6. So Complicated

36 3 11
                                    

Shelvia's POV

Jam sudah menunjukkan pukul 3. Namun Dylan belum juga datang menjemputku. Yaa, memang dia bukan siapa - siapa ku, tapi.... Ah sudahlah.

Ponselku berdering. Ku lihat layar ponselku. Ternyata Dylan menelponku. Tanpa pikir panjang, aku segera mengangkatnya.

Open call

Dylan : Hallo, Shel. Gue udah di depan nih. Lo turun cepetan.

Shelvia : Oke

Call end.
-

Aku segera berlari menuruni satu persatu anak tangga dan menembus pintu depan. Dapat ku lihat sebuah mobil hitam terparkir di luar gerbang rumahku.

"Itu pasti Dylan!". Umpatku

Aku kembali berlari menuju gerbang. Ku buka pintu gerbang. Dan bisa aku lihat Dylan sedang berdiri dan bersandar di bagian depan mobilnya. Jujur saja, sebenarnya aku ragu untuk mendekatinya. Tapi apa boleh buat?

" Lan". Panggilku dengan sedikit berbisik!
"Ehh, akhirnya sampe juga. Ni, buat lo". Dylan menoleh kepadaku sambil menyodorkan setangkai mawar putih.
Aku hanya menerimanya tanpa berkata sepatah kata pun. Aku tidak tau harus berkata apa.
" Udah, ayo buruan naik". Katanya sambil menarik tanganku.

***

Perjalanan ini sangat membosankan. Dari tadi, Dylan hanya diam. Yaa aku tau dia sedang fokus mengemudi. Tapi kalau mengobrol sedikit tidak ada salahnya kan?. Ku raih ponsel dan earphoneku. Ku nyalakan lagu Say you wont let go yang dinyanyikan oleh James Arthur.

I met you in the dark, you lit me up
You make me feel as though, i was enough.
*

Belum sampai setengah lagu ku putar, ternyata kita sudah sampai di tempat tujuan. Tempat ini cukup asing bagiku. Tapi, yasudahlah. Dylan membukakanku pintu. Kami berdua berjalan menuju ke dalam restoran yang terlihat mewah itu. Tanpa kusadari, ternyata tangan Dylan melingkar di pundakku.
~~

Sampai disana, Dylan menggiringku menuju meja makan yang diperuntukkan khusus untuk 2 orang. Kelihatannya, meja itu sudah di pesan khusus oleh Dylan, karena disana sudah terdapat sepasang lilin yang dinyalakan dan sekelompok pemain biola. Untuk apa Dylan membuat semua ini?

"Ayo Shel, duduk". Ucapan Dylan memecah lamunanku. Ditariknya kursi dan mempersilahkanku untuk duduk.

Aku hanya duduk dan melihat sekeliling. Makanan disini pasti sangat mahal. Gumamku.

" Mas, tolong mainkan musiknya seperti yang saya bilang tadi ya". Perintah Dylan pada salah satu pemain biola itu.
Pemain biola itu mengangguk dan melirik kawan - kawannya seakan memberikan isyarat untuk memainkan sebuah lagu.

Kemudian, benar saja. Mereka memainkan sebuah lagu yang tak asing bagiku. Kalau tidak salah, itu adalah lagu perfect milik Ed Sheeran. Aku sangat menikmati alunan merdu musiknya. Tak lama kemudian, makanan pun datang.
Sangat banyak. Seberapa mahal? Siapa yang akan membayar?. Hanya itu yang ada di pikiranku.

"Shel, buruan dimakan". Suruh Dylan kepadaku.
" Ini pasti mahal lan, gue takut duit gue ga cukup". Sahutku polos.
" Lo ga perlu bayar. Ini restoran Papa gue. Jadi semua ini gratis". Kata Dylan santai

Whatt? Restoran semegah ini? Milik Dylan?? Astagaaa!!

" Yang bener Lan?". Tanyaku.
" Bener lah, buat apa gue bohong?". Sahut Dylan.
" Ngga". Jawabku singkat.
~

Makanan ini sangat enak. Sepertinya hari ini berat badanku akan naik drastis.

Disaat kami sedang makan, aku melihat Dylan seperti sedang memberi isyarat kepada seseorang. Aku melihat ke arah tatapan Dylan. Saat aku menoleh, dapat ku lihat sekelompok perempuan tiba - tiba menutupi wajahnya dengan buku menu. Siapa mereka? Aku bertanya - tanya dalam hati. Aku mencoba untuk menghiraukannya.

Disaat aku mencoba untuk kembali makan, tiba - tiba seseorang menutup mataku dari belakang. Aku bisa merasakan dinginnya tangan orang yang menggenggamku. Aku rasa, aku mengenalinya...
Naya! Ini tangan milik Nayana. Tapi.. Untuk apa dia disini? Ah sudahlah.
"Siapa nihhh anjirr gelapp". Teriakku.
Aku bisa mendengar samar samar cekikikan perempuan dibelakangku. Siapa mereka? Sepertinya tidak asing. Aku dituntun untuk berdiri oleh orang yang menutup mataku. Aku bisa merasakan. Dua orang lainnya meraih tanganku. Satu di sisi kanan. Dan satu lagi di sisi kiri. Tak lama kemudian, mataku di buka. Dannnnnnnn.....










What

The

Hell.









Dylan berlutut di depanku sambil membawa sekotak coklat dan seikat besar mawar merah. Mimpi apa aku?????????!. Aku tidak bisa berkata - kata. Mulutku menganga lebar. Bahkan buah apel fuji sepertinya bisa masuk kedalamnya. Segera aku tutup mulutku yang menganga besar seperti mulut mesin cuci itu.

" Maukah kau menjadi kekasihku, Shelvia Aquinna Hazerlee?". Katanya sembari menyordorkan seikat besar mawar merah segar itu.

Aku mematung.
Aku menoleh kepada sekelompok orang di belakangku. Ternyata mereka adalah Nabila, Nayana, Liana, Youla, dan Devyra! Dugaanku benarr!! Ternyata mereka bersekongkol. Sialan -_-.

Aku melirik Nabila. Dengan arti menanyakan, sebaiknya aku terima atau tidak si Dylan ini.
Sepertinya Nabila mengerti maksud lirikanku. Dia mengangguk.
Aku kembali menoleh kepada Dylan. Dia berdiri. Menatapku dalam - dalam dengan tatapan penuh tanya. Aku tau apa yang ia pikirkan. Setelah ku pertimbangkan. Aku rasa, aku menyukai Dylan. Sejak kejadian di Kantin itu, aku selalu memikirkannya. Jadi? Aku terima?

"Iya, aku mau".

Kata - kata itu akhirnya terlontar dari mulutku. Dapat ku lihat ekspresi Dylan berubah menyeringai. Kemudian ia mendekat, mendekat, semakin dekat. Dan tak bisa ku percaya!! Dia memelukku!. Pelukannya sangat hangat. Aku bisa merasakan nafas leganya yang berhembusan di leherku.

You're my girl now, and ever. I'll never let you go.

Bisik Dylan di telingaku.
" CIEEEEEEE PJ NYA INGETTT". Teriakkan Nayana mengagetkanku.
"Iya nihhh, new couple inget pj nya yaa. Kan udah kita bantu hahahhh". Nabila ikut - ikutan.

" ya ya esok". Jawab Dylan dengan santai.

*

Our Love JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang