26. Beda Lajur

365 67 6
                                    


Serial BEST FRIENDS – 26. Beda Lajur

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 10 Januari

-::-

Tanganku bertepuk ketika pesananku untuk makan siang kali ini sudah terhidang di hadapan. Perutku yang lapar sudah sejak tadi meminta diisi!

"Aku makan duluan ya, Nora!"

Kulihat Nora mengangguk. Pesanannya belum juga tiba. Sendok di tanganku lekas bergerak untuk menyuap mulutku. Ugh, rasanya enak sekali.

"Dia membatalkannya," kata sebuah suara.

Dengan sekali lirikan, aku bisa melihat Revina berbicara dengan temannya di kursi sebelah. Tak seberapa lama, pesanan Nora datang juga. Aku baru mau menyendok makanan lagi ketika telingaku kembali mendengar suara Revina.

"Dia bilang, Ustadz kami berbeda. Aku tahu, Vi, memang harusnya ini bisa dibicarakan. Tapi kenyataannya, tidak. Dia bersikeras bahwa aku harus mau meninggalkan majelis ilmu yang kerap aku datangi, dan beralih kepada majelis ilmu yang selalu dia datangi."

"Tapi, Rev, bukankah itu sama saja?"

Aku melirik lagi, mengenali bahwa yang satu itu namanya Devi. Wajahnya tidak terlihat, sebab dia memunggungiku.

"Entahlah, aku tidak nyaman dengan syarat yang demikian," kata suara Revina. "Dan ketika aku bersikeras dengan pendapatku, dia menghentikan segalanya. Selesai..."

Sepertinya Revina menangis, karena dari sini aku bisa melihat Devi menyabar-nyabarkannya dengan elusan di pundak.

"Bukankah kau mencintainya, Rev? Lalu kenapa?"

"Aku tidak tahu. Aku hanya merasa jika sebelum menikah saja dia sibuk dengan mencari perbedaan, bagaimana jika kami sudah menikah nanti?"

"Ini cukup rumit."

"Aku tidak tahan. Dia juga selalu sebut-sebut tentang manhaj, dia bilang manhaj kami berbeda. Aku pusing."

"Sudah, tenanglah. Bagaimana jika kita ke rumahku? Nanti mampir ke salon langgananku. Ada treatment baru dari mereka."

"Bagaimana kalau sekarang saja?"

Kulihat keduanya beranjak dari duduk mereka beberapa menit kemudian. Aku memilih untuk melanjutkan menyelesaikan makan siangku sebelum menyeruput air mineral, dan bertanya pada Nora.

"Hei, Nora," kataku lamat-lamat, "manhaj itu apa?"

Nora hanya tersenyum geli dan sukses membuatku sebal.

"Kenapa kau tertawa, huh?"

"Kau menguping ya?"

"Aku? Tidak! Mereka bicara terlalu keras bahkan orang yang di lapangan sana bisa mendengarnya!" kelitku dengan majas hiperbola. Enak saja menguping. "Kau sendiri, menguping juga kan? Buktinya kau tahu aku menguping---yeah, mendengar secara tidak sengaja lebih tepatnya."

Nora melakukan sesuatu dengan ponselnya, lalu menunjukkan layar ponselnya ke hadapanku. Ada arti MANHAJ tertera di sana.

Manhaj artinya Jalan yang Jelas dan Terang.

"Beda manhaj itu apa? Manhaj itu Jalan apa? Jadi, beda manhaj itu beda lajur? Aaarg, aku pusing!"

Aku sebal sekali setiap kali Nora menjelaskan dengan sepotong-sepotong begini. Rasanya buram!

"Di sini, kita mengenal Manhaj Salaf," kata Nora. Aku menyendok lagi, tapi juga memasang telinga baik-baik. "Salaf yang dimaksud adalah Salafush Shalih, yaitu Generasi Terbaik yang dimiliki umat Islam. Para Rasul, Para Nabi, Para Sahabat, Para Tabiin, Para Tabiin Tabiut, Para Ulama, dan Ahli Ilmu adalah Generasi Terbaik dan kita sebaiknya mencontoh mereka."

[✓] Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang