"Sedekat apa hubunganmu dengan Toey?" Tanya seseorang kepada Ohm.
"Sedekat telunjuk dan jari tengah," jawab Ohm santai.
"Apa saja yang kau lakukan kemarin di rumahnya? Dia bilang kau menginap disana," orang itu mencebikkan mulutnya.
"Hanya makan dan tidur. Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku tidak sengaja mendengarnya saat melewati koridor kelas Toey" Orang itu mengangguk. "Kau masih ingat, jika dirimu bukan seorang gay, kan?"
Ohm mengendikkan bahunya. Alisnya ditautkan, kemudian ia berdecih. "Bukan urusanmu lagi."
Orang itu bergelayut memegang lengan kekar Ohm. "Kenapa begitu? Kau tidak suka?"
"Sangat-sangat tidak suka," ucap Ohm seraya menepis tangan yang mengganggu itu.
"Kau?!" Orang itu mendekik kesal. "Ingat perkataan ayahmu! Tidak lama lagi kita akan bertunangan!"
Ohm menggertak kesal. Telinganya seakan sudah panas mendengar celoteh-an orang yang sedang berdiri sejajar di sebelahnya ini.
"Kau ini kenapa?! Apa kau tidak ingat? Dirimu lah yang membuat semuanya semakin rumit! Jika saja kau tidak pergi meninggalkan ku bersama pria sialan itu, aku tidak akan membentakmu seperti ini! Jarak kita tidak akan sejauh ini!" Sungut Ohm berapi-api.
Orang itu tertunduk tidak berani menjawab. Dia takut.
"Dan juga, ayahku sudah membatalkan pertunangan itu! Dia tidak akan sudi mempunyai menantu tidak benar sepertimu--Tonson!" Iya, orang itu Tonson.
"Tapi Ohm, aku--aku ingin minta maaf dan mengulang semuanya," cicit Tonson dengan suara kecil, tapi masih bisa didengar oleh Ohm.
"Minta maaf kau bilang?" Ohm menyeriangi. "OK, aku maafkan."
Tonson mendongak, matanya berbinar penuh harap. "Terima kasih."
"Tapi, jangan harap kau bisa kembali lagi denganku. Hatiku sudah terlalu hancur karena dirimu. Ayahku juga sudah terlalu kecewa karena perlakuanmu!"
Sesungguhnya Ohm tidak terbiasa membentak orang seperti itu, terlebih lagi jika orang tersebut perempuan, ia sangat tidak bisa.
Tapi kali ini, ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Yah, walaupun ada rasa kasihan yang ia rasakan.
"Aku mohon, Ohm." Tonson memohon di depan Ohm,dia memegang erat kedua tangan lelaki itu.
"Pergilah." Ohm mulai bisa mengontrol emosinya. Ia melepaskan pegangan tangan itu dengan lembut. "Wanita tidak pantas mengejar laki-laki." Kemudian Ohm berlalu dari tempat itu.
'Tunggu pembalasanku, Ohm! Aku tidak akan melepaskan mu begitu saja. Terlebih lagi dengan seorang gay seperti Toey!'
***
Toey memandang malas tumpukan buku di atas bangku kelasnya. Pelajaran matematika sangat menyusahkan dirinya. Jika biasanya ia hanya membawa dua belas buah buku, sekarang ia harus membawa tujuh belas buah buku. Sangat berat.
"Toey!" Panggil seseorang yang bernota bene ketua kelas dari ambang pintu. "Bu Pin tidak sekolah, kau bisa memasukkan bukumu sekarang."
Toey mendengus kecil mendengar berita itu. Bagaimana bisa Bu Pin tidak sekolah? Toey sudah keberatan membawa buku-buku ini, tapi yang ia harapkan ternyata tidak ada. Malangnya.
"Baiklah. Terima kasih," kata Toey seraya memasukkan tumpukan buku itu ke dalan tasnya.
Toey sibuk dengan aktivitasnya, sedangkan temannya yang lain sudah ada yang pulang, karena ini jam terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Is Content
FanfictionGimana jadinya, kalau kamu dekat dengan pacar orang lain? baperkah? pasti. Ini sebuah cerita non baku, gak jelas dan mungkin receh. Seputaran Ohm dan Toey bxb