Bab 28: Kekerasan Dibalas Kekerasan

401 27 0
                                    


Happy Reading :)

Aku segera menelpon Irza dengan menggunakan ponsel Danu. Selang beberapa detik kemudian, Irza mengangkat teleponnya.

"Halo!"katanya di seberang sana.

"Irza!"seruku.

"Aku menemukan pelakunya. Bahwa pelakunya selama ini adalah Danu!"seruku lagi pada Irza.

"Astaga, sudah kuduga!"sahut Irza.

"Yasudah, lekas ke sekolah! Temui aku di depan gerbang!"ucap Irza.

"Baiklah!"jawabku kemudian memutus teleponnya.

Aku tidak salah dengar tadi. Irza berkata, 'Sudah kuduga'. Itu artinya dia sudah lama mencurigai Danu. Aku merasa seperti ada yang tidak beres.

-oooo000oooo-

Aku melihat Irza yang sudah berdiri tegak di depan gerbang sekolah. Aku segera berlari kecil menghampirinya.

"Irza!"seruku.

"Ini aku!"kataku.

Aku mengatakannya untuk berjaga jaga apakah Irza lupa bahwa aku sedang berada di dalam tubuh Danu. Dan mungkin saja, secara tak sengaja dia memukulku, dan aku yang merasakan rasa sakitnya walau aku rindu dengan rasa sakit. Saat ini, aku tak ingin tersakiti.

"Aku tahu, Adrian!"tukas Irza.

"Oke!"sahutku.

"Apa rencanamu?"tanyaku.

"Ayo pergi ke gudang belakang sekolah,"jawabnya.

"Apa yang akan kau lakukan?"tanyaku lagi.

"Irza, aku tidak suka kekerasan,"kataku.

"Tenang saja, kita tidak akan berkelahi,"ucap Irza.

Kami berdua pun berjalan menuju gudang belakang sekolah.

Dan sesampainya di sana, Irza segera menyeret sebuah kursi kayu ke tengah ruangan. Suara deritan kursi itu cukup membuat telingamu sakit mendengarnya.

"Duduk di kursi itu!"perintah Irza.

"Aku?"tanyaku pelan.

"Maksudku tubuh Danu,"kata Irza.

"Oke."kataku.

Aku pun langsung mendudukkan tubuh Danu di atas kursi kayu itu sesuai dengan perintah Irza. Dan setelah itu, Irza mengambil tali yang panjang dan kemudian melingkarkan tali itu di tubuh Danu dan mengikatnya.

"Adrian!"seru Irza.

"Keluarlah dari tubuh Danu sekarang!"perintah Irza lagi.

Aku pun segera mengeluarkan ruhku dari dalam raga Danu. Dan, setelah itu aku melayang menuju ke sebelah Irza.

Dan tak lama kemudian, Danu terbangun.

Danu memandang ke sekelilingnya dan menyadari bahwa dirinya sedang berada di dalam sebuah gudang. Dan dia menghadapkan kepalanya ke depan dan mendapati Irza berdiri di depannya.

Danu menyeringai lebar.

"Akhirnya, aku ketahuan juga ya!"katanya sambil tersenyum sinis kepada Irza.

"Tidak ada rahasia yang abadi di dunia ini, kawan!"jawab Irza.

"Kau meminta tolong dengan teman teman hantumu, ya!"ujar Danu.

"Kalau iya, memang kenapa?"jawab Irza.

"Kau memanfaatkan kemampuanmu dengan sangat baik."

"Kau cukup beruntung memiliki kemampuan seperti itu, Irza. Dan, aku tak seberuntung dirimu, kawan!"kata Danu lagi.

"Lalu, untuk apa kau melakukan itu pada Dery?"tanya Irza.

Aku hanya menyaksikan perdebatan itu. Percuma, aku ikut berdebat toh Danu tak akan mendengarku. Lebih baik aku menjadi pendengar budiman. Aku melayang menuju meja yang terletak di pojok gudang dan duduk di atasnya.

"Kekerasan dibalas kekerasan, Irza!"sahut Danu.

"Kau pasti mengerti, kan, kita memiliki nasib yang sama. Kita kaum lemah yang tertindas. Aku tidak tahan untuk diam terus,"kata Danu lagi.

"Aku mengerti Danu,"jawab Irza.

"Tapi kau tidak bisa melakukan itu juga,"kata Irza lagi.

"Aku manusia, Irza!"tukas Danu.

"Aku tidak bisa menahan emosi, kesabaran, dan amarahku lagi,"

"Tapi, yah, memang dari awal, aku mau membunuhnya sih. Tapi aku tidak bisa membuatnya mati. Jadi, aku cukup melukainya saja, dan setelah ini, aku tidak akan melakukan apa apa lagi padanya,"jawab Danu.

"Tapi, sejujurnya membalaskan dendam itu cukup enak juga, ya. Aku merasa semua kemarahanku terlepas begitu saja. Tapi, tentu saja itu perbuatan yang tidak baik, kau tidak perlu menirunya,"jelas Danu lagi.

"Ngomong ngomong, kenapa kau mau peduli menangkapku?"tanya Danu lagi.

"Hanya ingin menebus kesalahan saja!"jawab Irza.

"Apa?Kesalahan apa yang sudah kau buat padanya?"tanya Danu lagi.

"Aku malas menjawabnya,"jawab Irza.

Kemudian Irza melemparkan gunting ke hadapan Danu.

"Gunting aja sendiri!"

"Aku mau ke kelas. Aku sudah terlambat,"ujar Irza yang kemudian berjalan pelan menjauh dari Danu.

"Ah, dasar Irza!Mana bisa aku menggunting dengan tubuh terikat seperti ini!"keluh Danu.

Irza mencoba mendengus. Kurasa dia mencoba memastikan bahwa aku masih di sini.

"Adrian!"serunya.

"Kau masih di sini, kan!Kau saja yang mengguntingkannya!"seru Irza lagi.

"Oke."sahutku.

Dan kemudian Irza segera pergi dengan langkah tegap meninggalkan Danu.

"Hey, Irza!Jangan tinggalkan aku sendiri di sini, dong!"teriak Danu.

Aku melayang mengambilkan gunting yang ada di hadapan Danu.

Dari sudut pandang Danu, dia pasti melihat bagaimana gunting itu melayang dengan sendirinya. Memang agak seram juga sih melihatnya apalagi sedang sendiri.

Aku mengguntingkan tali yang melilit tubuh Danu. Danu menelan ludah mendapati talinya sudah terlepas dengan sendirinya.

"Siapapun kau, terimakasih!"katanya dengan gemetar.

Aku tertawa kecil melihatnya gemetar. Kemudian dia berlari dengan kencang meninggalkan gudang.

-oooo000oooo-


P.S The Case Is Solved  :)

Anak Laki Laki Hitam Putih (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang