Serial BEST FRIENDS – 29. Tiada Manfaat
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2019, 15 Januari
-::-
Pagi ini, aku menyesal luar biasa. Huwaaa, kenapa semalam itu aku bersikeras menyantap banyak sekali episode drama Korea sih? Sekarang aku jadi mengantuk bukan main begini kan. Mengesalkan.
Kesaaal!
"Kurang tidur?" tanya Nora ketika lagi-lagi aku menguap.
"Hmh?" Aku kuat-kuatan melawan kantuk, "yeah, bisa dibilang begitu."
"Mengerjakan apa?"
Nah, pertanyaan Nora ini serta merta melenyapkan kantukku.
"Eh? T-tidak," Aku memalingkan wajah. "Tidak mengerjakan apa-apa."
"Tidak mengerjakan apa-apa? Kau insomnia?"
"Huh?"
"Kau insomnia? Ada yang kaupikirkan? Ada yang mengganggu pikiranmu?"
Pertanyaan Nora terdengar samar ketika aku kembali menguap lebar. Kedua tanganku kugunakan untuk menutupi wajahku sendiri.
"Aku semalam nonton drama Korea," kataku, akhirnya mengaku.
"Oh."
THAT!
That OH is killing me softly!
"Aku tahu itu tidak baik, Nora," kataku kemudian, "tapi Debi bilang itu bagus sekali."
Aku berkata seraya memejamkan mata, lalu menyenderkan kepalaku pada pundak Nora.
"Sampai jam berapa?" tanyanya.
"Tiga."
"Dari?"
"Jam sepuluh," jawabku. "Yang terakhir aku mengirim chat padamu, itu aku baru mulai. Hehe."
Semalam memang Nora mengakhiri chat dengan pamit untuk tidur dan aku baru mau mulai nonton.
"Bagus?"
"Tidak," sahutku. "Membosankan pada beberapa bagian. Tapi aku bertahan, karena Debi bilang itu bagus."
Nora tidak merespons dan aku memilih memejamkan mata lagi. Mengusir keramaian di dalam bus yang kian penuh.
"Aku iri sekali padamu, Queen."
"Apanya, hm?"
"Kau bisa berkutat dengan sesuatu hanya karena Debi bilang itu bagus," kata Nora. "Aku ingin sekali bisa begitu. Berkutat tilawah dari jam sepuluh sampai jam tiga pagi, karena Allah kan selalu bilang bahwa Quran itu luar biasa bagus."
"Nora..." Aku tertohok bukan main, "please, jangan menyudutkanku..."
"Aku tidak menyudutkanmu, Queen. Hanya berkaca pada diri sendiri," Nora menghela napas pendek, dan aku mengangkat kepalaku dari pundaknya. "Aku ingin punya semangat sepertimu dalam hal tilawah."
Aku memasang wajah masam. "Ya, ya, nonton drama itu ngga oke. Ya, ya, aku tahu. Arasseo."
"Maaf."
"No, no. It's not your fault," kataku. "Hah, kenyataannya aku memang lemah dalam semangat untuk tilawah. Tapi menonton drama Korea itu menyenangkan... Aku menyedihkan ya, Nora?"
Kulihat bahu Nora terangkat. "Aku tidak tahu, Queen. Kita akan lihat apakah kita menyedihkan atau tidak, di akhirat."
"Ah, Nora..."
"Serius," katanya lagi. "Aku takjub pada fans-fans sepertimu dan banyak yang lainnya. Bisa hafal lagu-lagu dengan mudah, bersedia menonton hingga pagi menjelang. Padahal orang-orang yang dikagumi itu tidak bisa memberi apa-apa."
Aku terdiam. Ucapan Nora tidak ada yang salah.
"Jadi, melakukan itu semua," kataku, "adalah hal baik"
"Aku tidak bilang itu baik." Ucapan Nora membuatku memberengut. "Sebab ketika kita berada dekat telaga Rasul nanti, tidak akan ditanya tentang lagu-lagu dan drama-drama itu, dear Queen. Rasul akan bertanya untuk memastikan bahwa kita adalah umatnya. Bagaimana kalau RasulAllah bertanya tentang kisah-kisah perjalanan hidup beliau yang kita ketahui? Lalu ternyata kita hanya paham tentang kisah perjalanan hidup member EXO dan BTS? Bagaimana kalau RasulAllah bertanya bagaimana akhlak beliau terhadap orang lain? Kemudian ternyata kita hanya tahu cara member NCT memperlakukan fans mereka? Atau, bagaimana jika RasulAllah meminta kita membacakan surat yang kita hafal? Tapi ternyata kita tidak bisa, karena lidah kita sibuk melafalkan lagu-lagu Wanna One semasa hidup? Bagaimana menurutmu, Queen?"
Aku diam, tapi akhirnya menyahut juga.
"Aku akan baca Al Fatihah. Kan setiap shalat, aku baca itu?"
"Setiap shalat juga kau baca kalimat syahadat; Asyhadu anla ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullaah. Apa kau yakin, bisa membaca kalimat itu ketika Malaikat Maut menarik nyawamu keluar dari ragamu?"
Sontak, aku memukul lengan Nora.
"Haish, kenapa sih?! Ini masih pagi, Nora. Mood-ku untuk kuliah bisa berantakan!"
Kulihat dia malah mengekeh.
"Hanya bertanya," katanya.
"Iya, aku tahu, menonton drama Korea itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Malah bawa mudharat. Ya kan? Itu kan maksudmu?"
Aku tidak mempedulikan orang-orang di dekat kami melirik atau menoleh melihatku. Tidak peduli. Aku memalingkan wajah menghadap kaca jendela bus, dan membiarkan Nora mengusap-usap lenganku.
"Queen, aku minta maaf."
Huh, kenapa sih, Nora selalu minta maaf setiap aku menanggapi kalimatnya dengan rasa sebal begini?
"Aku harusnya tidak bilang begitu sebab persepsi kita tentang drama Korea adalah berbeda. Maafkan aku, Queen."
Aku menghela napas pendek. Teringat kajian satu orang ustadz yang membahas pertanyaan dari jamaah; Kenapa dakwah belakangan ini selalu menyinggung orang lain.
Dan aku ingat betul jawaban beliau:
"Dakwah memang tentang menyinggung. Seperti para Nabi yang dimusuhi oleh sekitar, bahkan keluarganya, sebab mereka memang telah menyinggung lubuk hati orang-orang itu. Hati yang penuh dengan kekeliruan, diajak kepada jalan kebaikan. Dakwah itu mengajak, bukan mengejek. Kalau ada yang bilang bahwa 2+2=10, maka pendakwah wajib meluruskan bahwa 2+2=4. Itu bukan bermaksud untuk menyinggung, tetapi memberi tahu hal yang benar. Sementara yang bilang 2+2=10, pasti akan merasa tersinggung karena dikatakan salah. Tapi orang-orang yang mau belajar, akan terima kenyataan bahwa 2+2=4. Jadi, jika kita merasa tersinggung dengan kebenaran yang disampaikan kepada kita, mungkin itu karena kita sedang melakukan kesalahan. Menjadi besar adalah dengan menerima kebenaran yang ada di sisi Allah."
Aku menoleh, mendapati Nora menatap lurus pada mataku. Pelan, kuambil tangannya. Dan dengan besar hati, kukatakan; "Aku yang minta maaf, dear Nora. Kau pasti kecewa padaku karena lagi-lagi aku lupa untuk menentukan, prioritas mana yang harusnya kumiliki."
Senyuman Nora refleks membuat hatiku menjadi teduh.
"It's fine. Everyone doing mistakes," kata Nora, lembut.
Aku kembali menyandarkan kepalaku di pundaknya. Kampus masih jauh, dan rasa kantuk masih menghajarku kuat-kuat. Tapi benakku berkata hal baru. Berjanji dalam hati, untuk tidak lagi menggandrungi hal-hal tiada manfaat seperti drama Korea yang sungguh buang-buang waktu.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Best Friends
EspiritualSekuel dari Novel QUEENNORA yang semoga bermanfaat ❤