Serial BEST FRIENDS – 8. Menolak Tapi Mendukung
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2017, 27 Desember
-::-
Kelas sudah usai sejak jam sebelas siang, dan kini kami tengah duduk di kantin, menunggu nasi goreng pesanan kami dibuat.
"Ada yang lagi senang..."
Suara Nora mengusik pendengaranku. Sepintas, aku meliriknya, kemudian tertawa lebih lepas.
Sejak tadi aku memang terus tertawa. Ada satu akun Instagram yang sedang kustalking. Isinya tentang parodi-parodi seputar isu yang sedang berkembang. Generasi zaman micin.
Hahaha!
"Lihat deh, Nora," aku menyodorkan ponselku. "Here you go..."
"Apa ini?" tanyanya, mengernyitkan kening seraya mengambil alih ponselku. "Sejak kapan kau jadi pendukung BLTG begini?"
"What did you say?"
Kali ini aku yang mengernyitkan kening. Nora mengembalikan ponselku dengan segera.
"Take a look what you've watched on your phone."
Nora geleng-geleng kepala lalu mengaduk teh manisnya.
Aku mengambil lagi ponselku, memerhatikan video yang sedang berputar di sana.
Oke, ini adalah video parodi, di mana pelakonnya adalah laki-laki. Somehow, dia pakai pakaian perempuan---oke, memang tidak seharusnya dia pakai baju perempuan, tapi ini kan parodi. Made for funny! Just for laughs!
"Ini kan hanya sekadar lucu-lucuan, Nora," sungutku, tak terima.
Enak saja Nora menyebutku sebagai pendukung BLTG!
"I'm not supporting them," kataku dengan menciptakan tanda kutip pada kata terakhir.
"You are supporting them, Queen. Lihat bagaimana kau begitu senang melihat aksi mereka."
"He's not a gay, or something like that. Sejauh yang kutahu, dia laki-laki!"
Aku masih tidak terima.
"Dia mengenakan pakaian Perempuan. Dia bahkan memakai jilbab untuk memparodikan satu scene ceramah asatidz perempuan. Dia bertingkah laku seperti perempuan, Queen..."
Aku melihat gurat kecewa di wajahnya. Dan perseteruan kami terhenti ketika nasi goreng pesanan kami tiba.
"Kau tahu tidak, seberapa seriusnya permasalahan BLTG di Negeri kita ini, Queen?" tanya Nora begitu dia memegang sendok. "Aku melihat di internet, ada satu orang bicara dengan bangganya tentang bagaimana kaum laknat yang dibenci Allah itu akan menghasilkan keturunan? Dan mereka bilang, mereka bisa sewa rahim perempuan untuk mendapatkan keturunan. Lihat di bagian mana menyedihkannya? Mereka tidak melihat manusia sebagai manusia."
Aku diam, menyendok suapan pertamaku dengan tak enak hati. Aku juga tahu masalah itu, dan jujur saja, aku marah. Hanya saja, ya aku bisa apa?
"Mereka berpikir bahwa hidup hanya tentang mencari kenikmatan. Kaum BLTG tidak peduli apa pun, mereka hanya mencari lubang untuk mereka menyalurkan hasrat mereka. Makhluk mulia, bisa menjadi lebih rendah daripada binatang untuk saat-saat sekarang," kata Nora sebelum menyuapkan sesendok nasi goreng.
Aku menghela napas pendek.
"Tapi, yang itu tadi, ehm..." Kikuk, aku tak yakin pembelaanku ini bisa dikatakan benar. "Hanya untuk lucu-lucuan."
"Queen, menghadirkan sesuatu yang lucu, harusnya tidak mengundang murka Allah. Kau tahu, Nabi kita Shallallaahu 'Alayhi Wasallam juga seseorang yang humoris. Tapi pernahkah kaudapati satu waktu di mana beliau lucu-lucuan dengan menjadi perempuan? Tidak pernah, Queen. Tidak pernah," jelas Nora.
Dan itu cukup membuat rahangku sulit untuk membantah argumennya.
"Tapi generasi micin saat ini? Kau tahu tidak kenapa disebut generasi micin? Karena semuanya ingin serba instan. Mereka mengunggah video seorang laki-laki berpakaian perempuan, agar banyak yang subscribe. Banyak yang nonton, artinya dapat uang. Sedangkan kreatifitas mereka tidak ada. Semuanya, serba instan. Tapi lihat lah yang instan itu nantinya akan sirna dengan cepat," tambahnya. "Aku hanya terkejut melihatmu begitu menikmati video seorang lelaki berperan menjadi perempuan."
Aku manyun mendengarnya. Tapi tadi itu jelas aku memang menikmati sekali menonton video-video di akun tersebut. Beberapa teman-temanku malah mengunggah ulang videonya.
Habisnya, lucu...
"Kau tahu Kisah Wali'ah, istri Nabi Luth, right?" tanya Nora lagi.
Aku mengangguk pelan sebab dalam mulutku masih mengunyah nasi goreng.
"Dia bukan pelaku BLTG, tapi azab Allah menimpa ke atasnya. Hanya karena dia mendukung BLTG tersebut," ucap Nora. "She was a good wife for Luth Alayhissalaam, at the first time. Sampai kemudian dia takluk dan terlena oleh goda dunia. Seorang kaya berjanji membayarnya dengan harta yang berlimpah jika Wali'ah memberitahukan kepadanya jika rumah Wali'ah kedatangan tamu. Sebab Nabi Luth memang sering dikunjungi tetamu dari kaum lain. Dan Wali'ah setuju. Sampai kemudian, kita semua tahu kisahnya... Bahwa dia menginformasikan ada dua lelaki bertandang ke rumahnya, yang ternyata adalah malaikat utusan Allah. Kaum Sodom yang gembira mengetahui ada lelaki-lelaki tampan di rumah Nabi Luth, langsung beringas dan menyerbu ke sana. Lalu malaikat memberi tahu ketetapan Allah, bahwa kaum Sodom akan diazab, dan Nabi Luth diperintahkan untuk pergi jauh bersama pengikutnya. Wali'ah harus dibiarkan, sebab dia adalah pendukung kaum Sodom..."
Aku masih diam mendengarkan. Haruskah aku membela diri lagi?
"Kita terang-terangan menolak adanya kaum BLTG. Kita jelas membenci perilaku tersebut. Tapi perlahan-lahan kita dibuat cinta dengan kelakuan mereka yang menyimpang..."
Kata-kata Nora sungguh menusuk. Aku kan tidak bermaksud begitu!
"Maaf, Nora..." kataku akhirnya.
Aku tidak mengerti kenapa aku meminta maaf padanya. Hanya saja, mendengar penuturannya sejak tadi, aku menangkap betapa Nora kecewa atas apa yang aku kerjakan. Aku memang tidak becus. Masa memilah mana yang baik dan mana yang buruk saja tidak bisa?!
Kulihat dia melepas tawa kecilnya.
"Kenapa minta maaf padaku, Queen? Istighfar saja pada Allah Azza wa Jalla, semoga Dia beri hidayah pada kita yang kerap salah, tapi mau berubah," ucapnya.
Aku mengangguk. "Biar ku-unfollow dulu akunnya."
Tanganku meraih ponsel dan mencari pilihan Unfollow di akun tersebut. Kalau dipikir-pikir, memang menggelikan. Lucu tapi Allah benci, untuk apa?
Aku tidak mau seperti Wali'ah yang dinobatkan sebagai yang terkena azab bersama kaum Sodom, hanya karena mendukung penyimpangan tersebut.
"Aku tidak habis pikir pada orang-orang yang memutuskan menjadi Pelaku BLTG," kata Nora lagi. "Mereka terlahir dari Ibu dan Ayah. Entah bagaimana sakitnya hati Ibu mereka melihat apa yang dipilih oleh anak-anak mereka. Kebutuhan seks yang besar, lalu alasan kekecewaan terhadap lawan jenis... Omong kosong. Itu hanya akal-akalan mereka."
"Kau benar," aku menelan ludah, jijik membayangkan orang-orang itu. "Aku baca banyak kasus HIV, kebanyakan pelakunya kaum BLTG. Nanti ketika mereka sudah parah dan nyaris mati, yang merawat mereka adalah ibu-ibu mereka. Ke mana pasangan mereka? Ke mana Pejuang HAM?"
"Padahal Al Quran sudah jelas menjelaskan buruknya kelakuan menyimpang seperti itu ya, Queen," kata Nora setelah menelan kunyahannya. "Kalau menjadi BLTG adalah baik, Allah tidak akan memusnahkan kaum Sodom, dan Kisah mereka tidak akan termaktub di Al Quran untuk dijadikan pelajaran orang-orang zaman sekarang. Tapi benar, Islam hanya tersedia untuk orang-orang yang mau berpikir."
Aku mengangguk setuju. Nasi goreng kami nyaris tandas. Pandanganku terarah pada beberapa mahasiswa dan mahasiswi lain yang berseliweran. Syukurlah di kampusku tidak ada orang dengan kelainan seksual.
Yeah, meski masih banyak yang berpacaran dengan santainya saling genggam tangan, atau bahkan saling peluk. Heol!
Tapi seperti yang Nora bilang, Islam memang hanya untuk orang-orang yang berpikir.
[]