9. Papa Brengsek

26.4K 1.9K 75
                                    

"Jungkook bangun, kau tidak kuliah?!" Seokjin menggedor pintu kamar Jungkook brutal menggunakan panci pink berpantat gosong. Amarahnya meluap saat tidak ada sahutan sama sekali dari dalam. Sudah setengah jam dia mencoba membangunkan anaknya itu, namun Jungkook tidak kunjung bangun.

Dengan terpaksa dia mengambil kumpulan kunci rumah dari dalam loker rahasianya yang terdapat di kamarnya, kemudian segera kembali ke depan pintu kamar Jungkook untuk membukanya memakai kunci cadangan miliknya.

"Jungkook!" begitu pintu terbuka, Seokjin menghampiri anaknya yang masih bergelung dalam selimut tebalnya. Ditariknya selimut itu lalu dilemparkan entah kemana.

Jungkook yang terusik langsung membuka matanya, kemudian bergumam. "Jam berapa sekarang?"

"Jam setengah sembilan."

Pemuda kelinci itu spontan terduduk. Dia meringis kala merasakan pantatnya yang terasa perih.

"Ada apa? Kakimu sakit lagi?" Tanya Seokjin, alisnya naik satu dengan mata yang menyipit curiga.

Menggeleng kaku dan sedikit merentangkan tangannya, Jungkook beralasan. "T-tidak. Siapa juga yang sakit?" Katanya sambil menggelengkan kepalanya.

"Lalu tadi itu apa?"

"Apa?" Jungkook memutar bola matanya gugup.

Seokjin menyedekapkan kedua tangannya, "Kenapa kau meringis kesakitan?"

"Tidak." Pemuda kelinci itu lagi-lagi menggeleng. "Aku hanya mendesah tadi."

Mamanya hanya menatapnya datar. Kemudian tubuhnya berbalik dan segera meraih pintu dan menutupnya. Tapi sebelum itu, dia berbalik dan berkata, "Mandi dan bersiaplah. Kau diantar papamu ke kampus," dia membalik tubuhnya lagi, kemudian berucap keras "tidak ada penolakan."






.
.
.





Jungkook menuruni anak tangga satu demi satu dengan perlahan. Tangannya mengusak matanya kasar, menghilangkan kantuk yang menyerang. Dia menghampiri salah satu kursi dan mendudukkan dirinya dengan nyaman disana.

"Kau tidak menyapa papamu, manis?" Namjoon mengedipkan sebelah matanya ke arah Jungkook yang duduk di depannya, membuat pemuda kelinci itu memutar bola matanya malas.

"Jangan mengganggunya, Namjoon." Tegas Seokjin.

Namjoon menyeringai, "Aku menginginkan sapaan pagi yang meluncur dari ranum Kuki manisku, apakah itu dilarang secara hukum?"

"Secara status, kau dilarang." Tukasnya. Aura gelap seketika terpancar dari tubuhnya saat mengatakan itu.

"Kenapa?" Tapi Namjoon tidak menyerah, dan semakin menggoda Seokjin. Baginya, Seokjin yang marah lebih seksi dari Seokjin yang diam.

"Kau masih berani mempertanyakannya setelah semua hal yang kau lakukan kepada ku dan--"

"Cukup." Jungkook menghela nafas, frustasi dengan keributan yang ditimbulkan kedua orang tuanya pagi hari. "Pagi, pa. Sudah, kan? Jadi kalian jangan ribut lagi dan segera makan. Aku sudah terlalu telat, kalian tau?" Katanya sambil menekan kata terlalu.

Setelah itu hening, tidak ada keributan lagi. Antara Seokjin dan Namjoon, keduanya diam. Tidak bersuara sama sekali dan melanjutkan makannya dengan khidmat. Sementara itu, Jungkook segera menghabiskan sarapannya dan meminum susunya sampai tandas.

"Aku selesai." Dia berdiri, sedikit menggeser kursi untuk memudahkan jalannya. "Papa mengantarku, kan? Kutunggu di mobil." Jungkook menghampiri Seokjin dan mengecup pipinya sekilas. Kemudian dia beranjak meninggalkan dua orang yang saling mendiami satu sama lain.





PPP (KTH + JJK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang