Taehyung mengantar kekasihnya sampai di depan rumah dengan selamat. Setelah itu keduanya saling menautkan bibirnya sebelum Jungkook memutuskan keluar dari mobil Taehyung dan berlari memasuki pelataran rumahnya.
Langkah kaki Jungkook mengendap-endap saat memasuki rumah. Memastikan bunyi pintu yang ditutup secara perlahan tidak terdengar oleh Papa ataupun Mamanya yang mungkin sudah tertidur pulas di kamar masing-masing.
Sekalipun mereka sudah bercerai secara hukum, namun tak tau kenapa kedua orang tuanya memilih untuk tinggal bersama. Yah.. Meskipun Papanya kadang memilih keluar dan menginap entah di rumah siapa.
Dia menggerang tanpa suara saat jari kakinya tersandung kaki meja. Maklum, dalam keadaan gelap--semua lampu sudah dimatikan karena sudah menginjak tengah malam--seseorang tidak mungkin berjalan normal tanpa terantuk sesuatu terlebih dahulu.
Kakinya akan menapak lantai tangga ketika lampu ruang tamu tiba-tiba hidup. Cahaya menyorotnya dari semua sisi seolah dia tahanan yang ketahuan meninggalkan penjara secara diam-diam.
"Baru pulang, huh?"
Pemuda kelinci itu menegang, tangan papanya yang berada di pundaknya terasa begitu menyakitkan. Tubuhnya bergetar oleh rasa takut. Otaknya kembali mengenang peristiwa di mobil. Tentang ayah dan kelakuan bejatnya.
Mencoba melawan rasa takutnya, dia menajamkan matanya. Menatap pria yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya dengan dingin. "Apa urusanmu?" Ketus Jungkook.
Papanya tertawa, tawa gila yang mengusik pendengaran pemuda itu. Membuatnya muak. "Perasaan, kau sangat jinak tadi pagi--sayangku."
"Just shut up your fuck mouth!" Jungkook menepis kasar tangan papanya. Memutuskan untuk menapaki tangga, mengacuhkan pria itu.
Tapi baru beberapa langkah, tangan Namjoon menarik pinggangnya; membalikkan tubuhnya dengan satu sentakan kuat. Membuatnya nyaris jatuh, kalau seandainya papanya tidak memeluknya--menahan tubuhnya. Merelakan posisi berpelukan intim yang menyebabkan tubuh keduanya menempel tanpa ada jarak sesentipun.
"L-lepaskan aku!" Jungkook membentak di depan wajah Namjoon. Karena perbedaan tinggi, mulutnya hanya mencapai leher pria itu. Tidak lebih.
Mempererat pegangannya pada pinggang Jungkook, pria itu tersenyum licik. "Dan membiarkanmu jatuh dengan posisi kepala lebih dahulu?"
"Jika itu bisa membawaku langsung ke surga, kenapa tidak?"
"Memangnya iya?"
"Apa maksud ucapanmu?!" Sedikit mengernyit, menyadari jika tangan Namjoon merambat ke area pantatnya. Sedikit meremas bagian itu sebelum tangan Jungkook menghentikannya dengan susah payah.
"Maksudku.. Memangnya kau bisa masuk surga? Jangan tolol, anakku sayang." Katanya mencemooh. "Melakukan zina itu dosa besar, perbuatan yang fatal, kalau kau mengerti maksud perkataanku." Senyum mengembang di wajahnya. Membuat sebuah lesung pipit tercetak di pipinya.
Persetan dengan lesung pipi sialan itu.
Jungkook menahan amarahnya yang meluap-luap. Mengontrolnya dengan baik secara bertahap. Dirinya tidak mau berakhir mati konyol di sini.
Setidaknya, tidak di tangga ini.
"Lalu apa masalahmu? Aku mati kan tidak ada urusannya sama sekali denganmu." Toh jika aku mati, mungkin aku tidak akan bertemu denganmu lagi. Dan itu bagus. Sangat bagus.
Raut Namjoon menyiratkan kesedihan yang mendalam. Tentunya kepura-puraan tercetak jelas disana. "Kau kesayanganku, mana tahan aku tidak hidup tanpamu, hm?" Wajahnya ditumpukan di leher Jungkook. Menelusup disana--membaui kulit anaknya yang berbau seperti bayi; bau sabun dan aroma buah segar yang menentramkan. Membuai indra penciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PPP (KTH + JJK)✔
Historia Corta"Selamat datang di PPP. Ada yang bisa saya bantu?" "Kau harus ingat semua perlakuanku padamu ini adalah plus-plus yang kau pesan tadi. Mengerti?" Start : 20-10-17 End : 30-12-17 tae!top kook!bot #04invkook 03/08/2018 #01intaekook 06/07/2018 #07ins...