Bab 4 :Terombang ambing

846 54 0
                                    


Happy reading :)

    Varisha duduk sendirian di bangku pojok kantin. Aku duduk di hadapannya. Di tengah ramainya kantin, Varisha tampak selalu tenang dan tak terlalu mementingkan sekitarnya. Aku melihat, Varisha yang memakan nasi gorengnya dengan lahap dan nikmat.

Tetapi, seketika Varisha berhenti menyuapkan nasi gorengnya itu ke dalam mulutnya setelah ia melihat seorang anak laki laki yang tengah berdiri di hadapannya.

"Semua bangku sudah penuh, jika kau tak keberatan, aku akan duduk di sini,"ujarnya.

"Jika aku keberatan,"ucap Varisha.

"Kau keberatan?Ya sudah aku pergi,"ucapnya lagi.

"Kau bisa duduk di sini!"kata Varisha.

Dan, setelah Varisha mempersilakannya, anak itu duduk di depan Varisha. Atau lebih tepatnya, dia duduk di sebelahku. Varisha kembali melanjutkan makannya. Ia seperti tak menganggap anak yang bernama Jojo itu duduk di hadapannya.

Jojo memandang Varisha sekilas kemudian ia memakan makanannya dengan perlahan lahan.

"Hey!"seru Jojo.

"Hmmm...,"jawab Varisha yang hanya dengan deheman singkat. Dan, ia masih saja melahap nasi gorengnya.

"Setiap anak di sini, makan bersama temannya,"

"Jadi, kau!Kau tidak punya teman, ya?

"Dan, satu lagi, kau duduk di bangku pojok. Bukankah sudah jelas, kau ini sepertinya anak yang ditindas. Dan, mereka tampaknya menjauhimu,"ujar Jojo.

"Jadi?"ujar Varisha singkat.

"Atau, jangan jangan kau punya penyakit menular,"

"Jika iya, aku akan bersiap siap bila berada di dekatmu,"jelas Jojo lagi.

"TBC!"seru Varisha.

"TBC?"ujar Jojo dengan nada yang agak tinggi. Tampaknya ia sangat kaget dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Varisha.

"Kau mengidap TBC!"

"Tuberkulosis?"ujar Jojo dengan nada yang tidak yakin. Varisha terkekeh pelan setelah melihat reaksi Jojo.

"TBC yang kumaksud bukan itu,"ujar Varisha.

"Teman Berlarian karena Cowok!"jelas Varisha.

"Maksudnya?"tanya Jojo.

"Dulunya, aku punya teman. Dan setelah SMA. Kau tahu masa pubertas. Yah,  setelah mereka pacaran, hubungan kami merenggang. Dan, oleh karena itu, jarak kami semakin jauh. Dan, akhirnya seperti ini,"jelas Varisha.

"Dan, aku juga bukan tipe orang yang pandai berteman,"

"Bisa dibilang, aku ini kurang bergaul. Seperti itu."ujar Varisha lagi.

"Jadi, bagaimana denganku?"tanya Jojo lagi.

"Yups, kita bisa berteman mulai sekarang!"ujar Varisha.

"Hmm, tentu saja!"seru Jojo.

Dan, sementara aku. Aku hanya menjadi pendengar budiman antara percakapan dua orang itu. Dan, mereka berbicara tentang banyak hal. Sungguh, aku belum pernah lihat Varisha bisa terbuka seperti itu terhadap orang lain. Varisha adalah gadis yang cukup penutup. Aku tahu betul bagaimana sifat Varisha. Entahlah. Tapi, jika itu suatu kenyamanan bagi Varisha. Aku tak bisa menolaknya, kan.

-oooo000oooo-

Varisha sudah berubah 180 derajat dalam waktu dua minggu ini. Lelaki yang beranama Jojo itu telah mengubah hidup Varisha. Sulit dipercaya. Mereka selalu berbicara berdua. Mengerjakan tugas bersama, makan di kantin bersama, menunggu di halte bersama. Mereka selalu melakukan apapun besama sama.

Entah mengapa, ini membuatku gelisah. Perasaan ini sungguh aneh. Seharusnya, aku merasa senang bisa melihat orang yang kucinta mendapatkan teman baru, sehingga dia tidak sendirian lagi. Maksudku, tidak ada orang di dunia ini yang senang sendirian, bukan. Jadi, jika Varisha, gadis yang kucinta merasa senang, maka aku juga pasti akan merasa senang. Tetapi, aku malah merasa kesal.

-oooo000oooo-

Aku mengambil sebuah buku dan kemudian membacanya. Aku mencoba menjernihkan pikiranku dan menghilangkan kekesalanku. Tapi, setelah aku membalik halaman pertama. Wajah Jojo kembali muncul di bayanganku. Aku membalik lagi halaman berikutnya. Dan wajah Jojo lagi lagi muncul. Aku meletakkan kedua tanganku di kepalaku. Aku menggaruk garuk kepalaku dengan kasar. Dan, wajah Jojo kembali muncul.

Aku kesal. Aku geram. Ini semua menjengkelkan. Aku tidak bisa mengerti bagaimana perasaanku saat ini. Bahkan, buku yang berada di hadapanku saat ini membuatku ingin muntah melihatnya. Aku mengambil buku itu dengan kasar lalu membuangkannya ke lantai. Sehingga buku itu terhempas dengan sangat keras.

Rachel yang berdiri di dekatku sambil meminum sebotol soda terbingung bingun melihat sikapku yang berubah drastis.

"Kamu kenapa?"tanyanya sambil berjalan mendekat ke arahku.

"Berisik!"ketusku.

"Kau pasti punya masalah. Ceritakan saja padaku,"ujarnya lagi.

"Aku sedang tak ingin bicara,"ucapku pelan.

Rachel terdiam sejenak. Dia menumpahkan minuman sodanya ke tubuhku. Aku melihat soda itu berceceran di atas lantai.

"Kau lupa, aku hantu. Sodanya bahkan tidak menyentuh secuil rambutku,"ujarku pada Rachel.

"Sorry, aku memang lupa,"katanya sambil terkekeh kecil.

Aku membaringkan kepalaku di atas meja. Dan, perlahan aku mulai memejamkan kedua kelopak mataku.

"Kau lagi punya masalah?"tanya Rachel.

"Bukan masalah yang penting,"ujarku.

"Aku jadi penasaran,"

"Sebenarnya masalahnya apa sih?"

"Atau jangan jangan, masalah tentang cewek?Hehe..."ujar Rachel beruntun sambil terkekeh pelan.

Aku mengangkat kepalaku. Namun, wajahku ku palingkan dari wajah Rachel.

"B...Bukan masalah itu,"ujarku.

"Trus, masalahnya apa?"tanyanya lagi.

Aku terdiam tidak menjawab pertanyaan Rachel.

"Atau, memang benar, ya, ini masalah tentang cewek,"ucapnya.

"Kubilang, bukan masalah itu..."ujarku.

"Kau berbohong,"

"Lihat mataku saat berbicara!"kata Rachel.

Aku benar benar merasa seperti kepergok. Sepertinya, aku benar benar harus mengatakan yang sejujurnya pada gadis ini.

"Aku cewek. Mungkin saja aku mengerti dengan masalahmu ini,"

-oooo000oooo-

Thanks for reading my story....

P.S Sweet drugs :)

Anak Laki Laki Hitam Putih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang