Bab 36: Gift

203 21 0
                                    


Happy Reading :)

Aku melayang ke atas langsung menuju kamar Varisha. Aku menembus jendela kamarnya dan memasuki kamarnya.

Tentu saja, tujuan utamaku datang ke sini adalah untuk memberikan uang itu pada Varisha.

Tidak ada siapapun saat ini di kamar Varisha. Seketika pandanganku berpindah pada meja belajar Varisha. Seperti biasa, meja belajarnya selalu penuh dengan setumpuk buku.

Aku melayang menuju meja belajarnya.

Aku mengambil salah satu buku dari tumpukan buku itu. Lalu, aku merogoh sakuku dan mengambil semua uang di sana dan menyelipkannya ke buku tersebut.

Ceklek!

Suara pintu kamar terbuka. Aku pun langsung meletakkan buku tersebut ke atas meja belajar. Aku melayang menjauh dari tempat tersebut.

Kulihat wajah Varisha yang cantik itu dari kejauhan. Aku jadi semakin terpikat dengan kecantikannya. Tapi, tentu saja aku menyukainya bukan hanya dari kecantikannya saja. Entah mengapa dia begitu terasa....SPESIAL.

Dia tengah melangkah menuju meja belajarnya. Mengambil beberapa buku di atas meja belajar itu dan kemudian memasukkannya ke dalam tasnya. Dia meraih buku yang kuselipkan uang tadi.

Dia membuka buku itu dan membalik lembaran lembarannya. Dan, seketika kedua matanya terbelalak saat melihat sesuatu. (Kurasa dia sudah menemukan uang itu). Varisha mengambil uang itu kemudian berlari keluar dari kamarnya.

"Kakak!Kakak!"serunya memanggil kakaknya.

"Ini uang kakak?"tanyanya setengah berteriak. Aku dapat mendengar suara teriakannya dari dalam kamarnya.

"Kamu dapat uang itu dari mana?"tanya kakaknya.

"Terselip di buku!"jawab Varisha.

"Kakak gak pernah nyelipin uang di buku kamu, atau itu memang uang kamu,"kata kakaknya.

"Aku mana pernah punya uang sebanyak ini!"jawab Varisha.

Aku tak mau lagi mendengar percakapan kakak adik itu. Aku hanya berharap semoga saja mereka memanfaatkan uang itu dengan baik. Aku melompat turun dari jendela kamar Varisha. Dan segera menghilang dari tempat itu.

-oooo000oooo-

Beberapa hari kemudian. Di akhir pekan. Dery berkunjung ke rumah pohon kami. Yah, katanya sih ingin menghabiskan waktu akhir pekannya bersama Rachel.

Saat ini mereka tengah duduk berdua di atas sofa dengan pose Dery yang merangkul pundak Rachel dari belakang sambil ngobrol dan sesekali bersenda gurau tertawa(Dan benar saja, mereka bermesraan berdua dan menganggap dunia milik mereka berdua) (Dan sementara aku hanya duduk meringkuk sendirian di pojokan).

Tok!Tok!Tok!

Seketika terdengar suara ketukan pintu yang nyaring itu.

"Sebentar, aku buka pintunya dulu!"ujar Rachel pada pacarnya, Dery.

Lihatlah, anak itu bahkan sudah melupakanku.

Rachel bangkit dari duduknya dan segera berjalan menuju pintu rumah. Dan di membuka pintu. Terlihatlah seorang anak laki laki seusiaku dengan rambut hitam potongan pendek. Dia menggunakan celana jeans longgar dan kemeja berwarna biru gelap dengan motif polkadot berwarna putih pucat.

Yap, siapalagai anak itu kalau bukan Irza.

Sepertinya dia sudah pulang dari luar negri. Entah ada angin apa, anak itu hari ini agak sedikit berbeda. Tidak biasanya dia berpakaian seperti itu. Aku tahu, dia biasanya hanya memakai baju kaos kalau tidak lengan pendek ya lengan panjang. Tidak biasanya dia mau memakai kemeja. Ada apa gerangan.

"Hai Rachel!"katanya.

"Hai!"Balas Rachel.

"Adrian ada?"tanyanya.

"Umm...,ya!"

Dan barulah gadis itu mengingatku.

"Ini ada bingkisan untukmu dan untuknya,"ujar Irza sambil menyerahkan dua paper bag yang tak kuketahui entah apa isinya.

Rachel pun segera mengambilnya dari tangan Irza seraya berkata,"Terimakasih!"

"Hey, singgahlah sebentar!"ujar Rachel ramah pada pria itu.

"Hey, sudah bertemu dengan temanmu!"

Tiba tiba seorang wanita berambut pirang muncul dan menyambar lengan kiri Irza dan menggenggamnya.

Siapa lagi lah wanita ini?

-oooo000oooo

P.S We Always Look Her Special But Is She Really Special? :)

Anak Laki Laki Hitam Putih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang