13^Malam

184 29 6
                                    

Ohm tersenyum tiga jari. "Aku lupa. Tubuhmu sangat nyaman jika dipeluk." Ohm mendekatkan lagi kepalanya. Kemudian..

Chup,

OK. Toey kembali dibuat menegang oleh Ohm. Saat ini juga ia ingin berteriak, memarahi sahabatnya itu. Tunggu, apa mereka sepasang sahabat? Atau--lupakan saja.

Ohm tertawa melihat ekspresi Toey saat ini. Seperti orang yang terkena penyakit stroke. Ingin bergerak, tapi seperti tertahan sesuatu, ingin berteriak tapi lidahnya kelu.

'Kenapa aku seperti orang lumpuh?' Tanya Toey dalam hati, karena suaranya tidak bisa keluar dari mulut mungilnya.

'Tunggu, apa sekarang pipiku merah?' Tanya Toey lagi setelah ia merasakan hawa panas menjalar pada tubuhnya.

"Wajahmu merah, Toey. Apa kau malu?" Tanya Ohm jahil.

Apakah Ohm tidak merasakan hal yang dirasakan Toey saat ini? Apa detak jantungnya masih normal? Atau berdegup lebih kencang seperti Toey?

Kenapa Ohm tidak gugup seperti Toey? Kenapa ia biasa saja? Terlalu sulit menebak itu. Ekspresi yang ia tunjukan biasa saja. Tidak terlihat gugup sama sekali.

"Ahh? Mai! Aku tidak malu! Lagipula, apa yang kau lakukan tadi? Sana pergi, jangan dekat-dekat denganku!" Ucap Toey seraya mendorong kuat badan Ohm. Akhirnya Toey terbangun dari lumpuhnya.

"Kau marah? Itu hanya sebuah kecupan singkat di pipi," ucap Ohm. Sesungguhnya ia tahu betul, jika Toey tidak marah. Memang nada suara Toey tinggi, tapi komuk wajahnya sama sekali tidak menyatakan jika ia marah.

Toey terus mendorong badan Ohm, agar sahabatnya itu tidak dekat-dekat dengan dirinya, tapi ia tidak berani menatap orang yang ia dorong itu.

"Pergi! Jangan dekat-dekat denganku lagi! Pergi!" Teriak Toey terus menerus, tapi itu tidak berhasil. Ohm masih saja tertawa dan menahan dorongan itu.

"Hei, berhenti." Ohm mencekal pergelangan tangan Toey. "Lihat aku, jika kau berbicara denganku."

Toey menghempaskan tangan Ohm, "diam!" Bentaknya.

Ohm sempat mengerutkan keningnya sebentar, setelah itu dia tertawa. "Tatap aku, Toey." Ucapnya seraya menangkup wajah Toey dan kemudian mereka bertatapan.

Degupan jantung Toey semakin tidak karuan. Kedua kornea mata Ohm, seakan berubah seperti hantu yang sangat menakuti dirinya.

"Aku lapar, cepat buatkan aku makanan." Ohm merengek lagi. Kedua tangannya kompak menekan pipi Toey, hingga bibir lelaki mungil itu maju kedepan.

"Sakit, lepaskan!" Tegas Toey, menarik hidung Ohm. Itu berhasil, Ohm melepaskan tangannya dari pipi Toey.

"Kau tahu? Hidungku sudah terlalu mancung untuk kau tarik seperti itu." Ohm mengelus halus hidungnya yang kini berdenyut sakit.

Toey menghela nafas malas. "Aku tidak peduli," kata Toey seraya beranjak dari tempat tidur Ohm. "Antarkan aku ke dapur mu."

Ohm mengangguk, kemudian ikut berdiri. "Cukup nasi goreng dan telur mata sapi saja."

***

Aroma nasi goreng menusuk hidung Ohm yang saat ini tengah terlelap di meja makan. Alih-alih menemani Toey, lelaki itu malah tertidur nyaman dengan posisi duduk.

"Sudah selesai, Toey?" Tanya Ohm seraya meregangkan ototnya. Matanya masih terpejam.

"Sudah," jawab Toey singkat. Ia sudah duduk di meja makan.

Mata Ohm terbelalak kaget saat melihat makanan yang sudah tersaji rapi di atas meja makan.

"Bukannya aku hanya menyuruhmu untuk membuat nasi goreng dan telur mata sapi?"

Heart Is ContentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang