Bagian 4 - Perjanjian

2K 163 13
                                    

"Bon, ayo!" panggil Aenun.

Kulihat Khairul atau yang biasa dipanggil Ambon sedang mengobrol dengan Sandro dan Omen, temannya. Mereka sedang ngobrolin apa? Ah, kenapa aku kepo sekali tentang urusan mereka? Jujur, aku masih kesal dengan Sandro dan Omen. Ya, kedua anak tersebut pernah mengganggu perjalanan team detektif ku yang sedang ingin memecahkan kasus. Kala itu aku masih berdua dengan Yudha yang memecahkan kasus.

Aku masih ingat dengan perlombaan yang digelar dua minggu lalu. Perlombaan yang dilaksanakan bersamaan dengan ulang tahun sekolah. Saat itu, aku bersama Yudha ditugaskan oleh Bang Herman, salah satu cleaning service disekolah. Ia memberikan kami sebuah kasus. Kebetulan kami baru pertama kali membentuk team detektif ini.

"Kalian lihat ada yang aneh tidak?" tanya Bang Herman.

"Oh itu,"

"Apaan, Pan?" tanya Yudha

"Emang bener Bang, pohonnya cepet banget tumbuh." Kataku.

"Ish, bukan yang itu."

"Lihat perlombaan itu!" Bang Herman menunjukan ke arah lapangan.

"Iya, balap karung. Emangnya apa yang aneh, Bang?"

"Tunggu-tunggu, itu Sandro sama Topik ngapain ke Juri lapangan?" tanya Yudha.

Kebetulan Taufik Jufrian adalah salah satu peserta lomba balap karung.

"Wah, wah. Ada yang nggak beres ini." Ungkapku.

"Mereka sepertinya sedang mengancam juri lapangan itu." Kata Bang Herman dengan yakin.

"Kok Bang Herman tau?" tanyaku.

"Sepertinya..."

"Loh? Loh? Kok begitu sih mainnya? Curang nih Topik curang." Kataku ketika melihat karung yang dikenakan Taufik Jufrian atau biasa dipanggil Topik itu sedikit bolong.

"Topik yang menang? Padahal dia nggak sampai full muternya." Imbuh Yudha.

"Yaudah sana, bereskan!"

"Sorry guys, sorry nih. Topik kan nggak muter sampai full, kok bisa menang?" tanyaku mendekati mereka di tengah lapangan.

"Weh, Sopan! Apa-apaan lo?" teriak Sandro dari jauh.

"Lo, bisa bener nggak jadi juri lapangan?" Aku menarik kerah baju adik kelas yang menjadi juri lapangan ini.

"Maaf, ka. Saya diancam sama Ka Sandro."

"Gua nggak mau tau, keadilan harus tetap ditegakan." Kataku.

"Pan, maksud lo apaan sih?" Sandro mendorongku hingga sedikit bergeser kesamping. Tanganku terlepas dari kerah baju adik kelas ini.

"Sorry ralat, pemenangnya adalah kelas X-IPA.2" teriak juri lapangan itu.

"Dro,dro sabar. Ini ada apa?" tanya Yudha datang.

"Gara-gara Sopan, kelas kita jadi kalah."

"Tapi elo udah curang, Dro."

"Iya, Dro. Lo nggak seharusnya begitu. Percuma juga kita menang kalau nggak jujur." Yudha berada dipihakku.

"Kok elo jadi belain Sopan, Yud. Elo semenjak main sama dia jadi orang yang aneh."

"Sorry, Dro. Bukannya apa ya ..."

"Udah stop! Dan gara-gara lo juga taruhan gua kalah." Sandro menunjukku.

"Ini tugas kami, Dro. Team detektif menegakan keadilan." Kataku santai.

5 DETEKTIF PE'ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang