Serial BEST FRIENDS - 5. Teman Hijrah
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2017, 24 November
-::-
"Kalau mau jadi kafir, ya kafir saja, kenapa bikin drama? Cari sensasi!" dumalanku akhirnya lolos juga. Padahal sejak tadi kutahan sekuat tenaga.
Dan benar saja. Nora yang sedang asik mengerjakan sesuatu di laptop sambil meminum es teh lemonnya, menoleh.
"Ada apa, Queen?"
Aku terkesiap.
"Uh? T-tidak," jawabku gugup.
"Ada yang murtad lagi ya?" tanya Nora kemudian.
Aku terkekeh, teringat pembahasan tentang seorang publik figur, well, yeah, bukan publik figur dalam makna sebenarnya sih, sebab figurnya tidak berprestasi amat. Hanya karena dia seorang artis, dan membuat pengakuan bahwa dia tidak lagi meyakini Islam sebagai jalan hidupnya. Bahwa sosok itu berkata dia menemukan ketenangan dalam agama lain yang sama seperti istrinya. Atau kisah artis lainnya yang memilih murtad, sebab lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya kembali ke agama semula dan meminta si perempuan untuk ikut mengambil jalan yang sama dengan si lelaki tersebut. Padahal mereka menikah dengan cara Islam.
Betapa agama jadi mainan.
"Bukan murtad," jawabku sambil menempelkan punggung ke tembok di belakangku. Menarik satu bantal untuk kudekap. Kami memang sedang berada di kamar Nora, mengerjakan tugas. "Dia bilang, bahwa dia tidak menemukan kenyamanan ketika mengenakan hijab. Jadi dia melepasnya dan membandingkan keadaan dengan di Jepang sana."
Nora menghentikan kegiatan mengetiknya, melanjutkan menyeruput es tehnya, lalu memiringkan kepalanya ke arahku.
"Lalu, apa yang membuatmu kesal?"
"Ya kelakuannya."
"Apa kau mengenalnya? Dia mengenalmu?"
"Tidak. Dia kan artis, makanya aku tahu berita ini."
Nora meletakkan es tehnya, lalu mengangguk. "Aku tahu, kita semua menyayangkan hal ini, karena dia publik figur. Karena dia dikenal orang banyak, dan karena tindakannya mengarah pada ajakan kesesatan. Mencari Pembenaran bahwa berhijab di depan non mahram adalah tidak wajib bagi muslimah. Apa yang dialakukan salah, dan bisa jadi pemicu untuk muslimah lain melakukan hal serupa," katanya panjang lebar. "Tapi bisa jadi ada banyak hal yang tidak kita tahu apa yang dia alami, Queen..."
Aku memberengut.
Kenapa sih, Nora ini selalu saja punya pemikiran positif pada setiap orang?
"Misalnya?" cecarku.
Kulihat Nora angkat bahu.
"Aku tidak tahu, Queen. Hanya dugaanku," kata Nora, yang kemudian mengambil jemari kananku. "Kau tahu, banyak muslimah di sini yang hijrah dengan susah payah. Kita mati-matian berusaha agar tidak merasa lebih baik dari mereka yang baru menjejakkan kaki di jalan hijrah," jelas Nora.
Mataku mengerjap, dan otakku berusaha mencerna apa maksud sahabatku ini.
Menjejakkan kaki?
"Tidak ada satu pun yang lahir dalam keadaan mengenakan pakaian setertutup ini, Queen," ucap Nora lagi. "Kita semua sama-sama berjuang agar terus lurus di jalan yang Allah ridha. Beruntunglah mereka yang lahir dalam keluarga paham agama lalu kemudian mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi lebih beruntung lagi dengan mereka yang terlahir dalam keluarga tidak terlalu paham agama, namun Allah percikkan api hidayah dalam dada mereka. Hingga mereka bersemangat untuk berubah demi Allah semata."