Bab 39: Rocky

154 24 2
                                    


Happy Reading :)

Aku hanya memperhatikan Varisha dari kejauhan. Gadis itu masih memakai seragam sekolahnya. Kulihat dia sedang membuka resleting tasnya mengambil sebuah buku tulis dan pulpen. Kemudian, dia merobek selembar kertas dari buku tersebut kemudian menuliskan sesuatu pada kertas tersebut. Dan setelah itu dia meremuk kertas itu dan melemparkannya sembarang arah.

Entah ada keyakinan apa, aku sangat yakin kalau remukan kertas itu untukku. Aku pun langsung memungut kertas itu kemudian membuka remukan kertas tersebut dan segera membaca kalimat yang dituliskan pada kertas itu.

Setidaknya, bisakah kau menunjukkan siapa dirimu?

Yup, kalimat ini memang ditujukan untukku. Seketika hatiku terasa berbunga bunga. Aku senang sekali Varisha membalas kalimat konyolku dan tidak mengabaikannya.

Tak lama kemudian, dia kembali melempar remukan kertas ke sembarang arah dan kembali aku memungutnya.

Karena kamu berbicara padaku dengan tulisan seperti ini. Aku juga balas pakai cara ini.

Seketika senyumku mengembang. Aku tak dapat lagi menahan senyum bahagiaku. Aku sangat sangat senang dia tidak mengabaikanku.

Aku pun segera menulis balasan untuk Varisha.

Aku tidak tentu harus ada di sampingmu. Cukup rasakan saja diriku ada di dalam hatimu.

Dia kembali menulis balasan untukku.

Aku serius. Jangan malu malu, tunjukkan saja siapa dirimu sebenarnya.

Atau jangan jangan kamu hantu.

Eh, kenapa dia bisa berpikiran seperti itu. Kembali kutuliskan lagi balasan untuknya.

Maafkan aku. Aku hanya tak bisa saja menunjukkan diriku.

Mari kita bahas yang lain. Aku lihat tadi kamu nangis. Kamu lagi sedih?Cerita, dong!

Kamu juga kayaknya bolos sekolah, ya!

Dia kembali menulis balasan untukku.

Baiklah kalau kamu tidak mau membahasnya. Sebenarnya, aku penasaran kamu siapa. Tapi, yasudah deh.

Iya nih aku lagi sedih. Hibur aku, dong!

Iya, aku juga bolos sekolah. Lagi gak mood sekolah.

Aku bertambah senang Varisha ternyata penasaran dengan sosokku. Tapi apalah dayaku yang tak bisa menampakkan diriku di hadapannya. Sesekali aku mencuri pandang memandang wajah cantinya. Dia sudah tak terlihat sedih lagi. Aku pun bisa melihat senyum tipisnya yang menghias wajah cantiknya. Kembali kutulis balasan untuknya.

Kalau begitu, kamu sedih kenapa?

Dia membalasku.

Aku sedih. Ayahku meninggal beberapa hari yang lalu.

Dan kamu tahu, ini adalah tempat terakhir aku bersama ayah.

Kulihat air matanya kembali menetes. Ingin sekali aku menghapus air mata itu. Apalah dayaku yang tak bisa berbuat apa apa ini. Melihatnya bersedih pun turut membuat hatiku bersedih. Aku ingin sekali menghiburnya.

Aha!Aku punya ide.

Kutulis dahulu balasanku untuk Varisha.

Tunggu sebentar, ya!

Aku melihat batu batu yang berserakan di atas tanah. Ku ambil satu batu yang berukuran sedang. Lalu kulihat beberapa utas tali plastik berwarna hitam, dan segera kuambil tali plastik tersebut.

Kuikatkan beberapa utas tali tersebut di atas puncak kepala batu itu. Kemudian kuambil selembar sticky notesku, lalu kugambar dua buah mata dan sebuah garis lengkung di bawahnya. Dan akhirnya terbentuklah wajah tersenyum di sticky notes tersebut. Walaupun tak terlalu indah, kuharap Varisha bisa terhibur dengan ini.

Setelah itu kuambil selembar lagi sticky notes tersebut. Kutuliskan beberapa butir kata. Dan kemudian kuseret dengan tanganku batu tersebut menuju ke sebelah tempat duduk Varisha. Dan kemudian kembali lagi aku bersembunyi di balik pohon yang tak jauh dari anak sungai (Aku tahu aku tak dapat dilihat oleh Varisha, tapi entah mengapa aku tetap ingin bersembunyi darinya).

Dan tak lama kemudian dia menyadari batu tersebut tergeletak di sebelahnya. Dipungutnya batu tersebut dan didapatinya sticky notes yang kutuliskan dengan beberapa butir kata.

Kalau kamu sedih lagi. Teman kecilku, Rocky akan menghiburmu.

Dia kembali membalasku.

Terimakasih :)

-oooo000oooo-


P.S Share Your Problem :)

Anak Laki Laki Hitam Putih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang