Bab 48: Hubungan

106 10 0
                                    


Happy Reading :)

   Di akhir pekan ini, kami memutuskan untuk makan malam bersama karena sudah lama kami tidak melakukannya. Dan juga, karena kakak kakakku juga sibuk dengan urusan mereka, kami jadi tidak sempat makan malam bersama di hari biasa.

Aku menyendokkan nasi yang bercampur lauk ikan gurami bakar buatan ibu dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutku. Nikmat sekali. Sudah sekian lama aku belum makan makanan buatan ibu. Sebenarnya aku pun masih hampir belum percaya, aku masih bisa menikmati masakan buatan ibu lagi.

"Oh, ya, ngomong ngomong,"tukas kak Tita memulai topik pembicaraan.

"Ya, ada apa Tita?"ujar ayah.

"Bagaimana dengan sekolah Adrian?Dia tidak menyambung sekolah lagi?"ujar kak Tita.

"Oh iya, ayah hampir lupa!"seru ayah.

"Kami sebenarnya sudah membicarakannya dengan ibumu."

"Kami sepakat ingin mengirimkannya ke luar negeri untuk melanjutkan studinya."jelas ayah.

"Hah?"Aku menganga kaget setelah mendengar apa yang dikatakan ayah tadi. Aku akan dikirimkan ke luar negeri. Bagaimana hubunganku dengan Varisha nanti.

"Kamu tidak keberatan kan Adrian?"tanya ayah.

"Ya, kalau ayah yang minta tidak apa apa."kataku agak pasrah. Aku tahu ini adalah keinginan orangtuaku bukan keinginanku. Tapi, aku tak bisa menolak keinginan mereka. Selama ini aku merasa sudah merepotkan mereka. Dan aku tak ingin merepotkan mereka lagi dengan menolak keinginan mereka.

"Yah, padahal baru saja ketemu Adrian , sekarang udah mau pisah."keluh kak Riko.

"Kan, nanti Adrian pulang setahun sekali."ujar kak Tita.


-oooo000oooo-

Selama hampir sebulan lebih aku sibuk mepersiapkan sekolahku ke luar negri, mulai dari menyiapkan paspor, mengurus ini mengurus itu. Aku tidak sempat lagi berpacaran dengan Varisha. Waktu untuk Varisha seolah olah melenyap seketika. Aku bahkan terkadang lupa dengan Varisha karena sibuk dengan urusanku yang satu ini. Aku bahkan tak sempat lagi memperhatikan Varisha. Jangankan memperhatikan, memikirkannya saja pun tidak. Aku merasakan sebuah firasat bahwasanya hubunganku dengan Varisha tidak bertahan. Aku bahkan tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Tapi, satu hal yang pasti. Sepertinya aku bosan dengannya. Astaga, apa yang kupikirkan.

-oooo000oooo-

Di suatu hari, saat aku sudah mulai punya sedikit waktu kosong. Aku memutuskan untuk menemui Varisha.

Aku menghentikan sepeda motorku di depan gerbang sekolah Varisha. Kudapati dia tengah ngobrol berduaan dengan Jojo. Entah mengapa sekarang aku tak terlalu cemburu melihatnya bersama Jojo. Apakah perasaanku padanya ini benar benar sudah hilang.

"Varisha!"seruku saat aku sudah berada di belakangnya.

"Adrian!Urusan kamu sudah selesai?"ujarnya.

"Iya."jawabku.

"Adrian!Kenalin nih temanku, Jojo!"tukasnya.

"Dan Jojo!Ini pacarku, Adrian!"tukasnya lagi.

"Adrian!"kataku sambil tersenyum tipis.

"Jojo!"balasnya agak gugup.

"Oke Jojo, kita duluan ya!"ujar Varisha sambil menggandeng tanganku menjauh dari tempat itu.

Setelah kami sampai di motorku. Aku memakaikannya helm seperti yang biasa dilakukan seorang cowok kepada ceweknya.

"Oh ya Varisha, ada yang mau aku bicarakan sama kamu."ucapku.

"Ya, katakan saja!"tukasnya.

"Sekalian aku traktir minum aja ya!"ucapku.

"Baiklah!"

Baiklah, aku sudah memutuskannya.

-oooo000oooo-

Anak Laki Laki Hitam Putih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang