"Peak? Kau melihat Toey? Aku sudah mencarinya kemana-mana, tapi ia tidak terlihat sama sekali. Aku mengkhawatirkannya, batang hidungnya tidak terlihat di sudut sekolah manapun." Ohm terlihat sangat cemas dengan kalimat panjangnya itu.
"Kau tidak tahu?" Peak mengerutkan dahinya. "Toey dirawat di rumah sakit."
Ohm terbelalak, ia kaget bukan main. "Bagaimana bisa? Kenapa kau tidak memberitahuku ?"
"Aku baru tahu berita ini tadi pagi. Boom yang memberi tahu," jawab Peak tenang.
"Cepat, antarkan aku." Ohm menarik tangan Peak secara paksa, ia tidak ingin mendengar penjelasan apa-apa lagi dari sahabatnya itu.
"Ini masih jam sekolah, aku tidak mau!" Peak melepas tangan Ohm dengan kasar. "Kita bisa menjenguknya setelah jam sekolah selesai."
Ohm terdiam, perasaannya sudah terlalu kalut. Ia takut Toey kenapa-kenapa. "Baiklah."
Selanjutnya, mereka berdua kembali duduk di meja masing-masing. Untung saja Ohm dan Peak satu tempat duduk.
"Toey ditabrak lari," kata Peak mulai menuturkan kejadian yang dialami oleh Toey. "Kejadiannya kemarin malam, sekitar jam sepuluh, di dekat halte bus."
Ohm masih setia mendengar, pikirannya langsung tertuju pada kegiatan makan malam kemarin. Ia tidak mau memotong omongan Peak, dan pada akhirnya menyebabkan pria itu enggan membuka suara.
"Boom menemukan Toey yang sudah terkapar tidak sadarkan diri di samping trotoar. Waktu itu jalanan sudah sangat sepi, jadi tidak ada yang melihat kejadian tersebut selain Toey.."
"..Dia sudah siuman tadi pagi, Boom yang memberitahuku. Tangan kanannya patah, kepalanya terluka pada bagaian kiri."
Ohm sangat terluka mendengar semua itu. Orang yang ia sayangi terluka. "Ini semua salahku," ucap Ohm mengusap kasar wajahnya.
"Kenapa bisa?" Tanya Peak tidak mengerti.
"Kemarin malam dia berkunjung ke rumahku, itu karena aku yang menyuruhnya--cukup lama. Dia membuatkan aku dan ayahku makan malam. Kami berbincang-bincang sangat lama. Dan, selanjutnya Toey pamit pulang. Ayahku sudah menawarkan tumpangan pada Toey, tapi ia menolaknya. Dia juga menolak diriku untuk mengantarkannya pulang, karena aku sangat lelah, akhirnya aku pasrah dan membiarkannya pergi sendiri."
Ohm kembali mengerang frustasi. Ia menjambak rambutnya kasar. Ohm benar-benar buruk saat ini.
"Hei, berhenti menjambak rambutmu, bodoh!" Peak menghentikan pergerakan tangan Ohm. Itu sakit menurutnya.
"Ini salahku. Semua salahku. Seandainya kemarin aku tidak menyuruh Toey datang, dia akan berada di sisi ku sekarang. Seandainya aku memaksakan diri untuk mengantarnya pulang, semuanya tidak akan terjadi!"
Tapi, semua itu hanyalah secerca kalimat pengandaian. Semua sudah terlambat.
Ohm begitu larut dalam kegundahannya. Ia terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri. Yang ada di pikiran Ohm saat ini hanyalah Toey. Niatnya hanya tertuju untuk meminta maaf kepada sahabatnya itu.
"Berhenti menyalahkan dirimu, ikuti aku!" Perintah Peak yang langsung dituruti oleh Ohm.
***
Berkat bantuan Peak, Ohm berhasil berada di rumah sakit sekarang.
Toey meminta izin pada guru piket dengan alasan ada acara keluarga mendadak di rumahnya. Dan well, ia menelpon ayahnya. Untung saja sang ayah bisa diajak kerja sama.
Kemudian ia memberitahu, jika Ohm akan pergi bersama dirinya. Guru piket itu sah-sah saja. Sangat baik.
Ohm berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Ia masih mengenakan seragam sekolah, lengkap dengan tas punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Is Content
FanfictionGimana jadinya, kalau kamu dekat dengan pacar orang lain? baperkah? pasti. Ini sebuah cerita non baku, gak jelas dan mungkin receh. Seputaran Ohm dan Toey bxb