Dan sore itu, hampir saja Ambon ingin memukul Gan. Untung masih dapat dicegah dengan penjelasan Gan atas alasan perbuatannya.
"Jadi, gua bukan mencuri uang kas koperasi. Tapi, gua cuma minjem diem-diem. Gua mau beli hadiah untuk kado Ibu gua yang lagi dirawat dirumah sakit. Sorry, mungkin cara gua salah. Tapi, gua nyesel udah ngelakuin ini."
"Gan, kita semua tau mungkin niat lo baik. Lo mau ngasih hadiah ke nyokap lo. Tapi nggak gini caranya Gan." Ucap Aenun meredamkan suasana.
"Elo udah buat panik temen-temen lo, Gan." Ujar Yudha sedikit kesal.
"Iya, gua gatau sekarang harus gimana." Sedihnya.
"Ya lo harus bertanggung jawab atas perbuatan lo!" bentak Ambon.
"Maafin, gua yah."
"Lo nggak seharusnya minta maaf sama kami."
"Iya, gua nyesel banget. Ini uangnya gua balikin." Gan menyerahkan amplop kepada Aenun.
"Gua balik dulu, ya." Pamit Gan lalu pergi.
"Eh, Gan tunggu!" tahan Aenun.
"Hil, lo masih ada uang nggak?" tanya Aenun.
"Masih, Nun." Jawab Hillary.
"Gua pinjem dulu, Hil."
"Gan, ayo ikut kami!" perintah Aenun.
Dan disitu aku kagum dengan cara Aenun menyelesaikan masalah ini. Mungkin Yudha dan Ambon juga bakalan ngerasain hal yang sama. Aenun membelikan sebuah hadiah yang Gan mau untuk diberikan ke Ibunya Gan yang sedang ulang tahun dan kini berbaring lemah di Rumah Sakit. Setelah membeli kado, Kami mengantar Gan ke Rumah Sakit untuk memberikan hadiah itu ke Ibunya.
"Terima kasih banyak, yah. Kalian baik banget." Ucap Gan senang.
"Sama-sama," jawab Aenun cepat.
"Kami pamit dulu ya, Gan. Maafkan kami yang pernah berburuk sangka ke elo." Kata Yudha di depan kamar rawat Ibunya Gan.
Masalah itu ternyata diketahui banyak orang disekolah. Bukan perihal Gan yang mencuri uangnya, tapi tentang bagaimana team detektif kami menyelesaikan masalah itu. Mencari solusi terbaik yang tidak menyakiti pihak manapun. Dan esoknya, kami mendapatkan sebuah penghargaan dari OSIS atas team detektif kami yang sukses memecahkan kasus-kasus disekolah.
Ya, team detektif kami semakin terkenal disekolah. Namun, tidak menghentikan langkah kami untuk tetap menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi di sekolah. Ternyata di samping kesuksesan kami sebagai team detektif, ada satu masalah yang menimpa pada keanggotaan kami. Hillary tiba-tiba saja menyatakan mundur dari team detektif. Entah alasan Hillary tak penah jelas, tiba-tiba saja disaat karier kami memuncak ia memilih keluar dari team detektif kami.
"Gua minta maaf sama kalian, gua harus keluar dari team detektif ini." Ucap Hillary membuat kami semua kaget.
"HAH? KELUAR?"
"Hil, kalau ada masalah lebih baik dibicarakan terlebih dahulu." Ujar Aenun.
"Iya, Hil. Kenapa sih emangnya?" tanyaku.
"Gua udah dimarahin banget sama bokap gua. Jadi sorry, gua harus keluar dari team detektif ini."
"Hil, tapi bokap lo baik-baik aja kok pas kita semua main ke rumah lo."
Perkataan Yudha diabaikan begitu saja. Hillary meninggalkan gudang ini. Gudang yang sudah menjadi saksi bisu dimana Hillary awal mulanya bergabung di team detektif ini. Entah, semua itu hanya akan jadi kenangan. Kami akui, Hillary memang anggota kami yang paling lemot. Tapi walau bagaimanapun, kadang idenya lebih bagus daripada kami. Team detektif masih membutuhkan Hillary. Disini kami bukan sekedar teman, melainkan lebih dari sahabat atau bahkan keluarga. Dan kami, tak bisa melepaskan Hillary begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 DETEKTIF PE'A
Teen Fiction[completed] Rank #40 in #Detektif [24/05/2018] Rank #91 in #Detektif [08/06/2020] Rank #64 in #kasus [06/06/2020] Rank #53 in #kasus [08/06/2020] Detektif abal-abal, anggotanya memang kadang [PE'A] semua, apapun cara dilakukan untuk menyelesaikan be...