Bab 29: Sebuah Sukacita

463 34 3
                                    


Happy Reading :)

Aku duduk bersantai di atas sofa sambil mengelus elus bulu lembut Tommy, kucingku. Entah sudah berapa lama kami tidak bersama karena dia tak kunjung mendatangiku. Dan, aku juga tak bisa mendatanginya ke rumah. Ada sesuatu yang tak ingin kulihat di rumah itu.

Pintu kayu rumah pohon terbuka dengan lebar. Seorang gadis masuk ke dalamnya sambil menutup kembali pintu itu. Aku melihat wajahnya sangat berseri seri. Kurasa gadis itu tengah bahagia.

"Hey, kau terlihat bahagia sekali!"seruku padanya.

Gadis itu langsung meloncat duduk di sebelahku.

"Aku dan Dery sudah resmi pacaran!"seru gadis itu dengan semangat padaku.

"Wah, jadi karena sebab itu kau bahagia,"kataku.

"Oke. Semoga langgeng!"ucapku lagi.

"Apa?Cuma itu saja yang kau ucapkan!"seru Rachel.

"Jadi, aku mau bilang apa lagi, kau mau aku bilang 'Oke, semoga hubungan kalian tidak lancar dan setelah itu putus' begitu."ujarku.

Rachel cemberut seketika.

"Aku salah ngomong, kah?"ucapku.

"Terserahlah,"

"Aku ingin memberi sebuah nasihat khas seorang ibu,"

"Ingatlah, minggu depan kau sudah masuk sekolah. Jangan terlalu sibuk pacaran sampai lupa sekolah,"jelasku.

"Aku tidak ingin mendengar nasihatmu!"seru Rachel dengan ketus lalu segera beranjak pergi meninggalkanku.

"Aku selalu salah,"

-oooo000oooo-

Saat ini, aku dan Rachel tengah berada di depan sebuah gedung kubus berwarna putih. Aku menemani Rachel menjemput Dery dari rumah sakit karena hari ini Dery sudah bisa pulang.

Kami segera memasuki rumah sakit itu dan mendatangi kamar Dery. Mungkin saja, dia sudah berberes saat ini.

Begitu kami masuk ke kamar Dery. Rachel langsung memeluk Dery. Entah apa mula Rachel ingin memeluk pria itu. Aku tak ingin tahu. Dan, aku tak ingin mengganggu kemesraan sepasang kekasih muda itu. Aku keluar dari kamar Dery.

Aku memutuskan untuk berkeliling rumah sakit. Aku melihat berbagai macam pasien di rumah sakit ini. Aku bahkan mengintip dari balik kamar mereka. Ada yang patah kaki, patah tangan, atau penyakit parah lainnya yang tak kuketahui nama penyakitnya. Dan, aku bahkan tertawa saat melihat seorang pasien yang berlari lari menghindari perawat yang ingin menyuntiknya. Aku merasa kasihan dengan perawat itu. Dia cukup kewalahan menghadapi pasien itu.

Hingga aku tiba di depan sebuah kamar. Di dalamnya terdapat seorang paruh baya yang berbaring dengan mata terpejam dan dengan alat bantu pernapasan.

Dia adalah ayah Varisha yang koma akibat sebuah kecelakaan. Aku bisa mengenali wajah ayahnya dari beberapa foto yang terpajang di rumah Varisha.

Aku ingin menyentuh tangan ayah Varisha. Tapi aku tak bisa. Setiap kali aku menyentuhnya pasti tanganku menembus tangan ayahnya.

Aku hanya menghela nafas panjang. Kemudian, bergumam.

"Cepatlah sadar, Pak!Dan berkumpul lagi bersama Varisha!"

"Nak!"

Aku mendengar sebuah suara lirih yang agak berat. Aku menoleh ke belakang mencari tahu sumber suara tersebut.

"Loh, Pak!"seruku.

Saat ini di hadapanku terdapat seorang pria paruh baya. Arwahnya ayah Varisha.

"Kamu..."

-oooo000oooo-


P.S When two people meet in the same situation :)

Anak Laki Laki Hitam Putih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang