu. Diterima ya dit" ucap Cindy sambil memberikan kresek berisi nasi ayam goreng.
"eh Cin gausah, aku gamau ngerepotin kamu"
"terima dong Dit, ga baik loh nolak rejeki. Kalau kamu ga nerima aku bakalan sedih" bujuk Cindi
"iya Cin, aku terima. Makasih banyak ya Cin" ucap Radit sambil menerima pemberian dari Cindy
"Iya Dit. Yaudah aku pulang duluan ya Dit."
"Iya Cin, hati-hati"
"Daahh"
"Dadah"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓COMPLETE] Tersingkir (Sebuah Penggalan Kisah Hidup)
Fiksi UmumWARNING!!! (BAGI YANG MAU BACA LIAT TAG DARI CERITA INI) Ketika takdir tak berpihak dan kenyataan seolah mengiris hati dari waktu ke waktu, maka hidup pun akan tergadai dan tak berharga dalam semua pandangan. (Sad story) LANGSUNG BACA KE CHAPTER PE...