3. Pembeda Pembela dan Pencela

1.6K 139 9
                                    

Serial QUEENNORA - 3. Pembeda Pembela dan Pencela

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 8 November

-::-

"Tapi bahaya, Nora! Bagaimana jika terjadi huru hara? Tidak ada yang bisa menjamin bahwa demo ini akan damai seperti yang diberitakan!" tukasku karena Nora ngotot sekali ingin hadir Jumat besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi bahaya, Nora! Bagaimana jika terjadi huru hara? Tidak ada yang bisa menjamin bahwa demo ini akan damai seperti yang diberitakan!" tukasku karena Nora ngotot sekali ingin hadir Jumat besok.

"Allah yang jamin, Queen. Ini kesempatan langka," balas Nora. Aku mendumal.

"Kesempatan langka apanya sih?" gerutuku. "Setiap demo pasti akan rusuh. Pendemo itu kepalanya panas semua, Nora! Ya ampun, dan kau mengajakku berada di sana?"

"Aksi Damai, Queen. Bukan demo," katanya. "Dan aku memang mengajakmu, tapi tidak pernah sekali pun memaksamu."

Aku diam. Dari nada suaranya, Nora terdengar serius atas perkataannya barusan.

Jujur saja, aku tidak mau ikut. Takut. Pasti bentrok dengan aparat dan kami akan lari ke mana di tengah ribuan massa yang ada?

"Tapi besok kan ada kelas."

"Aku bolos."

"Tidak biasanya," kataku dalam upaya menahan keinginannya untuk tetap pergi.

"Aku bahkan rela mengulang kalau memang itu konsekuensinya," kata Nora.

Duh, kan...

"Allah memberi kita Senin hingga Sabtu untuk menuntut ilmu dunia. Dan kita menyisakan Ahad untuk mengais ilmu akhirat. Mungkin menambah waktunya di malam hari selepas kelas," jelasnya.

Aku tambah bungkam.

"Dan itu pun kita kerap malas merutinkannya," lanjutnya.

Nora menatapku yang sedang kikuk.

"Dan Allah memberi kita kesempatan untuk membelaNya. Padahal Allah tidak berkurang kemuliaannya meski seisi bumi menghinakanNya. Tapi, tidakkah kau mau berada di antara orang-orang yang ingin agar penista firman Allah diadili? Firman Allah dilecehkan dan ribuan umat membela, lalu kau memilih memantau dari televisi? Apa jawabanmu jika nanti Allah bertanya padamu; Di mana kau saat kalamKu dilecehkan?"

Rahangku terkunci.

Kalimat Nora banyak benarnya. Tapi mengorbankan diri untuk melayangkan protes pada anak buah Dajjal itu? Oh, yang benar saja.

"Bagaimana jika nanti rusuh? Lalu kau terkena lemparan sesuatu. Atau apa," aku asal bicara. Intinya, aku tidak mau dia ikut terjun ke lokasi!

"Mati saat membela agamaNya itu jauh lebih baik daripada hidup dalam zona aman," jawab Nora. "Bukankah hidup seorang mukmin sejatinya bukan di dunia?"

*****

.

.

.

[✓] Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang