Serial BEST FRIENDS – 9. Setelah Hijrah
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2017, 28 Desember
-::-
Kelas sudah usai, dan harusnya kami pulang ke rumah, tapi Nora malah kelihatannya sibuk mencari-cari sesuatu.
Atau seseorang.
"Cari siapa sih, Nora?" tanyaku yang pada dasarnya mudah sekali penasaran. Ini sudah jam lima sore. Aku ingin segera pulang dan menyegarkan diri. Rutinitas seharian di kampus tadi benar-benar membuatku lelah.
"Victoria," sahut Nora.
Begitu mendengar nama itu, aku menyasar pada satu orang yang sejak pekan lalu membuat heboh satu kampus.
Iya, Victoria. Mahasiswi jurusan sebelah yang terkenal gahol dan trendy, tiba-tiba hadir di kampus dengan balutan pakaian syari. Entah dikemanakan rok pendeknya, atau tank-top warna-warna cerah yang dia punya.
Entah.
Pokoknya, pekan lalu di hari Kamis, dia mengenakan pakaian sesuai dengan yang Allah perintahkan. Dia bahkan mengenakan handsock, kaus kaki... Tingkah lakunya pun bersahaja!
Woaaah, kalau Nora dan Victoria saling bicara, aku pasti akan menduga mereka dari keluarga yang sama.
Ah!
Perubahan Victoria sungguh signifikan. Aku sampai curiga, mataku menyipit dan lisanku berdecak.
"Apa dia tersenggol oleh sesuatu? Mungkin dia tersandung, dan lupa ingatan?" tebakku di hari itu.
Dan seperti biasa, aku mendapat ceramah singkat dari Nora.
"Queen, apa yang telah kukatakan padamu tentang memberi udzur pada saudaramu sendiri?"
Bola mataku berputar malas mendengarnya.
"Nora, we are talking about Victoria! Cewek yang gonta-ganti pacar kayak ganti celana dalam!"
"Queen..."
"Hah, whatsoever. I don't care. Maksudku, yeah, aku turut senang dia Hijrah," kataku akhirnya. Saat itu aku benar-benar sedang tak ingin berdebat. "And as you said, hati kita berada di antara dua jemari Allah. Right?"
Dan aku hanya mendapati senyuman Nora pada saat itu. Tidak seperti sekarang. Wajah Nora masih penasaran tentang keberadaan Victoria.
"Memang ada apa sih, Nora? Kenapa kau mencarinya sampai sebegitunya???"
Nora berdiri tegak, menghadapku.
"Aku ingin mengajaknya untuk menghadiri kajian di akhir pekan ini."
Aku melongo mendengarnya.
"Dia? Kau mengajaknya?"
Nora mengangguk. Aku tambah menganga.
"Jadi kita akan duduk bertiga di majelis ilmu?"
Nora mengangguk lagi, dan aku kesal bukan main!
Ini TIDAK PERNAH ada dalam rencana kami. Jujur saja aku tidak suka jika ada orang lain di antara aku dan Nora. Orang itu belum tentu bisa mengerti aku seperti yang Nora pahami. Apalagi ini Victoria.
Rasanya aku benar-benar ingin mengumpat!
"Kau lihat Victoria?" tanya Nora pada satu mahasiswi yang kelihatannya setipe dengan Victoria yang dahulu. "Atau dia sudah pulang sejak tadi?"